4

12.1K 1.3K 107
                                    

Ini hari liburnya. Sehun menguap kecil sambil mengusap wajahnya. Ia melirik dinding kamarnya yang berbatasan langsung dengan kamar Miu. Ah, apa yang Miu lakukan ya? Sehun merenggangkan tubuhnya sambil tersenyum konyol. Sejak terakhir ia mencoba public sex dengannya, Sehun jadi terus menempel pada perempuan itu.

Miu wanita yang menyenangkan dan seksi, walau kadang ia sering mengabaikan pesan dari Sehun dan itu membuat Sehun gemas sendiri. Ia memakluminya. Perempuan itu sibuk dengan pekerjaannya, ditambah lagi bukunya dirilis dalam minggu ini. Sudah beberapa hari terakhir, Sehun tidak bisa menemuinya dan harus puas dengan balasan pesan dari Miu yang sangat singkat. Namun, tetap saja ia ingin bersama dengan perempuan itu lebih lama.

Sehun meraih ponselnya di nakas, berniat mengirim pesan pada Miu dan tersenyum cerah ketika mendapati jika Miu membalas pesannya semalam. Sehun buru-buru membukanya.

Oh, hai Sehunnie. Maaf aku baru bisa membalas. Aku lumayan sibuk dan baru selesai makan. Pasti kau sudah tidur. Kapan-kapan, aku akan mengajakmu makan jokbal dengan soju di restoran langgananku. Semoga mimpimu indah, Sehunnie.

Sehun tersenyum-senyum bagai orang bodoh. Ia suka membaca pesan dari Miu. Pesan yang ia kirim membuatnya merasa istimewa. Tentu saja ia menantikan hari di mana ia bisa bertemu dengan Miu dan menghabiskan waktu bersama, bukan hanya sekedar untuk sesuatu yang sensual tetapi juga untuk hal-hal kecil seperti makan bersama atau sekedar jalan-jalan.

Noona, selamat pagi. Aku menunggu balasanmu sampai mengantuk. Aku rindu padamu. Tolong berada di rumah lebih sering supaya aku bisa melihatmu.

Sehun meletakan ponselnya di nakas, beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Di hari liburnya yang sangat jarang ia dapatkan, akan sangat menyenangkan jika Miu bisa menghabiskan waktu bersamanya. Sehun kembali mengecek ponselnya usai mandi. Miu masih belum membalas pesannya. Mungkin perempuan itu masih tidur mengingat ia membalas pesan Sehun saat lelaki itu sudah terlelap. Sehun mengerutkan bibirnya sembari mengetikan pesan lagi untuk Miu.

Apa Noona masih tidur?

Noona, aku sangat-sangat rindu padamu :( rasanya tersiksa sekali tidak bisa melihatmu sehari saja. Aku ingin tidur di pangkuanmu.

Aku mau memelukmu seperti memeluk boneka beruang besar.

Aku sangat suka Noona. Sukaaa sekali.

Sehun menatap layar ponselnya dengan wajah merengut, kemudian terperanjat ketika melihat pesan terakhir yang ia kirimkan pada Miu. Tunggu dulu, apa yang ia pikirkan? Apa ia menyatakan cinta pada Miu lewat pesan singkat? Sehun melempar ponselnya asal ke kasur dan mengacak rambutnya kasar.

Ah, bodoh sekali! Nanti kalau Miu melihatnya, ia akan berpikir apa tentang Sehun? Ia meraih ponselnya lagi dan berniat mematikannya, tetapi Miu ternyata sudah membalas pesannya. Sehun menelan ludah. Uh, bagaimana kalau balasan Miu berisi penolakan?

Selamat pagi. Tidurmu nyenyak?

Sehun mengerutkan bibir. Walau ia tak siap dengan balasan Miu, ia tetap saja berharap jika perempuan itu paling tidak merespon pesannya yang lain. Sehun mengetikan balasannya dengan hati gondok, tetapi berhenti mengetik ketika melihat pesan masuk lagi dari Miu.

Kemari. Kubuatkan sup krim daging kesukaanmu.

Sehun kembali tersenyum, membuang ponselnya asal dan beranjak menuju kamar Miu dengan senang hati.

👠👠👠

Sehun melirik Miu yang sedang mengeringkan rambut panjangnya. Ia akan mengajak Sehun pergi berbelanja kebutuhan sehari-hari. Sehun menyibak selimutnya dan mengenakan kembali pakaiannya yang terdampar sembarangan di lantai. Ia terlalu malas untuk bangun usai sesi panasnya dengan Miu tadi. Yah, rencananya ia memang ingin sarapan di kamar Miu, tetapi entah bagaimana ceritanya mereka sekali lagi berakhir di ranjang Miu.

"Apa tidak apa-apa kalau aku tidak mandi? Nanti aku kelihatan aneh," kata Sehun sembari mengenakan kembali celananya.

Miu melirik Sehun, tertawa geli dan mendekat sambil membawa sisir. Ia menyisir rambut Sehun lembut, mencubit pipinya gemas dan mengecup ujung hidungnya yang mancung.

"Kau kelihatan imut," kata Miu membuat Sehun langsung memerah.

"Laki-laki itu tidak imut, Noona!" balas Sehun mencoba protes, tetapi Miu justru membalasnya dengan kekehan.

"Aih, imutnya Sehunnieku."

Mendengar kata Sehunnieku dari bibir Miu, lelaki itu langsung tersipu-sipu. "Aku hanya akan jadi imut untuk Noona saja. Kalau orang lain, aku tidak mau."

Miu tersenyum geli, mencubit pipi Sehun dengan gemas lagi sembari melumat bibirnya sejenak.

"Iya-iya Sehunnie. Ayo!"

Sehun menyeringai konyol, mengikuti Miu di depannya bagai anak ayam mengikuti induknya. Ia mencoba mengejar langkah Miu, menggenggam jemarinya sambil menggoyang-goyangkan tangan mereka seirama dengan langkahnya.

"Sebelum itu, aku harus ke apotik sebentar," kata Miu membuat Sehun meliriknya.

"Apa Noona sakit?" tanya Sehun dengan raut agak khawatir.

Miu menggeleng. "Pil kbku habis."

Sehun terdiam, melirik Miu dan menatap jemari mereka yang bertautan. "Aku tidak masalah kalau Noona tidak minum pil kb," gumamnya pelan membuat Miu menatapnya. "Pasti menyenangkan punya Sehun dan Miu versi mini."

Miu tak membalas ucapannya dan hanya tertawa. "Jangan minta yang tidak-tidak."

Mereka tiba di apotik. Sehun mengikuti Miu masuk ke dalam. Apoteker yang bertugas beberapa kali meliriknya ketika Miu membeli pil kb. Sehun mengerucutkan bibirnya. Memangnya Miu tidak mau punya anak? Ia bersedia menikahi Miu. Selesai membeli pil, mereka melanjutkan perjalanan menuju minimarket yang jaraknya sepuluh menit dari gedung apartemen. Sehun melirik Miu dengan bibir melengkung ke bawah.

"Kenapa melihatku dengan tatapan anak anjing yang kasihan itu?" tanya Miu bercanda, membuat Sehun langsung merajuk.

"Aku mau punya Sehun mini!" rengeknya membuat Miu menatapnya kaget, kemudian tertawa.

"Kau kan sudah punya Hunnie," ledek Miu membuat Sehun memerah, tetapi ia berusaha keras mengabaikannya.

"Hunnie itu lain soal. Aku juga mau dipanggil Papa oleh anak-anakmu, Noona!" rengek Sehun lagi. "Memangnya, apa aku kurang hebat jika mau menjadi ayah dari anak-anakmu? Seperti apa standarnya Noona?"

"Standarku? Yamg jelas, kau tidak masuk standarku," balas Miu menggoda.

Sehun menatap Miu dengan mata memelas dan bibir mengerucut yang benar-benar membuat Miu gemas. Miu tertawa, mengusap rambut Sehun lembut sambil berujar, "iya, nanti kita akan buat Sehun mini kalau itu maumu."

Sehun menyeringai senang, menarik tubuh Miu mendekat dan merangkul pinggangnya manja. "Tapi tidak usah minum pil kb ya?"

Miu tak menjawab, hanya tertawa ringan sambil mengacak rambut Sehun. Perempuan itu sepertinya tak ingin mengiyakan ucapan Sehun, membuat Sehun ingin merengek lagi, tetapi Miu buru-buru mengalihkan pembicaraan.

"Kau mau makan apa malam ini?" tanyanya membuat Sehun merengut sejenak, tetapi tersenyum beberapa detik kemudian.

"Aku mau Noona," bisiknya pelan seperti anak kecil yang berusaha mendapat izin ibunya untuk makan permen.

Miu menggeleng pelan sambil tersenyum dan mencubit pipi Sehun. Ia kemudian berlalu sambil memilih barang-barang belanjaannya, membuat Sehun menatap punggungnya dengan wajah merengut. Apa Miu sebenarnya hanya bermain-main?

Sehun melangkah, hendak menyusul Miu tetapi terhenti ketika melihat seorang pria yang entah datang dari mana mendekati Miu dan merangkul bahunya. Tentu saja, Sehun langsung kesal melihat tingkah pria itu, tetapi ia tak bisa melangkah maju karena Miu nampak tak terganggu. Ia malah bicara dengan santainya dengan pria itu, seolah mereka memang saling mengenal dekat.

Sehun mengerutkan bibirnya. Siapa dia?

spiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang