Happy reading
🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀
Al menatap Yuki penuh penyesalan, rasa amarah yang menguasainya sedari tadi tergantikan dengan rasa cemas yang luar biasa di hatinya melihat sekretarisnya terbaring lemah dengan wajah pucat karena ulahnya.
"Kenapa kamu menurut dengan ucapan ku sih? Biasanya kamu akan membantah apa yang aku ucapkan, tapi kenapa kali ini kamu hanya diam saja? Dasar gadis bodoh," gerutu Al menatap Yuki yang belum sadarkan diri dari pingsannya karena pengaruh obat tidur juga yang di berikan oleh dokter tak lupa nutrisi bagi Yuki lewat cairan infus yang sudah dokter suntikkan. Al mengusap wajahnya kasar, ia mengacak rambutnya frustasi. Bagaimana ia bisa sebodoh ini? Hanya karena Yuki memberikan sarapannya untuk Stefan ia jadi semarah ini, sungguh bukan dirinya sekali.
Dering handphone mengalihkan tatapannya dari wajah Yuki, Al mendengus tak suka saat nama mamanya lah yang tertera di layar handponenya.
"Hallo, mah. Kenapa lagi?" tanya Al dengan malas.
"Kamu di mana Al? Kamu bilang ingin tidur di rumah," protes mama Maya.
"Al lagi di rumah sakit mah, Al gak pulang ke rumah."
"Kamu kenapa? Kamu sakit? Bilang sama mama kamu di rumah sakit mana? Mama akan ke sana bersama papa." Panik mama Maya.
"Bukan Al yang sakit mah, tapi Yuki yang sakit," jelas Al
"Yuki? Yuki calon menantu mama?"
"Iya mah, ya sudah Al tutup teleponnya." ucap Al yang melihat pergerakan dari Yuki.
"Katakan di mana Yuki di rawat Al."
"Di rumah sakit X mah."
Al mendengus melihat teleponnya yang sudah di matikan oleh sang mama, ia mengantongi handphonenya kembali dan melihat Yuki yang sudah sadar.
"Sudah sadar? Ada yang sakit? Aku akan panggilkan dokter untuk kembali memeriksamu."
"Saya mau pulang pak." ucap Yuki dengan suara lirihnya membuat Al melotot tak suka.
"Tidak boleh!" tegas Al.
"Saya tidak betah di sini, saya mau pulang saja, mau istirahat di rumah."
"Jika saya bilang tidak boleh, ya tidak boleh. jangan ngebantah omongan saya kali ini, saya tidak mau kamu mati dan mengakibatkan saya jadi terseret dengan khasus kematian mu."
Dalam hati Yuki mengumpat, bisa-bisanya Al mengatakan jika dirinya mati. Harus di kerjai bos semena-mena seperti Al.
"Aawww." lirih Yuki memegang perut nya seketika membuat Al panik.
"Apa nya yang sakit? Perut kamu sakit? Sudah aku katakan jika kamu tidak boleh pulang dulu, jika begini nanti siapa yang akan mengurusmu?" panik Al membuat Yuki melongo tak percaya. Di hadapannya bos arogannya kah? Atau jiwa nya sudah tertukar?
"Perutku sakit karena terus mendengar ocehan bapak." ketus Yuki membuat Al diam menatap Yuki intens.
Al menjitak kepala Yuki pelan membuat Yuki mendengus mengusap keningnya.
"Pak saya laper, gara-gara bapak saya tidak makan, bapak harus tanggung jawab untuk membelikan makanan buat saya."
"Tunggu di sini saya akan belikan." ucap Al melenggang pergi meninggalkan Yuki yang tersenyum misterius, sepertinya misi mengerjai Al akan di mulai dari sekarang.
Yuki memainkan handphonennya karena bosan menunggu Al yang tak kunjung datang, dengan dirinya sakit seperti ini ia harus membalas perbuatan Al yang sudah semena-mena terhadapnya. Lihat saja bagaimana rasanya jika di suruh-suruh seperti Al menyuruhnya.
Al masuk ke dalam ruangan Yuki dengan membawa se-kotak bubur ayam, ia duduk kembali di samping Yuki dan memberikan bubur ayam tersebut kepada Yuki.
"Nih. Buruan di makan, aku tidak mau lagi melihatmu pingsan di kantorku."
"Tangan saya masih lemes pak, suapin dong."
"Kamu ngerjai saya?" dengus Al.
"Bukan begitu pak, tangan saya benar-benar tak bertenaga loh pak memegang handphone saja, rasanya berat banget. Kalau bapak tidak mau menyuapi saya, saya pulang saja deh pak, saya mau ke rumah orang tua saya biar mereka merawat saya, besok surat resign saya udah ada di kantor bapak kok tenang saja."
Al kelagapan ia langsung menyuapi Yuki dengan cepat, membuat Yuki tersenyum dalam hati, akhirnya ia bisa mengerjai Al.
"Tidak ada kata resign dalam kontrak kita Yuki, atau kamu akan membayar finalty yang sudah tertera di kontrak."
"Saya akan melunasinya pak, tapi di cicil ya, soalnya kan saya juga harus berobat nih."
"Yuki jangan buat saya kesal ya, makan saja tidak usah banyak bicara, saya akan menyuapi kamu."
"Iya pak."
"Pak, minum dong saya haus."
Al menghela nafas pelan dan memberikan minum terhadap Yuki, tak masalah jika ia harus merawat Yuki kali ini karena Yuki sakit juga akibat kesalahannya.
Al menyuapi Yuki dengan sangat telaten sekali, kesunyianlah yang menyapa mereka sampai bunyi dobrakan pintu membuat tatapan mereka teralih ke arah seseorang yang masuk ke ruangan Yuki dengan wajah paniknya.
Al melongo melihat kedua orang tuanya yang datang dengan banyak sekali membawa buah-buahan.
"Ooh menantuku kamu tidak apa-apa, kan?" tanya mama Maya dengan memeluk tubuh Yuki yang terpaku kerena mendapat pelukan tiba-tiba dari seseorang wanita paruh paya yang tak ia kenal.
Al mendengus melihat aksi mamanya yang membuatnya hampir terjungkal ke belakang karena sang mama mendorong kursi yang ia duduki dengan kuatnya.
"Kenapa bisa masuk rumah sakit calon mantu ku yang cantik, pasti Al tidak menjaga kamu dengan baik, biar mama beri pelajaran pada Al. Kalau perlu si otong nya mama sunat lagi." ucap mama Maya menggebu-gebu membuat Al refleks memegangi area bawahnya belum apa-apa sudah sangat terasa ngilu.
"Biar papa potong sampai habis, berani sekali dia membuat calon menantu papa yang cantik ini masuk rumah sakit."
Yuki masih bingung dengan apa yang di bicarakan kedua orang paruh baya ini, ia menatap Al meminta penjelasan tetapi yang di tatap malah membuang muka ke arah lain, merasa tak bersalah sama sekali.
"Me-menantu?" tanya Yuki dengan terbata.
"Iya kamu menantu mama dan papa yang cantik, kok kamu mau sih sama anak mama yang perjaka tua ini? mungkin otongnya saja sudah karatan."
Ya Tuhan apalagi ini? Yuki baru bangun dari pingsannya mengapa sudah ada kejadian seperti ini di kehidupannya. Apa rohnya sudah melayang ke dimensi yang lain? Sehingga Yuki banyak bertemu dengan orang-orang absurd seperti ini.
"Mama tolong Yuki." teriak Yuki dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Posesif Bos
Fantasyfollow akun saya dulu bolehlah, sebelum membaca.. Punya bos galak tetapi posesif? Perkataan pedas tetapi terkadang romantis?. Terkadang ia bingung, mereka hanya sebagai rekan kerja bos dengan sekretarisnya. Tetapi perlakuan sang bos membuat hatin...