Chapter 5

42 19 0
                                    

Affan melajukan mobilnya dan mengantarku pulang ke rumah.

Aku terduduk di kursi mobil sebelah Affan dengan satu tangan saling menggenggam. Genggaman tangan Affan terasa begitu lembut dan hangat beda dengan Revan. Ah mengapa selalu ku bandingkan dengan Revan yang jelas beda.

Sambil sesekali Affan menoleh kepadaku dan memberikan senyum tulusnya, saking begitu tulusnya membuatku tak bisa untuk tak membalas senyumnya.

"Aku bahagia bisa dapetin putri kayak kamu" ucap Affan dan sedikit mengeratkan genggamannya.

"Tumben aku kamu, oh iya gue bukan putri tapi Airin" sahutku.

"Ah elah mau romantis dikit responnya kayak gitu" ucap Affan dan kembali fokus menatap ke arah jalanan.

Suasana dalam mobil kembali hening hanya ada suara radio dengan volume kecil yang tak jelas memutar lagu apa. Affan membelokkan mobilnya ke arah tikungan dan berhenti tepat di depan halaman rumahku.

"Jangan lupa besok gue jemput sekolahnya" ucap Affan.

Aku hanya mengiyakan dan Affan langsung melajukan mobilnya begitu aku turun dari mobil.

•••

Sedikit pengenalan.

Anto adalah anak kelas sebelas jurusan Bahasa dan Sastra. Merupakan salah satu siswa tukang palak namun tak jarang dia mendapat juara kelas. Sebelumnya Anto tinggal bersama ibunya di sebuah rumah sederhana.

Ibunya menjadi karyawan di perusahaan milik papanya Affan. Singkat cerita mereka jatuh cinta dan memutuskan untuk menikah.

Anto adalah anak yang mempunyai indra keenam atau biasa disebut indigo namun sifatnya yang resek dan menjengkelkan membuatnya tak misterius seperti anak indigo pada umumnya. Sayangnya semua teman tak ada yang tahu kecuali ibunya sendiri.

Karena itulah Anto tidak takut dengan apapun termasuk makhluk astral sekalipun. Dan karena kelebihan yang dimilikinya tersebut, tak ada satupun cewek yang bisa tertarik kepadanya. Siapa yang suka dengan cowok tukang palak? Bersekolah di sekolah elit namun menjadi tukang palak? Semua akan mengira bahwa ia adalah cowok aneh.

Si cowok tukang palak yang aneh di sekolah elit. Seperti layak menjadi judul ftv saja.

Lupakan judul ftv.

________________

Affan masuk kedalam rumahnya dengan menenteng kresek bertuliskan indom*ret yang berisi banyak cemilan pesanan Anto.

Anto sedang duduk diruang tamu sambil memainkan ponselnya. Hari sudah mulai petang karena telah lewat senja di sore hari.

Anto mengarahkan pandangannya pada Affan dan sosok di belakang Affan "Lo sama siapa Fan?" Ucap Anto.

"Gue? Ya sendirilah ini cemilan lo" ucap Affan sambil memberikan kresek yang tadi di tentengnya.

"Oh iya makasih" ucap Anto.

Matanya tak bisa beralih dari sosok dk belakang Affan yang ikut masuk kedalam rumah. Sosok anak laki-laki sebaya Affan berparas tampan dan seluruh badannya sudah pucat karena memang sudah menjadi arwah.

"Siapa lo?" Ucap Anto.

"Gue Affan lah. Lo makin gak jelas aja, udah gue mau ke kamar mau mandi" ucap Affan dan menaiki anak tangga menuju kamarnya.

"Hei jangan ikut lo" ucap Anto.

Affan tidak mengindahkan ucapan Anto dan masuk kekamarnya untuk membersihkan diri. Anto menjadi penasaran dengan sosok yang ikut masuk bersama Affan.

Anto menaiki tangga dan masuk kekamar Affan "Fan gue masuk ke kamar lo" ucap Anto.

"Masuk aja, gue dikamar mandi" teriak Affan dari dalam kamar mandinya.

Mata Anto menatap sosok yang tadi mengikuti Affan berdiri disamping dinding dan melihat foto yang terpajang di dinding kamar Affan. Anto mendekat dan semakin mendekan di samping arwah tersebut. "Lo siapa?" Lirih Anto.

"Gue Revan. Affan, Airin, Dira, Nando, dan gue adalah sahabat" ucap Arwah tersebut dan mulai menghilang secara tiba-tiba. "Sial" pekik Anto dan keluar dari kamar Affan.

Affan keluar dari kamar mandi dan mendapati Anto yang akan keluar dari kamarnya. Affan terfokus pada tangan Anto yang tidak membawa apapun dari kamarnya. Lantas untuk apa dia masuk ke kamar Affan kalau tidak butuh sesuatu. "Cowok aneh" desis Affan.

Anto beranjak dari pintu kamar Affan dan sebelum itu sempat menoleh ke belakang "Airin itu pacar lo?" ucapnya.

"Iya Airin pacar gue. Jangan sampe lo embat tuh pacar gue" ucap Affan.

"Ya enggak lah gue tuh pantang jatuh cinta" ucap Anto.

Affan mengernyit heran dan menatap Anto yang semakin hilang dari tatapan matanya. "Makin aneh aja tuh anak" Batin Affan.

Affan mengenakan pakaiannya karena tadi ada Anto jadi dia hanya menggunakan celana kolor. Affan mengeringkan rambutnya yang masih basah menggunakan handuk dan kemudian menyisirnya. Rambut Affan termasuk rapi karena tidak mempunyai jambul layaknya Anto.

Affan membuka buku dan duduk di kursi belajarnya, menyalakan lampu dan mulai mengerjakan pr nya. Tiba-tiba penggaris Affan hilang dari mejanya. Bukan hilang tapi mungkin ketinggalan di sekolah. Alhasil dengan terpaksa Affan harus meminjam ke Anto.

Affan berdiri dari tempat duduknya dan berjalan ke kamar Anto yang bersebelahan dengan kamarnya. "To, gue pinjem penggaris ada kan?" Ucap Affan sambil membuka pintu kamar Anto.

Anto sedang duduk di tepi ranjang dan berkali-kali mengerjapkan mata. Hingga tidak sadar kehadiran Affan yang mulai mendekat.

Affan menepuk bahu milik Anto "To!" Ucap Affan.

Sontak Anto terkejut dan memberikan pukulannya, untung saja Affan bisa mengelak. "Apaan sih lu ngagetin gue" ucap Anto sedikit kesal.

"Pinjam penggaris" ucap Affan.

Brakk!!

Pintu kamar Anto tertutup seperti ada yang membantingnya dengan keras "woy pergi ya pergi aja" ucap Anto sedikit berteriak.

"Iya setelah gue dapet penggaris ya gue pergi" ucap Affan.

Anto berdiri dari ranjangnya dan menggambil penggaris di meja belajarnya. "Nih ambil aja buat lo" ucap Anto sambil menyodorkan sebuah penggaris 30cm.

Affan menyambar penggaris dari tangan Anto dan membanting pintu saat keluar dari sana. "WOY BISA RUSAK NANTI PINTU KAMAR GUE" teriak Anto.

Affan tertawa puas mendengar teriakan dari saudara tirinya tersebut. Affan berjalan menuju kamarnya dan kembali mengerjakan pr.

Dengan tiba-tiba bulu kuduk Affan terasa berdiri dan seperti ada yang meniup telingan kanannya. Dilihatnya jendela kamar namun tidak ada angin sekalipun bahkan gorden juga dalam keadaan diam.

"Pasti kerjaan Anto nih" ucap Affan dan kembali mengerjakan pr nya.

Semakin lama semakin banyak pula benda kecil yang seperti sengaja terlempar dan lewat di samping telinga Affan hingga seperti ada bisikan. Affan membuka loker meja belajarnya dan mengambil sebuah ketapel beserta peluru seperti bulatan kecil yang terbuat dari plastik.

Cetash!! Peluru itu tepat mengenai jidat Anto. "Makanya jangan jahil jadi orang" ucap Affan.

"Siapa yang jahilin lo. Orang gue baru nyampe sini dan mau minjem charger lo" sahut Anto dan benar tangannya memang tidak memegang benda apapun. "Uda gede masih aja mainin ketapel" sambung Anto dengan tertawa meledek Affan.

Jangan lupa ada simbol ☆

Salam santuy.

Send(u) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang