10. Common Room

29 3 0
                                    


"Heh, Kuncorooooooo!!!"

Tak hanya Kevin, Hana dan Yudi yang berjalan mengapit Kevin ikut menoleh mendengar seruan pemuda itu. Hana tidak bereaksi banyak. Kevin dan Yudi keburu kesal mendengar suara itu, bahkan sebelum melihat wajah empunya suara.

"Ah, elah. Hari gue tadinya cukup indah sebelum lo muncul," keluh Yudi.

"Selamat. Hari lo akan jauh lebih indah karena kemunculan makhluk Tuhan seindah gue," kata pemuda itu jemawa.

"Udah, udah. Gak usah didengerin," tukas Kevin.

Menggandeng Hana di lengan kanan dan Yudi di lengan kiri, Kevin menarik dua gadis itu untuk berbalik dan pergi. Tapi belum dua langkah mereka berjalan, pemuda tadi menarik kerah baju Kevin dari belakang hingga ia terseret mundur beserta Hana dan Yudi.

"Lintang Candramawa, lepas," kata Kevin.

"Where do you think you're going, Kevin Kuncoro?" Pemuda bernama Lintang itu tak kunjung melepas kerah Kevin.

"We've been together since early morning, it's tiring."

"True. We be irritating."

"Eh, ada Hana my baby boo bala-bala bim bim. Okay, then. Gue lepas, tapi gue join kalian. The more the merrier."

"Lu ngapain ngintilin kita???"

Walau Yudi memprotes keras, tetap saja Lintang bergabung dengan mereka dan menempel ke Hana seperti magnet kulkas. Selain Yudi dan Kevin, Hana juga berteman baik dengan Lintang sejak maba. NIM mereka berdekatan sehingga mereka sering satu kelompok. Karena mulai jarang sekelas dengan Lintang sejak semester lima, kembali bertemu Lintang yang ceria dan berisik setelah sekian lama menjadi menyenangkan bagi Hana.

Mereka, kini berempat, menuju Common Room. Katanya, Lintang dari awal memang berniat ke Common Room untuk mencari lokasi belajar yang kondusif. Fasilitas ini biasa menjadi tempat khusus anak-anak departemen mereka berkumpul di luar kuliah, di mana disediakan pula perpustakaan mini dan ruang baca di dalamnya.

Dari balik dinding kaca Common Room, Hana bisa melihat Gisel sibuk membereskan buku-buku di rak. Siang ini Common Room tampak lumayan lengang karena hanya ada beberapa mahasiswa di ruang baca, menyisakan sofa dan meja yang kosong di tengah Common Room. Hana, Yudi, dan Lintang segera masuk untuk mengklaim sofa itu. Sementara, Kevin menyerahkan map dari Pak Sumandra pada Gisel sebelum bergabung dengan ketiganya.

"Ada yang bawa charger hape?" tanya Yudi, "Hape gue sekarat."

Kevin membuka tasnya, lalu menyerahkan pengisi daya ponselnya pada Yudi.

"Sekarat kayak nasib romansa lo yang kering kerontang, ya?" sindir Lintang.

"Anjas," rutuk Yudi.

Hana sudah mengedarkan pandangannya ke sekeliling, tapi Ian tidak nampak di sudut manapun. Di ruang baca juga tidak ada, apalagi di ruang diskusi. Padahal, Kevin yang tadi bilang bahwa Ian mengajaknya bertemu di Common Room. Hana sempat terpikir untuk bertanya pada Kevin, tapi diurungkannya niat itu. Selain sungkan, Hana tidak berkepentingan untuk menanyakan soal Ian pada Kevin. Setelah ketahuan Yudi, ia tidak mau membuat Kevin dan Lintang ikut curiga.

Mumpung ada sedikit waktu sebelum kelas nanti sore, Hana berniat menyicil bacaan untuk salah satu jurnal mingguannya. Yudi tampak melakukan yang sama karena gadis berambut pendek itu sudah membuka modul dan memegang stabilo. Lain halnya dengan Hana dan Yudi, Kevin mengeluarkan setumpuk kertas yang merupakan tugas anak-anak kelas asistensinya untuk direkap. Lintang menunggu laptopnya menyala sembari menggerutukkan buku-buku jari dengan berisik.

Sekotak Kaus Kaki SelundupanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang