Chapter 1

179 43 57
                                    


Airin Sisilia 》》 tokoh utama.

Pagi-pagi sekali aku terbangun dari tidur karena mimpi buruk. Alhasil keringat dingin merembes ke piyama tepatnya di lipatan kerah dan punggung. Dengan cepat aku bangun dan mengambil segelas air disebelah lampu meja dan meneguk telak sampai habis.

Apakah ini sebuah trauma? Atau hanya bunga tidur belaka?

Ku sibakkan selimut yang masih berada di atas kaki lalu berjalan menuju kamar mandi dan mencuci muka.

Jam 04:00. Masih terlalu pagi jika aku mandi. Kubuka jendela kamar dan kulihat sekeliling jalanan masih sepi dan lampu jalan remang remang masih menyala. Teringat kejadian masa lalu yang membuatku menjadi parno dengan hal itu.

Ngiiiikk!

Pintu kamarku didorong pelan oleh seorang wanita paruh baya yang tak lain adalah ibuku.

"Sayang, kamu sudah bangun. Apa kamu mau batal pergi ke air terjun bersama teman temanmu? Kamu masih trauma nak?" Ucap pelan ibu sambil duduk disampingku.

"Tidak bu, aku tidak trauma. Aku akan pergi kesana. Kan ini cuma agenda kecil sebelum menghadapi ujian yang bertubi-tubi semester dua nanti. Lagipula aku sudah besar bu, sudah mau lulus SMA" ucapku.

"Yasudah ibu mau ke dapur dulu. Kamu siap-siap ya kan jam 7 berangkat" ucap ibu dan berlalu dari kamarku.

•••

Affan Ganendra 》》 Sahabatku sekaligus teman dekat yang pengertian meskipun kadang terlalu over.

"Hai Rin gue kira lo bakalan batal ikut agenda ini?" Ucap Affan.

Kini kami berjalan beriringan menuju halaman depan sekolah dan mengantri untuk menaiki bus wisata.

"Ngapain batal. Gue berani kok lagipula itu cuma masa lalu" Bantahku.

"Liat aja nanti apa yang akan terjadi" Cengir Affan.

.
.

Bus melaju dengan kecepatan sedang. Dalam selang waktu 3 jam kami pun sampai di sebuah wisata air terjun. Setelah itu kami harus menempuh sekitar 2 Km melewati jalanan hutan yang di suguhi dengan pemandangan indah sepanjang perjalanan.

Beramai ramai langkah kami murid sekelas yang hanya berjumlah 33 mendominasi jalanan di hutan menuju wisata air terjun.

Beruntung, jalanan tidak terlalu licin karena bukan musim penghujan. Akhirnya setelah melewati jalanan yang menanjak, kami semua sampai di aliran air yang deras jatuh dari atas ke bawah.

Aku bersama dengan Affan menaiki bebatuan di sekitar air terjun dan melihat pemandangan di bawah dari ketinggian.

Sejauh mataku memandang, aku melihat sosok yang tidak asing bagiku. "REVAN!" Ucapku.

"Lo halu Rin? Revan uda meninggal" ucap Affan.

"Itu beneran Revan. Coba lo lihat baik baik Fan" ucapku sambil menunjuk tempat Revan berada.

"Kan lo itu cuma halu. Itu gak ada siapa siapa cuma pohon" Bantah affan.

"Ya ampun. Itu..... Aaaaa" ucapku yang terus menunjuk dan aku mulai kehilangan keseimbangan kemudian terpeleset dan tersungkur ke bawah ditimpa dengan derasnya air yang berjatuhan. Punggungku sakit dan mulai tak sadarkan diri.

"AIRIN!" Teriak Affan dan semua mulai berkumpul dan membopongku ke tempat sebelah air terjun.

Aku tersadar dan badanku terasa lemas. Badanku menggigil, wajah pucat dan pandangan samar-samar. Kusebut nama Revan dengan lirih.

"REVAN GAK ADA RIN!" Tegas Affan.

•••

Renata Aldira 》》 Teman sebangku di kelas.

"Iya Revan uda gak ada Rin. Uda meninggal karena tragedi setahun lalu" ucap Dira berusaha meyakinkan.

"Tapi Ra, gue lihat dia tadi disana senyum ke gue" Bantahku.

"Airin sayang. Revan uda gak ada, lo gak inget, kan waktu itu lo dateng ke pemakaman" kekeh Dira

"Gue tadi mimpi, di tempat ini gue bakalan ketemu sama Revan. Revan hidup kembali Ra, dia ajak gue ke rumahnya" ucapku.

Dira menggelengkan kepalanya.

"Jangan sampai dia ngajak lo kerumahnya Rin. Dia mau ngajak lo mati, karena itu yang liat Revan cuma lo. Lo sadar dong Rin, Revan mau ngajak lo ke alamnya juga" Ucap Affan.

"Yauda sekarang ayo ke kamar mandi ganti baju dulu Rin" ajak Dira dan aku hanya membalas dengan anggukan.

•••

Renando Aldian 》》 saudara kembar Dira dan kami berempat adalah sahabat, sebenarnya berlima tapi Revan sudah meninggal dan tinggal kami berempat.

"Gue nganter dia dulu Nan" ucap Dira.

"Iya dek" ucap Nando.

"Kasian tuh anak masih trauma sama kejadian Revan waktu itu" sambung Nando.

"Nggak tau gue juga bingung. Apa gak ada gitu, sedikit aja hati Airin buat gue" ucap Affan.

"Lebay lo. Gitu aja baper" ucap Nando.

Vote ya 💕

Gue maksa

Oh gak deng author gak jahat kok

Vote kalo suka ✔

Comment juga kalo ada yang perlu di perbaiki

Salam santuy.

Send(u) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang