Part 8

4.1K 321 42
                                    

Happy reading

********

Yuki masih berkutat dengan pekerjaannya, gadis itu sebenarnya sudah sangat lelah. Namun, Al terus mengawasinya membuat Yuki tidak bisa berkutik sedikit pun, perutnya sudah merasa sangat lapar sekali, tetapi Yuki tidak berani beranjak dari pekerjaannya. Bunyi decitan kursi mengubah fokus Yuki menjadi menatap Al yang sudah berdiri.

"Bapak mau kemana?"tanya Yuki memberanikan diri.

"Saya mau keluar sebentar, jangan coba-coba untuk lari dari tanggung jawab kamu Yuki."

"Pak Al?"

"Apalagi Yuki."

"Saya lapar."

"Itu bukan urusan saya, saya tidak mengizinkan kamu beranjak sedikit pun dari kursi yang kamu tempati ini. Saya gak mau tau, pekerjaan itu harus sudah selesai dan besok pagi sudah harus berada di meja saya."

Al meninggalkan Yuki yang menganga dengan lebarnya, mengapa bos nya ini berubah menjadi sangat kejam hanya karena dirinya memberikan masakan untuk Stefan? Yuki menelungkupkan wajahnya di meja, Al tidak tau jika dirinya mempunyai penyakit maag yang artinya Yuki tidak boleh telat makan. Terhitung sudah satu jam ia meninggalkan makan siangnya, dan kini perutnya sudah mulai terasa sangat perih. Namun, Yuki harus cepat menyeselesaikan pekerjaannya sebelum hari berubah menjadi gelap, Yuki mengabaikan perutnya yang sakit, matanya harus fokus pada selembar demi selembar kertas yang ada di mejanya.

********

Al menatap tajam semua karyawan yang di lewatinya, hati ini moodnya sangat buruk. Dirinya malas sekali berada di kantor lebih baik ia pergi, daripada harus melihat wajah Yuki yang membuatnya sebal. Bagaimana tidak emosi jika sarapan mu di makan oleh orang lain? Sungguh gadis pembangkang seperti Yuki harus di beri pelajaran, Al sengaja memberikan setumpuk pekerjaan kepada Yuki, agar Yuki tidak  bisa bertemu dengan Stefan. Mengingat wajah Stefan, Al merasa ingin meninju wajah Stefan saat ini juga.

Al sudah berada di dalam mobilnya, pria itu menghidupkan mobilnya dan menjalankan mobilnya dengan kecepatan penuh, Al berdecih di saat handphonenya berdering menandakan ada panggilan khusus dari sang mama tercinta.

"Ada apa ma?"

"Pulanglah ke rumah Al! kamu sudah sangat jarang berada di rumah."

"Baiklah."

"Mama tunggu sayang."ucap mama Al dengan sangat senang dan menutup teleponnya begitu saja. Al hanya bisa geleng-geleng kepala dengan tingkah mamanya. Memang sudah lama ia tak pulang ke rumah, ia selalu menghabiskan waktunya di apartemen miliknya sendiri. Al memutar arah agar bisa ke rumah sang mama, karena memang jalan ke rumah mama nya dan apartemennya berbeda arah.

Kini Al sudah berada di rumah mamanya, ia keluar dari mobil dengan tampang dingin luar biasanya, Al memasuki rumah besar kedua orangnya, dirinya sudah di sambut oleh mamanya.

"Duh, jadi bos sudah jarang pulang sekarang ya."

"Al sibuk mah."ucap Al sekenanya.

"Ya, ya. Mama tau kamu sangat sibuk, sampai mengunjungi mama dan papa tidak bisa.

"Hmmm."

"Ish, punya anak lelaki cuma satu tetapi menyebalkan sekali. Kapan kamu akan membawa calon menantu ke rumah ini?"

"Mah, tidak usah bahas itu. Al bosan mendengarnya."

"Mama serius Al, kamu sudah dewasa dan sampai sekarang tidak ada satu pun wanita yang kamu kenalkan ke mama dan papa. Kamu tidak berbelok kan Al?"

"Maksud mama apa sih? Al lelaki normal mah."kesal Al dengan mamanya yang jika pulang pasti yang di bahas adalah wanita.

"Siapa tau aja karena kamu kelamaan menjomblo, kamu jadi suka dengan yang batangan. Amit-amit Al, jangan sampai deh."

"Mama tuh kalau ngomong, udah Ah Al capek mah, Al mau istirahat. Mama menyuruh Al kesini hanya untuk mengomel atau apa sih?"

"Ya mama minta maaf, mama kan juga kepingin punya cucu sama kayak temen mama, cucunya udah dua. Lah kamu boro-boro mau kasih mama cucu, pacar aja gak ada."

"Al udah punya pacar, besok Al kenalin ke mama."ucap Al yang mulai kesal dengan obrolan mamanya.

"Yang bener? Besok bawa dia ke rumah ya, siapa nama pacar kamu Al?"

"Iya bener, nama pacar Al, Yuki. Udah kan mah? Al mau istirahat."

Maya. Mama Al begitu senang, saat mengetahui bahwa anaknya tak lagi sendiri, ia harus menyiapkan yang spesial untuk calon menantunya.

"Istirahatlah, waktu makan malam nanti mama bangunkan."teriak mama Maya penuh semangat.

"Kenapa sih ma, teriak-teriak?"ucap papa Al yang baru saja pulang.

"Mama senang pah, akhirnya anak kita gak jomblo lagi. Besok dia akan mengenalkan pacarnya ke kita. Temenin mama belanja pah, mama harus menyiapkan masakan spesial untuk calon menantu kita."

"Alhamdulillah, yaudah ayo sekarang kita pergi ke supermarket."

"Ayo pah."

******

Hari sudah mulai gelap. Namun, Yuki masih berkutat dengan pekerjaannya. Mukanya sudah sangat lemas sekali, bahkan bibirnya sudah sangat pucat, Yuki menjatuhkan pulpennya, matanya sudah berkunang-kunang. Yuki tidak sanggup lagi untuk mengerjakan pekerjaannya, yang ia butuhkan adalah istirahat.

Sedangkan Al masih makan malam bersama dengan kedua orang tuanya, ia hanya diam menikmati masakan mamanya. Mengingat masakan Al menjadi mengingat Yuki, apakah gadis itu sudah selesai dengan tugasnya? Apakah Yuki sudah pulang? Dan apakah Yuki sudah makan? Banyak sekali pertanyaan yang berkecamuk di benaknya sampai Al menjatuhkan sendoknya membuat kedua orang melihat ke arah Al.

"Kenapa Al?"

"Al harus ke kantor mah, ada sesuatu yang ketinggalan di meja Al."

"Ini sudah malam Al, besok juga bisa kamu ambil, kan?"

"Al ke kantor sekarang mah."ucap Al berdiri meninggalkan kedua orang tuanya begitu saja.

"Tuh anak papa, sama seperti papa yang hanya mentingin pekerjaan daripada keluarga."

"Bukan begitu mah, papa dan Al bekerja bukan hanya untuk diri sendiri tapi banyak karyawan yang bergantung pada kami."

"Tau ah tetap saja, mama kesal."

Papa Al hanya bisa geleng-geleng kepala dengan tingkah istrinya, ia lebih memilih melanjutkan makannnya. Daripada harus berdebat dengan sang istri.

********

Tak butuh waktu lama Al sudah sampai di kantornya, suasana malam ini sudah sangat sepi hanya tinggal beberapa karyawan yang lembur. Al memencet tombol lift dengan tak sabaran, pikirannya terus tertuju pada Yuki. Sampai di ruangannya Al langsung mendobrak pintu ruangannya dengan tak sabaran, menghampiri meja Yuki dengan cepat. Al mendengus mendapati Yuki yang tertidur dengan menelungkupkan wajahnya.

"Bangun, saya menggaji kamu bukan untuk bermalas-malasan seperti ini Yuki."

Tak ada jawaban dari Yuki, membuat Al semakin kesal, tangannya mulai mengguncang tubuh Yuki.

"Bangun dasar pemalas, pekerjaan kamu masih banyak Yuki."

Tak ada pergerakan dari Yuki membuat Al di landa rasa khawatir sekali lagi ia mulai mengguncang tubuh Yuki sedikit keras. Namun, hampir saja tubuh itu terjatuh, jika Al tidak segera memeluk tubuh Yuki.

"Yuki."

"Hei jangan becanda, ayo buka mata kamu, saya yakin kamu hanya berpura-pura pingsan."

"Ki ayo buka mata kamu, kalau tidak gaji kamu akan saya potong."

"Yuki."

Al menepuk pipi Yuki, matanya melotot melihat wajah Yuki yang sangat pucat dengan pipi yang sangat dingin. Tanpa berpikir lagi, Al langsung membopong tubuh Yuki untuk menuju ke rumah sakit. Wajahnya sangat cemas sekali melihat Yuki yang menutap mata seperti ini, rasa bersalah terus menghantam hatinya.

My Posesif BosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang