Happy reading
🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀
Teriknya matahari dan banyaknya karyawan berlalu lalang membuat Yuki di landa pening seketika. Pasalnya ia juga mondar mandir masuk dan keluar ke ruang bos besarnya. Ia mendengus kesal menatap kopi yang kesekian kalinya yang di tolak oleh Al padahal kopi itu adalah buatan OB ter-enak di kantor mereka.
"Ini pak kopinya."ucap Yuki sedikit ketus kala Al hanya merespon dengan deheman dan lirikan sekilas saja, lalu ia lanjutkan dengan memeriksa laporan yang bertumpuk di meja.
"kalau gitu saya permisi."
"Tunggu."
"Apalagi sih pak, jangan bilang mau ganti kopi lagi. Kaki saya udah pegel tau, minta istirahat. Punya bos kok kayak di zaman penjajahan Belanda sih." cerocos Yuki membuat Al melongo dengan sikap sekretarisnya yang kadang absurd.
"Kenapa melotot ke arah saya?"
"kok jadi galakan kamu sih, saya di sini yang bos Yuki."
"Bodo', jadi bos kok ngeselin banget." gerutunya.
" kamu tuh dari tadi nganggur, cuma duduk di kursi lihatin komputer atau handphone yang gak jelas, saya suruh kamu buat kopi agar kamu ada kerjaan. Biar gak bengkak tuh betis." ucap Al songong.
Yuki melotot, tangannya ingin sekali menampar mulut tak berguna bos nya, dari tadi ia melihat komputer juga kerja bukan lihat sesuatu yang gak jelas seperti yang di ucapkan bosnya.
"Aish, saya buat laporan yang bapak suruh, lama-lama saya sleding nih bapak."
"Duduk!"
"Saya keluar saja deh, panas banget di sini. Apalagi dekat bapak yang auranya seperti rajanya iblis."
"Yuki, kamu selalu buat saya naik darah. Duduk gak atau kamu saya...."
"Iya, iya. Ngalah aja sama bos. Apalah saya yang hanya reremehan chocolatos." dengus Yuki mendaratkan bokongnya dengan kasar di kursi.
"periksa laporan ini, saya mau minum kopi." ujar Al penuh perintah pada Yuki.
"Pak jangan kerja Rodi gini dong, capek tenaga dan hati nih saya."
"Saya bos nya di sini, kamu kok ngatur-ngatur saya sekarang."
"Pak Yuki laper tau, yang lain makan siang masa saya sendiri yang gak makan, kalau maag saya kambuh, terus saya sakit. Bapak yang tanggung jawab semuanya. Pengobatan saya, makanan saya bapak yang harus..."
"cukup, kepala saya pening lihat mulut kamu yang terus komat kamit gak jelas, duduk saja yang tenang. Saya sudah pesan makanan, saya juga gak akan membiarkan sekretaris saya mati kelaparan." datar Al.
"Tumben baik."
"saya gak mau buang-buang tenaga hanya untuk mengangkat tubuh berat kamu kalau sudah mati."
"pak Al sumpahin saya mati." teriak Yuki tak terima.
"Saya tidak bilang seperti ini, hanya saja ruangan saya sangat di sayangkan jika jadi tempat kamu untuk mati karena kelaparan."
"Tuh mulut bisa di uninstal gak pak, kalau bisa saya Uninstal sekarang."
"emang mulut saya aplikasi, kamu jangan kurang ajar sama saya. Lama-lama saya cium kamu kalau mulut kamu terus nyerocos gak jelas."
"Enak aja, mending saya di cium pak Stefan. Udah ganteng baik lagi. Eh saya lupa pak, tadi pak Stefan ngajakin saya makan siang bareng. Aduh gimana nih, gara-gara bapak sih kan saya gagal makan siang bareng pak Stefan."
"Stefan sudah punya tunangan, jangan genit sama calon suami orang." datar Al merasa tak suka jika Yuki sudah membahas Stefan yang tak lain adalah sepupunya sendiri, Stefan adalah manager di perusahaan Al yang mempunyai sifat murah senyum dan juga ramah.
"Sebelum janur kuning melengkung pak stefan masih milik bersama."
Tok..
Tok..
"Bukakan!" ucap Al dingin menatap ke arah Yuki. Ia kesal dengan ketukan pintu karena ucapan yang ia ingin keluarkan tertahan di tenggorokan akibat ketukan pintu ruangannya.
"Maksa terus, perintah terus, gaji gak naik-naik, badan makin kurus karena ulah bos gak ter-urus."
"YUKIIII."
"iya, iya. Budek nih telinga."
Dengan kesal Yuki membukakan pintu ruangan Al, matanya berubah cerah saat melihat makanan yang di bawa oleh OB.
"makasih mang Asep." ucap Yuki menerima makanan dari tangan mang Asep dengan senang hati.
"sama-sama neng Yuki, saya permisi."
"Iya mang."
Yuki kembali duduk di sofa ruangan Al sedikit menjauh dari Al yang sedang melototinya.
"Besok bawa makan siang ke kantor, masakan kamu. Saya gak mau tau, kamu sudah melanggar perjanjian kita." dengus Al mendekati Yuki.
"Saya kan sudah bilang tadi gak sempat masak, siapa suruh bapak datangnya kepagian, udah gitu saya di buru-buru. Sampai saya gak sempat mandi."
"Kamu saja yang kesiangan, besok saya gak mau tau sewaktu saya sampai di rumah kamu, kamu sudah harus menyambut saya di depan pintu dengan membawa makan siang untuk saya."
"Ogah, gaji saya saja gak naik."
"Saya naikkan gaji kamu, tapi dengan syarat saya tinggal di rumah kamu."
"Minta di tabok masal."
🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀
Gimana part ini?
Semoga suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Posesif Bos
Fantasyfollow akun saya dulu bolehlah, sebelum membaca.. Punya bos galak tetapi posesif? Perkataan pedas tetapi terkadang romantis?. Terkadang ia bingung, mereka hanya sebagai rekan kerja bos dengan sekretarisnya. Tetapi perlakuan sang bos membuat hatin...