11

12.6K 1.1K 66
                                    

"Kris mengirimkan buah persik untuk Kakek," ujar Wang Joon membuka pembicaraan.

Ia menatap Miu yang duduk di depannya sejak tadi, menunggunya berbicara sementara Wang Joon terus mengulur-ulur waktu dengan membaca dokumennya. Wajah Miu kembali mengeras tak senang. Ia menatap Wang Joon dengan kening berkerut dan melirik Seungwoo yang berdiri di belakang Wang Joon dengan setia.

"Apa kau membuang persiknya?" tanya Miu pada Seungwoo.

Wang Joon menghela napas, mengalihkan pandangannya dari dokumen kepada Miu. "Kenapa membuang-buang makanan? Para petani yang merawat persik-persik itu akan merasa sangat sedih."

"Apa Kakek sudah lupa jika ia mencampakanku?" tanya Miu jengkel. "Kenapa masih menerima sampah pemberiannya?"

"Itu hanya buah persik, Miu," jawab Wang Joon tenang.

"Aku tak mau tahu apakah itu hanya buah persik atau apapun." Miu menatap Seungwoo kesal. "Lain kali, buang semua pemberiannya, atau kau saja yang ambil!"

"Maafkan saya Nona," kata Seungwoo pelan.

Wang Joon menarik napas pelan, meletakan dokumennya di atas meja dan menatap Miu. "Ia sudah bercerai."

"Lalu? Apa urusannya denganku?"

"Tidakkah kau masih mencintainya? Ia bahkan menemui Kakek langsung untuk meminta izin agar bisa mendekatimu kembali," kata Wang Joon membuat Miu menatapnya berang.

"Dan Kakek mengizinkannya?" Wang Joon mengangkat bahunya, membuat Miu seketika meledak seperti bom atom. "Apa yang Kakek pikirkan! Bisa-bisanya kau membiarkan cucumu didekati bajingan seperti itu lagi!"

"Nona, Anda harus tenang."

"Bagaimana aku bisa tenang?" bentak Miu pada Seungwoo membuat Seungwoo seketika bungkam.

"Bukankah kau masih mencintainya? Itu alasanmu belum menikah hingga saat ini kan?" tanya Wang Joon sambil menatap Miu yang meledak.

"Siapa yang masih mencintai bajingan itu?" Nada suara Miu meninggi. Seungwoo sedikit takut jika Miu mulai seperti ini. "Kakek membiarkannya mencoba mendekat padaku sementara Kakek menyuruh Seungwoo menyeret pergi semua pria yang kusukai. Apa ini masuk akal?"

"Pada kenyataannya, kau hanya mempermainkan mereka. Aku melakukannya supaya kau tidak menyakiti mereka lebih jauh," ujar Wang Joon kemudian meraih cangkir tehnya yang tak tersentuh. "Kalau tidak salah, model yang sering bersamamu bernama Oh Sehun kan? Dia kelihatannya punya latar belakang yang baik, tapi terlalu muda untukmu."

Mendengar nama Sehun ikut terseret dalam percakapan ini, Miu langsung murka. Seungwoo sering melihat Miu kesal, tapi sangat jarang Miu bisa sampai murka. Terakhir kali gadis itu murka, ia hampir membunuh Kris dan WeiWei (si wanita pencuri tunangan orang). Miu kadang-kadang mengerikan, dan Seungwoo lebih suka menangani tikus berkerah di kantor mereka dari pada harus berhadapan dengan Miu. Sementara Wang Joon menatap Miu dengan wajah datar.

"BUKANKAH SUDAH KUKATAKAN UNTUK TIDAK MENYENTUHNYA?" Teriakan Miu menggelegar memenuhi ruangan hingga tenggorokannya terasa sakit. Namun, ia tak peduli.

"Kami tidak mengganggunya, hanya menyelidikinya sedikit," kata Wang Joon kalem, hampir tak gentar menghadapi kemarahan cucunya. "Lagi pula, kau tak mungkin mencintai anak itu. Kau tahu, Kris sudah menceritakan yang terjadi."

"Aku tidak peduli apapun yang terjadi pada si keparat sialan itu!" geram Miu. "Dan perasaanku adalah urusanku!"

"Berhentilah bersikap egois Miu!" Wang Joon meninggikan nadanya. Suasana ruangan mendadak terasa panas dan mencekam. Seungwoo terdiam, berdiri dengan tak nyaman sambil menarik napas dalam. Wang Joon menarik napas panjang, meredakan emosinya dan menatap Miu. "Dia dijebak. Anak yang dikandung wanita itu sama sekali bukan anaknya. Wanita itu langsung meninggalkan Kris begitu melahirkan putrinya. Saat ini, ia sedang berusaha merawat putri wanita itu meski ia bukan darah dagingnya."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 20, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

spiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang