#CHAPTER 12

25.8K 1.2K 47
                                    

Kendaraan berjenis roda empat itu melaju dengan kecepatan sedang. Meski terkadang kemacetan ibu kota mebuat mobil pajero sport berwarna hitam itu harus berhenti sebentar, sebelum melaju dengan cara seperti mengendap-ngendap.

Di dalam mobil bagian penumpang terlihatlah Rara yang sudah pulas dengan mulut yang setengah terbuka. Ia tidur dengan posisi memanjang, karena tadi Davin sempat memberhentikan mobilnya dan mengubah posisi tidur Rara yang tadinya duduk menjadi terbaring.

Setelah Rara tidur, suasana di dalam mobil menjadi hening. Dan Davin tidak menyukai itu. Apalagi saat di tengah kemacetan seperti ini.

Davin menoleh ke arah Nesa yang terus saja menatap keluar jendela "Sepertinya Rara bangun terlalu pagi sampai dia terlihat sangat mengantuk" Ujar Davin membuka percakapan.

Kontan saja Nesa langsung memusatkan perhatiannya ke arah Davin, Sebelum akhirnya menoleh kebagian jok belakang. Terlihatlah putrinya yang sedang tertidur dengan nyenyak.

"Iya, Rara memang bangun lebih awal dari biasanya. Bahkan ia langsung bersiap-siap padahal waktu itu masih terlalu pagi" Sahut Nesa sembari terkekeh

"Pantas saja ia sampai mengantuk seperti itu. Kau tau ? Aku bahkan sangat ingin tertawa saat melihat kepalanya yang terkantuk-kantuk seperti tadi" Tawa Davinpun terdengar saat mengingat kondisi Rara yang ia lihat lewat kaca spion yang ada di dalam mobil.

Pada saat pertama ia menengok kebelakang, mata Rara baru merem-melek. Sepertinya saat itu ia sedang menahan ngantuk. Nesapun sempat menyuruh Rara untuk berbaring saja. Namun anak itu malah berkilah jika ia tidak mengantuk sama sekali.

Lalu untuk kesekian kalinya Davin menoleh, ia mendapati kepala Rara yang sudah terkantuk-kantuk. Untung saja saat itu Rara mengenakan sabuk pengaman. Jika tidak, mungkin saat ini anak itu sedang menangis karena nyuksruk. Dan pada saat itu Davin anatara ingin tertawa dan merasa kasihan. Namun dengan hal itu, ia bisa menghilangkan sedikit rasa kantuknya saat ini.

Nesapun ikut tertawa kecil "Dia terlalu bersemangat" Ingatannya kembali pada saat Rara yang terus menyuruhnya untuk mandi tadi pagi. Padahal saat itu Nesa sedang memasukan kue buatannya kedalam box.

Tiba-tiba Nesa langsung terdiam. Ekspresinya menunjukan jika ia sudah mengingat sesuatu yang sempat ia lupakan saat ini.

"Astaga" Nesa menepuk kepalanya pelan, membuat Davin yang sedang melajukan mobilnya setelah macet berlalu itu menoleh ke arahnya.

"Ada apa ?" Tanya Davin heran dengan melirik sebentar ke arah Nesa. Sebelum kembali fokus dengan posisi mengemudinya.

"Ya ampun Dav, aku lupa kalau tadi pagi itu aku sempet buat kue untuk di titipin di warung Bu Resi" Pekik Nesa pelan. Padahal rencananya ia akan menitipkan kue itu di warung Bu Resi saat mengingat jika tempat yang mereka tuju itu masih satu arah.

"Terus gimana ? Apa kita putar balik dulu buat ngambil kue kamu ?" Tanya Davin pengertian. Iapun menepikan mobilnya terlebih dahulu. Davin mengerti dengan kondisi wanita yang dicintainya itu. Hidup dengan serba pas-pasan. Padahal, Davin sudah sangat sering menawarkan Nesa bantuan.

Seperti menawarkan rumah yang lebih layak ataupun kebutuhan yang lainya. Namun dengan halus, Nesa menolaknya dengan alasan tak ingin di repotkan. Begitupula pada saat ia ingin memberikan sebuah mainan pada Rara. Nesa berkata jika uangnya lebih baik ia gunakan untuk hal yang lebih penting saja.

Padahal alasan sebenarnya, Nesa tak ingin terus merepotkan lelaki ini. Apalagi sebelum lelaki ini mengatakan perasaannya. Pada saat itu Davin sudah sangat sering membantunya. Dan sekarang Nesa tak ingin terlalu menyusahkan Davin. Apalagi, ia belum bisa membalas perasaan lelaki itu padanya.

Faded Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang