Hari masih nampak begitu pagi. Ibu dan anak itu mulai menjalani aktivitasnya seperti biasa. Ya, saat ini Nesa dan Rara sedang menaiki sepeda menuju Aline's Cafe. Tempat dimana selama ini Nesa bekerja untuk memenuhi kebutuhannya dan anaknya.
"Pagi mbak" Sapa Nesa pada salah satu teman kerjanya yang bernama Sita. Nesa kerap kali memanggilnya dengan sebutan mbak Sita. Karena umurnya lebih tua dari pada Nesa. Selain itu, Sita juga lebih lama bekerja di Cafe ini di banding Nessa.
Nesa baru menggeluti pekerjaan sebagai pelayan di cafe ini selama 1 tahun. Karena sebelumnya, ia hanya bekerja sebagai buruh cuci ataupun membuat kue untuk di titip-titipkan di warung-warung terdekat. Walaupun hasilnya tak seberapa. Namun cukup untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari dan kebutuhan si kecil Rara yang saat itu masih bayi.
"Eh, pagi juga Nessa" Jawab Sita ramah. Sita yang saat itu sedang duduk di meja kasir langsung tersenyum melihat siapa yang sedang di gandeng Nesa.
"Wah Rara hari ini makin cantik aja. Jadi tambah gemes deh mbak" Sahut Sita yang saat ini sudah di depan Rara. Sedangkan Rara tampak malu-malu mendengar ucapan salah satu teman kerja bundanya.
Nesa tersenyum melihat adegan seperti ini. Ia bersyukur, saat rekan kerjanya banyak yang menyukai Rara di samping peliknya kehidupan mereka berdua. Bahkan, tak jarang dari mereka yang menawarkan diri untuk menjaga atau mengajak Rara main saat cafe sedang tidak terlalu ramai.
Bukan hanya itu, ia juga senang saat pemilik cafe ini mengizinkannya untuk mengajak Rara saat ia bekerja. Dengan syarat, Ia tetap fokus dengan pekerjaan dan Rara yang tidak mengacau. Untung Rara sangat pengertian dengan keadaannya. Karna jika ia sedang bekerja, Rara hanya akan duduk di kursi pojok cafe ini sambil memainkan boneka barbienya yang dulu Nesa beli pada saat mendapatkan gaji pertamanya.
Rara yang tersipu mendengar perkataan Sita pun menjawab "Makasih mbak" Jawabnya malu-malu.
Nesa menggelengkan kepalanya saat melihat tingkah malu-malu anaknya yang menurutnya sangat menggemaskan.
"Ya udah mbak, kalo gitu aku mau ke dapur dulu ya, mau beres-beres dulu" Ujar Nesa pada Sita yang saat ini sedang menyubit pipi gembil anaknya. Meski kadang ia juga merasa kasihan melihat anaknya yang sering di cubit pipinya oleh teman-teman kerjanya. Karna bukan hanya Sita saja yang seperti itu, hampir semua yang bekerja di cafe ini selalu saja merasa gemas pada malaikat kecilnya.
Sita yang saat itu sedang berjongkok untuk mencubit pipi Rara pun mendongak lalu berdiri.
"Oh ya udah Nes, kamu ke dapur aja. Biar Raranya duduk sama aku aja disini" Tawarnya pada Nesa.
Nesa tampak berfikir "Emangnya, gak ganggu mbak kalo Rara di sini ?" Tanya Nesa merasa tidak enak. Ya, walaupun ia tau jika Rara anak yang penurut tapi ia takut Sita terganggu oleh anaknya.
Sita tampak tersenyum " Ganggu apaan sih kamu ini, yang ada aku seneng loh kalau Rara di sini. Jadi ada temen buat di ajak main" Jawab Sita ramah.
Nesa lega mendengarnya, lalu ia beralih menatap anaknya yang sedari tadi sedang memainkan boneka barbienya. Ia pun menyamakan badannya dengan Rara.
"Rara disini sama Mbak Sita dulu ya. Bunda mau ke dapur dulu" Rara tampak mendengarkan ucapan bundanya dengan baik
"Inget, Rara jangan bandel ya. Kalo ada apa-apa bilang dulu sama Mbak Sitanya. Oke ?" tanya nya. Rara tersenyum lalu mengganggukan kepalanya.
"Iya bunda" Jawabnya.
Nesa kembali menegakan badannya. "Mbak, kalo gitu aku titip Rara dulu ya" Ujarnya pada Sita.
"Iya, udah kamu tenang aja. Rara pasti gak akan bandel kok kalo sama aku. Nanti kalo Rara bandel aku cubit lagi nih pipi Chubby-ny" Jawabnya sambil mencubit-cubit pipi Rara lagi.
Nesa melirik anaknya yang nampak meringis geli. "Ya udah kalo gitu aku ke dalam dulu ya mbak" Pamitnya. Lalu menoleh pada Rara " Sayang, bunda ke dapur dulu ya" Ujarnya sambil mengelus puncak kepala Rara.
Rara tersenyum lalu mengangguk "Iya bunda"
Sebenarnya ia sedikit merasa kasihan pada Sita. Karena di umurnya yang lumayan ini, ia masih belum di anugrahi seorang anak. Maka dari itu, Sita sangat menyayangi Rara dengan berharap bisa cepat di beri kepercayaan agar bisa menimang seorang bayi.
Sita memang sudah memiliki seorang suami yang untungnya sangat menyayanginya dan menerimanya apa adanya. Suaminya bekerja di salah satu perusahan besar walaupun ia hanya sebagai Staf biasa.
Meskipun suaminya mampu memenuhi kebutuhannya, namun ia tetap ingin bekerja dengan alasan bosan dirumah karena sendirian. Karena itulah, ia sangat menginginkan hadirnya bayi untuk mewarnai hari mereka.
Dari situ, Nesa menyadari. Bahwa kehadiran Rara bukanlah sebuah kesalahan. Meski Rara hadir di waktu yang tidak tepat, namun yang terpenting saat ini ia bahagia dengan adanya Rara di sampingnya.
Walaupun ia tidak tau. Apa hanya dengan adanya ia, Rara merasa bahagia atau tidak dalam hidupnya.
☁☁☁
Alhamdulillah bisa up lagi, walaupun sedikit. Aku usahain up tiap hari kalo lagi mood nya bagus.
10/11/19
KAMU SEDANG MEMBACA
Faded
RomanceHampir enam tahun lamanya ia pergi. Membawa seorang malaikat kecil yang saat itu masih berada dalam perut mungilnya. Meninggalkan mereka semua yang membuangnya. Hidup sendiri dengan rasa luka yang entah ada atau tidak obat penawarnya. Lalu, bagaima...