3

15.1K 1.4K 84
                                    

Tempat pemotretan selalu menjadi tempat yang paling ramai dan sibuk, tetapi selalu ada celah-celah tersembunyi jika para modelnya ingin beristirahat. Entah itu sekedar tidur, merokok atau menelepon kekasihnya. Sehun menelan ludah gugup, melirik Miu yang berdiri di sampingnya. Perempuan itu nampak sibuk menjelajahi lokasi pemotretan dengan matanya. Sehun kembali merasakan jantungnya berdebar.

"Tempat ini benar-benar ramai dan sibuk," ujar Miu sambil menatap Sehun. "Kau pasti selalu berada di tempat seperti ini."

Sehun tersenyum, menggaruk rambutnya yang tak gatal. Sejujurnya, sedikitpun ia sama sekali tak bisa memikirkan tempat ini sebagai tempat untuk mencoba seks. Lihatlah betapa ramai dan sibuknya semua orang, meski memang ada tempat-tempat tertentu untuk bersembunyi.

"Hai, Noona!" sapa Chanyeol ramah membuat Miu menoleh kepadanya.

Perempuan itu tersenyum ramah. "Chanyeol, senang sekali melihatmu."

Chanyeol menyeringai lebar dan melirik Sehun. "Kalian bersama?"

Sehun menatap Chanyeol gugup, sementara Miu tersenyum penuh arti. "Sehunnie ingin menunjukan tempat kerjanya padaku."

"Ah begitu." Chanyeol mengangguk. "Apa novelmu sudah selesai?"

"Bulan depan akan dirilis," kata Miu ringan. "Kau masih baca novelku?"

"Tentu saja!" balas Chanyeol semangat. "Aku ini penggemar beratmu."

Sehun mengerutkan bibirnya mendengar ucapan Chanyeol. Ia mendengus pelan seraya mengalihkan pandangannya. Chanyeol yang melihat gelagat Sehun lantas tersenyum miring, seolah menertawakan pria itu.

"Chanyeol-ah! Sekarang giliranmu. Sehun sudah bisa istirahat."

"Baik!" Chanyeol menoleh pada Miu. "Aku pergi dulu." Ia membungkuk sopan pada Miu dan tersenyum meledek pada Sehun sebelum pergi.

Sehun hanya mendengus, beranjak meninggalkan set pemotretan menuju ruang ganti sementara Miu mengikutinya. Ia melepaskan pakaiannya, sama sekali tak menyadari jika Miu masih mengikutinya sampai perempuan itu bersuara.

"Aku tidak tahu jika kau punya sisi yang seperti ini juga."

Sehun terperanjat dan buru-buru menutup tubuhnya dengan kaus yang belum sempat ia kenakan. Ia melirik Miu yang berkeliling di ruang ganti sambil menatap baju-baju yang tergantung di sana. Baju-bajunya sangat banyak, sehingga membuat ruang itu menjadi seperti tempat persembunyian. Miu tersenyum, menekan tombol lampu agar meredup dan berjalan mendekati Sehun.

"Kupikir tempat ini sangat cocok Sehunnie," bisiknya lembut membuat Sehun mengerjap.

Cocok? Kedengarannya beresiko. Siapa saja bisa masuk ke dalam ruangan ini. Miu bahkan tak mengunci pintunya.

"Tapi, seseorang bisa menangkap basah kita..."

Miu tertawa pelan, mendorong tubuh Sehun supaya masuk ke antara bayangan-bayangan pakaian yang tergantung tak rapi di belakangnya. "Kau tahu, tujuan dari public sex adalah bersembunyi di tempat yang paling ramai," ujarnya terdengar begitu halus.

Sehun sedikit mengerut ketika Miu mendekatkan bibirnya pada bibir Sehun dan mulai menggodanya dengan lumatan-lumatan kecil yang lembut. Walau jantungnya berdebar dan rasa takut ketahuannya begitu tinggi, ia tetap terlena dan membiarkan Miu memimpin. Perempuan itu menjatuhkan kaus yang Sehun pegang, mendorongnya lebih dalam di antara lemari dan perlahan membuka kancing celananya.

Sehun tak tinggal diam. Walau masih canggung dan kaku, ia mengulurkan tangannya dan mengusap bagian paha hingga bokong perempuan itu. Dengan hati-hati, Sehun meremas bokongnya. Ia mengerang saat merasakan tangan Miu menyentuh Hunnienya. Ya ampun. Apa ini sudah dimulai?

Sehun memutar tubuhnya dengan lembut, menyandarkan tubuh Miu di antara dinding yang terapit lemari. Kebetulan sekali ada meja tak terpakai di antara sela-sela lemari itu sehingga ia bisa mendudukan Miu di sana. Miu terkekeh pelan ketika Sehun menelusupkan jemarinya ke bagian intimnya dengan canggung. Ia hanya mengusapkan jemarinya sejenak, kemudian menurunkan celana dalam yang dikenakan Miu hingga melewati betisnya. Perempuan itu sengaja mengenakan rok mini hari ini.

Miu kembali tertawa geli sembari membantu Sehun mempersiapkan dirinya, kemudian membimbingnya dengan hati-hati. Pria itu mengerang pelan saat kejantanannya mulai menyatu dengan organ intim Miu, membuat Miu mau tak mau menutup mulutnya lembut dan mengisyaratkan agar ia tak bersuara. Sehun menarik tangan Miu, membenamkan wajahnya di leher perempuan itu untuk meredam suaranya sementara ia menggerakan pinggulnya maju mundur.

Gerakannya masih normal pada awalnya, beraturan dengan kecepatan biasa hingga akhirnya ia semakin cepat dan semakin kuat menggerakan pinggulnya. Miu mengerang pelan, mencengkeram rambut Sehun untuk menahan dirinya. Sehun mendorong kejantanannya sedalam mungkin agar ia bisa menikmati perempuan itu sepuasnya.

Hampir tak ada suara ketika mereka sibuk memacu gairah untuk memuaskan hasrat masing-masing, sampai lampu ruang ganti mendadak menyala. Sehun menatap Miu terkejut, tetapi tetap tutup mulut dengan pinggul masih sibuk bergerak maju-mundur dengan kecepatan melambat. Miu tersenyum geli, sesekali tak bisa menahan ekspresi puasnya setiap kali Sehun melesak masuk dalam tubuhnya.

"Di mana Sehun? Dia kencan dengan Noona itu?" itu suara Jongin.

Sehun menutup mulutnya, bergerak lebih hati-hati, tetapi hampir tak bisa menahan erangannya. Ia akhirnya mencium bibir Miu penuh gairah.

"Taruhan jika mereka sedang bercinta sekarang," sahut suara lain yang Sehun yakini sebagai suara Chanyeol.

Yah, jika pria itu memang bertaruh, maka ia menang. Mereka sedang bercumbu tepat di belakang lemari.

"Cih, Noona itu tidak mungkin tertarik pada bocah polos semacam Sehun."

Sehun menatap Miu lekat, sementara Miu tersenyum sensual dan menarik wajah pria itu untuk menciumnya. Jika tidak tertarik, mereka tidak akan bercumbu dengan panasnya di ruangan ini.

"Kau hanya iri." Suara Chanyeol terdengar semakin jauh, diikuti dengan suara Jongin. Tak lama kemudian, lampu kembali padam.

Sehun kembali memacu gerakannya dengan lebih cepat. Puncaknya hampir tiba dan ia tak bisa menahan lebih lama lagi. Miu melingkarkan tungkainya pada pinggang Sehun dan membiarkannya semakin kuat menghentakan kejantanannya. Selang beberapa waktu, tubuhnya menggelinjang diterjang kepuasan. Sehun tak membuang waktu, menghentak beberapa kali dengan kuat tapi tetap lembut dan menyemburkan cairannya dalam tubuh wanita itu.

"Noona.." bisik Sehun sambil menatap Miu lekat, memastikan jika wanita itu tak mempermasalahkan tindakannya yang tidak hati-hati.

Miu menatap Sehun, masih sedikit terengah dan tersenyum. "Aku minum pil kb. Tenanglah."

Sehun bahkan tak akan mempermasalahkan jika perempuan itu tak minum pil kb. Ia akan senang jika mempunyai keturunan dari rahim Miu. Namun, Sehun tahu jika ia harus berpuas diri dengan apa yang ia dapatkan saat ini. Yah, suatu saat nanti pasti akan ada celah. Sehun terdiam sembari membenahi pakaiannya, sementara Miu tetap di tempatnya sambil menatap Sehun.

"Noona butuh bantuan?" tanya Sehun dengan wajah polos membuat Miu terkekeh geli.

Ke mana serigala muda kelaparan yang tadi? Apa sekarang ia menjadi anak anjing lagi?

"Ya. Bisakah kau mengambil tissue untukku?"

Sehun mengerjap, melirik kaki jenjangnya yang kini dikotori cairan yang ia keluarkan tadi. "A-ah, maaf. Aku akan ambilkan."

Sehun buru-buru melesat mengambil tissue sementara Miu tertawa kecil. Ah, pria itu manis sekali.

spiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang