Bab 1

12.6K 1.6K 245
                                    

Buatnya bersama, nikmatnya bersama. Tapi kalau jadi juara, disebutnya cuma anak ayah. Bukan anak ibu. Memangnya ayah bisa melahirkan juga?

Tiba di kantor bersama, Gempa alias suamiku yang sampai kini masih setia memakai kemeja warna birunya, sudah menurunkanku di lobby basement. Sedangkan dia sendiri langsung mengemudikan mobilnya ke parkiran atas. Karena kebanyakan parkiran di lantai dasar basement adalah milik perempuan.

Ya, perempuan memang selalu mendominasi. Tapi memang seperti itu faktanya.

Seperti aku kini, kehidupanku dan Gempa after marriage memang sangat luar biasa.

Haha, munafik kalau ada orang yang bilang menikah itu enak. Enak apanya? Sudah tidak terhitung lagi berapa kali kami bertengkar hanya karena masalah sepele. Belum lagi masa-masa baperan kami berdua memang melebihi tingkat baper remaja.

Ya kalian bayangkan saja, selama cuti melahirkan 3 bulan ini, Gempa selalu baper padaku. Katanya dia, kamu sih enak kerjanya cuma urus anak di rumah, gaji dapat, uang belanja dari aku dapat. Lihat nih aku, setiap hari tertekan karena pak Gunawan sedang ada project baru, dan aku ditunjuk sebagai ketuanya.

Jujur aku sih cuma bisa senyum-senyum saja mendengar curhatannya. Tapi semakin ke sini, kok kasihan ya lama-lama. Mau gantian pun tidak bisa. Memangnya Gempa bisa menyusui anak kami?

Masih teringat-ingat masa baper Gempa padaku, tepat hari ini aku sudah kembali bekerja. Setelah 3 bulan menikmati cuti melahirkan, aku kembali dengan penuh semangat. Bukan semangat untuk bekerja. Melainkan semangat untuk ghibah bersama Anna dan juga Lea.

Yah walau kami sudah tidak satu departemen, tidak satu ruangan di akuarium tersebut, tapi kami masih satu jiwa ghibah bersama.

Ingatkan slogan kami, ghibah membuat hubungan persahabatan semakin erat.

Karena itulah setelah sampai ke tempat kerjaku di lantai 5, meletakkan segala persenjataanku untuk memerah ASI, aku turun kembali ke lantai 2 di mana ruangan kerjaku yang dulu berada.

Tanpa basa basi aku membuka pintu ruangan akuarium itu.

Lalu.... Loh kok?

Itu bukan aku kan?

Sosok perempuan semok, yeah seperti aku, sedang duduk di kursiku dulu. Wajahnya tidak bisa kuperhatikan secara detail, karena posisinya menyamping dari arah pintu masuk. Tapi aku bisa melihat jika dia menggunakan kaca mata juga, sama sepertiku.

Kok bisa?

Aku terdiam memikirkan sesuatu. Rasa-rasanya Gempa memang belum pernah cerita apapun tentang karyawannya yang ini.

Karena ruangan ini masih kosong, entah ke mana Anna dan juga Lea, aku berbalik arah. Akan tetapi dari arah tangga belakang, Gempa datang sambil menyandang tas ranselnya.

Ini dia suamiku yang ternyata punya rahasia.

"Ngapain kamu?"

"Kok tumben Anna sama Lea belum ada?"

"Tadi aku lihat mereka di kantin."

Dia menjawab santai, berjalan melewatiku untuk masuk ke dalam ruangan.

Sebenarnya tadi aku ingin langsung protes kepadanya, kenapa dia tidak bilang jika ada anak baru dalam ruangan tersebut. Bahkan menempati mejaku sebelumnya.

Namun karena takut terjadi keributan di hari pertama aku bekerja setelah cuti 3 bulan, akhirnya aku mengalah. Mungkin memang dia belum sempat cerita tentang anak buahnya itu.

***

"KAMEEEEEELLLLL.... "

Lea dan Anna langsung memelukku erat. Layaknya film kartun yang sering kali melakukan adegan seperti ini.

Kamel InvestigationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang