Part 3 Kebutuhan

3 2 0
                                    

Harta sebanyak apapun tak akan pernah terganti dengan yang namanya kasih sayang, itu adalah kebutuhan rohani.

~~~
“Aku --”

Perkataannya dipotong Hana,“Tak apa, apapun yang kau butuhkan akan selalu aku bantu. Bukankah selama ini seperti itu?”

Arhis tersenyum, kini lebih lebar. Mata indahnya terlihat sangat mempesona, dengan culas Hana berkata,“Sebaiknya kau jangan tersenyum, seperti orang sinting saja.”

Hana kemudian berdiri, menaruh piringnya di wastafel dan beranjak masuk ke dalam kamar. Arhis terlihat kebingungan dengan sifat Hana tapi tak ia gubris, wanita itu Hana akan membaik sendiri.

Arhis menunggu Hana sambil menonton apapun yang ditayangkan TV, matanya ke arah depan tetapi pikirannya entah kemana. Entah sudah berapa kali ia mendengus.

Jam sudah menunjukkan waktu tengah malam, Anna keluar dari kamar dan ternyata Arhis masih di apartemen. Ia mendekati lelaki itu, ternyata lelaki itu telah terlelap. Dengan sifat jahilnya ia memotret Arhis sebanyak - banyaknya, kemudian ia mengambil selimut dan bantal untuk lelaki yang selalu ada kapanpun dan di manapun untuknya.

Sudah berteman sejak TK sampai 22 tahun ini, hidup Hana selalu dipenuhi cobaan tetapi akan selalu ada Arhis di sana. Memberikan semua yang Hana butuhkan, walau Hana pun berasal dari keluarga mampu seperti Arhis tetapi yang ia butuhkan tak berbeda dengan anak kebanyakan, kasih sayang. Arhis selalu memberikan ia hal itu.

Arhis terbangun, Ia merasa risih dengan seseorang yang menatapnya penuh khidmat. Hana tak malu Arhis mengetahui perbuatannya. Malah dengan candaan ia berkata,“Pangeran Ar sangat tampan saat tidur.”

Agak malu, Arhis melempar bantal ke wajah Hana. Tak tahu mengapa dirinya selalu malu di puji Hana.

“Besok Aku jemput,” ucapnya kemudian beranjak ke kamar Hana dan menganti pakaiannya.

Tak berlangsung lama Arhis keluar, sudah rapi dengan setelan jas biru dongker miliknya. Ia kemudian mengenakan sepatu kulit berwarna hitam yang dibelikan Hana saat mendapat gaji pertama.

“Bukankah besok ulang tahun perusahaan keluargamu?” tanya Hana keherangan.

Arhis menatap manik mata sahabatnya ini, tak tahan ia kemudian menjidat seraya berkata.“Tentu saja, pikirmu kemana lagi kita akan pergi?”

“Wow ...! Akhirnya kau bisa bertanya padaku juga,” sahut Hana kemudian tertawa garing.

Pikir Arhis sebaiknya ia pulang, jika tak ingin menjadi kepiting rebus lagi. Kemudian ia keluar dari apartemen Hana, meninggalkan Hana yang masih tertawa dengan tingkah Arhis.

-
Vote dan coment nya jangan lupa 😊

Kilometer Tak BerujungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang