Chapter 7

40 12 5
                                    

"Kemana lagi si Aksa. Dicariin dari tadi enggak ketemu-ketemu," gerutu Genang.

Saat ini ia sedang melangkahkan kakinya menuju kantin sekolah. Namun niatnya itu dibatalkan ketika netranya menangkap Gemintang yang terlihat berjalan terburu-buru dengan tangan yang sibuk menghapus air mata yang tak kunjung berhenti mengalir. Sontak saja Genang menghampiri, lalu meraih lengan Gemintang dan ditariknya menuju suatu tempat. Gemintang yang ditarik juga tidak banyak bicara. Ia hanya diam menurut mengikuti langkah Genang yang membawanya pergi entah kemana.

Dan disinilah mereka sekarang. Rooftop sekolah. Tempat ternyaman dengan kesunyian sebagai pelengkap suasana.

"Jangan nangis di koridor. Disini aja. Gue tungguin," ucap Genang sembari berjalan ke pinggir rooftop yang dibatasi pagar pembatas.

Dua puluh menit telah berlalu. Bel masuk sudah berbunyi sekitar tiga menit lalu. Dan Gemintang kelihatannya sudah mulai tenang dibanding sebelumnya.

"Lo nggak nanya gue kenapa?," tanya Gemintang untuk pertama kalinya setelah nginjakkan kaki disini.

"Enggak perlu. Gue nggak mau ngebuat lo inget sama apa yang bikin lo nangis. Gue nggak mau ngeliat lo nangis lagi. Cukup kali ini aja ya," ucap Genang sembari mendekat kepada Gemintang yang sedari tadi meringkuk bersandar di tembok.

"Kenapa gitu?," tanyanya lagi sembari mendongak melihat kepada sang lawan bicara.

"Karena gue nggak suka liat lo nangis. Air mata lo itu terlalu berharga buat nangisin cowok kayak dia," balas Genang dengan badan yang ikut berjongkok di depan Gemintang lalu mengusap sebentar rambutnya sebelum akhirnya kembali berdiri dan berjalan menuju pinggir pagar tadi.

"Gem," panggil Genang yang hanya dibalas gumaman tidak jelas dari Gemintang, karena cewek itu sedang menelungkupkan wajahnya kedalam lipatan tangan.

"Kalo gue bilang cinta itu karena terbiasa, elo percaya nggak?"

Mendengar itu membuat Gemintang mengangkat wajahnya dan memandang punggung Genang yang membelakanginya.

"Percaya enggak pecaya sih. Kenapa emangnya?"

"Gue bisa bikin hati lo berpaling dari Kala. Tapi gue butuh waktu. Lo mau bantuin gue nggak?," ujar Genang masih dalam keadaan memunggungi Gemintang.

"Hah? Gimana? Bantuin apaan?," tanya Gemintang bingung.

Kemudian Genang membalik badannya. Dan menatap Gemintang dengan intens dari tempatnya berdiri saat ini.

"Bantuin gue buat bikin hati lo pindah kepemilikan ke gue. Gue enggak bisa janji buat enggak nyakitin lo. Gue enggak bisa janji buat selalu ada buat lo. Dan gue enggak bisa janji buat terus ngebahagiain lo. Tapi gue janji bakal berusaha buat jadi yang terbaik semampu gue buat lo," hening sejenak sebelum akhirnya Genang melanjutkan, "gimana?," tanyanya pada Gemintang meminta jawaban.

"Lo janji bakal terus berusaha kan?," tanya Gemintang memastikan.

"Iya. Gue janji. Jadi?," lantang Genang yang kemudian dijawab anggukan kepala dari sang lawan bicara.

Melihatnya menerbitkan seulas senyum simpul pada kedua belah bibir Genang. Kemudian ia berjalan menuju pintu keluar.

"Mau tetep disini, balik ke kelas, ato ikut gue ke kantin?," tanya Genang yang sudah memegang knop pintu.

"Ngikut lo."



























































END.



















Akhirnya cerita singkat tidak jelas ini selesai.
.
Terima kasih kepada kalian yang sudah menyempatkan sedikit waktu untuk membaca ini.
.
Ditemukan typo? Silahkan berkomentar.

Salam kenal,
'Daylest'
12.11.19.

You & ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang