part 2

6.1K 392 51
                                    

Happy reading

🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀

Bangun pagi, menyiapkan sarapan, dan terakhir menyiapkan baju ganti. Sudah bersuami? tentu saja Yuki akan menjawab dengan lantang jika memang ia belum bersuami. Semua itu adalah paksaan dari sang bos yang berdalih akan memecatnya jika Yuki tak mengerjakan semuanya. Jika ada yang bertanya lagi, Yuki tinggal di mana? Tentu saja ia tinggal di rumahnya sendiri. Hanya sendiri, namun dengan lancangnya bos besarnya menginap dengan beralasan lelah. Tak sanggup menjalankan mobilnya kembali.

Pasrah. Itulah yang Yuki lakukan saat ini, walau hatinya sangat merasa dongkol dengan sifat sang bos yang terlewat baik itu. Tangan mungilnya menyiapkan menu makanan kesukaan dirinya tak perduli sang bos akan suka atau tidak, jika perlu sang bos elergi dengan makanan kesukaannya. Biar sekalian mati, ups. Dosa tidak sih mengomel sepanjang ia memasak? Yuki harap dia tidak berdosa karena yang di tindas adalah dia di sini.

"punya bos seenaknya saja, emang ini rumah dia apa, seenaknya menginap. Padahal baru kenal sehari, sok akrab" omel Yuki sepanjang menyincang sayurannya menjadi kecil.

"Kamu bilang apa nona Yuki"ucap Al datar yang ternyata sudah berada di belakang Yuki.

"Awww" Yuki berjengkit kaget hingga tak sengaja pisau tajam yang ia pakai mengenai jari telunjuknya. Wajah Al langsung tampak pias khawatir, Namun dengan mudah ekspresinya kembali tenang seperti biasa.

"makanya kalau masak itu jangan sambil ghibah tau rasa akibatnya kan, untung gak putus tuh jari"omel Al dengan datar menghisap telunjuk Yuki untuk mengeluarkan darah yang keluar sedikit banyak itu. Yuki mematung menatap Al yang masih menghisap jarinya, perasaan hangat menjalar masuk ke relung hatinya.

"kenapa lihat-lihat naksir"

Yuki mendelik, menarik jarinya dari tangan besar Al "Ais, amit-amit, saya naksir sama bapak? Mending saya naksir sama pak Stefan deh. udah ganteng, baik, perhatian, udah gitu gak galak"

Gantian Al yang melotot, menatap tajam ke arah Yuki. Bisa-bisanya gadis itu menyebut sepupu laknatnya itu ganteng, dan apa tadi tidak galak, cih. Masih juga gantengan Al kemana-kemana

"Kamu perlu memeriksa matamu nona Yuki, mungkin minusmu semakin parah"kesal Al

"Hei, enak saja mengataiku minus. Memang benar apa yang aku katakan bos, pak stef...mmmmmmtt...mmmmm"

"lanjutkan masak, jangan bicarakan pria lain di depan saya"ucap Al dingin melepas bekapannya pada mulut Yuki.

"Aish, menyebalkan. Jari ku sakit, tidak bisa memasak kau saja yang melanjutkan masak"ucap Yuki berani.

"Kau berani menyuruhku, jarimu tidak putus. Jangan manja"

Yuki menghentakkan kaki nya kesal setelah kepergian bos nya dari hadapannya. Yuki memotong sayurannya asal pertanda bahwa ia tak lagi mood untuk memasak, biarkan saja semoga rasanya bisa meracuni mulut pedas bosnya tersebut.

Yuki berjalan ke arah meja makan sambil membawa masakannya, di sana sudah ada Al yang sedang membaca majalah miliknya. Majalah Yuki memang semua tentang pekerjaan, namun tak sedikit tentang wanita. Yuki terdiam duduk di kursinya, tanpa mempersilahkan sang tamu yang tak di undang makan, ia mengambil makanannya sendiri.

"Kau benar-benar sekretaris tidak sopan, tak menyuruh bosnya makan, malah asik makan sendiri"tajam Al setelah menutup majalahnya.

"makannlah"ucap Yuki malas, menyendok sup buatannya masuk ke mulutnya.

"kau memang tak ada niatan untuk mengambilkan ku nasi?"

"memang pak Al siapa, suami bukan, teman bukan, ini bukan kantor jadi anda bukan bos saya. Anda itu orang asing yang sedang menumpang tidur, dan makan di rumah saya"ucap Yuki menatap sinis ke arah Al yang sedang menatapnya tajam.

"oo kalau begitu silahkan angkat kaki dari..."

"ck, baiklah-baiklah, akan aku ambilkan. Dasar tukang mengancam, jika bukan pekerjaan saya tidak sudi melayani bapak"gerutu Yuki

Al tersenyum kecil, saat melihat Yuki meletakkan nasi miliknya di piring beserta dengan masakan gadis itu yang ternyata adalah kesukaannya

"Kau sangat tau makanan kesukaan saya nona"

"uhuk, uhuk. Apa? Makanan kesukaan bapak? Ini makanan kesukaan saya, jangan mengikuti selera saya"

Al mengedikkan bahunya acuh, ia memakan masakan Yuki dengan lahap tanpa melihat Yuki yang cemberut dan terlihat menatapnya dengan sinis.

"Ais, berharap di kejang-kejang sekarang"gerutu Yuki dalam hati, ia sudah tak berselera makan mengetahui fakta bahwa Al juga menyukai makanan kesukaann.

"lanjutkan makanmu, setelah itu pakaikan saya dasi"ucap Al yang melirik dasinya menggantung di lehernya dengan tidak rapi.

"pakai saja sendiri, saya sibuk"

"Yuki, mau membantah perintah saya"

"Tidak"kesal Yuki menghampiri Al dan membenarkan simpul dasi Al yang tak rapi sama sekali.

" jadi selama ini yang memakaikan dasi anda siapa, pasang dasi saja tidak bisa. Merepotkan sekali"

"untuk apa saya punya sekretaris kalau tidak membantu pekerjaan saya termasuk memasang dasi saya, saya tidak ingin kamu menganggur begitu saja"

"saya juga punya pekerjaan bos, pekerjaan saya bukan hanya mengurus keperluan anda saja, dasar bossy"

"Terus apa peduli saya, kamu saya gaji"

"ais, boleh nabok orang sekarang gak?"

🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀

Maaf ya akhir-akhir ini  aku jarang bales komenan kalian semua, lagi sibuk banget sama perkuliahan aku🙏🙏🙏🙏

My Posesif BosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang