Part 5 Memilih

6 1 0
                                    


Memiliki adalah hal yang semua orang inginkan, entah itu harta, tahta maupun kasih sayang.

~~~~~~~~
Jam dinding terus berdetak menyesakkan keheningan malam. Hana terguncang. Bukan sebab Arhis mengecupnya tadi tetapi panggilan dari orang yang sangat ia rindukan. Sangat.

"Hana, kembalilah ke rumah. Sudah cukup kau hidup selama dua tahun di luar," ucap singkat ayahnya setelah Hana mengangkat panggilan telpon itu. Setelah itu, tak ada lagi percakapan basa - basi lainnya.

Hana terkejut bukan main, ia merasa sangat bahagia pun sedih. Perlahan butiran hangat menemani malam spektakulernya.

Keluarga Hana merupakan keluarga politik tak seperti Arhis yang notabennya pengusaha. Mereka jauh lebih ketat dan tertutup. Alasan Hana keluar dari rumah hanya Arhis dan dirinya yang mengetahui kebenaran itu.

Awal minggat hanya Arhis lah tempat keluh kesah hingga ia bisa berdiri sendiri Arhis masih setia menemani.
"Hana, kau sudah mengertikan syaratku? Bantu aku." Arhis memegang tangan Hana seraya berkata."Maafkan aku tadi mengecupmu."

Percakapan terakhir Hana dengan Arhis sebelum ia pulang.

Tetapi kini ia harus memilih, membantu Arhis atau kembali pada Ayah.

***
Paginya dibumbui dengan banyaknya pertimbangan. Ia mau meminum kopi tapi teh hangat sepertinya enak. Ia ingin memakai jins tetapi dress ungu lebih menarik. Ia bimbang. Sangat bimbang.

Kerjanya seperti biasa, pemotretan. Wawancara majalah dan lari terbirit - birit dari wartawan penyebar gosip.

"Ah, hidup damaiku ... kemana ia pergi?!" serunya berulang kali dalam mobil jip agensi.

"Sebaiknya hari ini kau pulang dulu ke rumah orang tuamu," saran Intan manager pribadinya. Intan tidak mengetahui masalah keluarganya. Ia memang cukup merahasiakan masalahnya dari orang lain. Hanya Arhis yang tau.

Hana berpikir. Toh memang ayahnya menyuruh ia pulang. Tak ada rugi baginya. Mengenai apartemen pasti Arhis akan mengurusnya. Mengenai masalah Arhis? Pemuda itu akan mengerti dengan pilihannya. Bukankah selama ini seperti itu? Kini ia telah bertekat. Ia telah memutuskan. Setelah seharian bimbang.

©©©©©©©
Vote dan koment

Kilometer Tak BerujungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang