"Apa?" Baekhyun mengulang untuk sekitar ketiga kali dalam dua detik....
kaget"Itu berarti orangtuaku mencampakkan ku di tempat sampah orang lain ketika aku berumur dua bulan, kau fucktard." Chanyeol menjawab tak sabar. Baekhyun duduk di sana, dengan pandangan kosong. Kemudian baekhyun ingat apa yang telah dia katakan pada Chanyeol selama ini, tanpa sekali pun berpikir apa yang mungkin chanyeol rasakan
"Seluruh dunia penuh dengan cinta. Kalau tidak, bagaimana bisa kau lahir?"
"Tidak semua orang tumbuh di dunia menyenangkan sepertimu, Park Chanyeol. Tidak semua yang ada di dunia ini dibuat dari cinta. Justru, tak ada. Cinta itu hanya ilusi."
"Bagaimana kau bisa tahu mengenai situasiku? Kau memang dijaga dengan 'kasih sayang' oleh orang tuamu, dikasihi, lahir dengan 'cinta', tapi bukan berarti semua orang ..."
Baekhyun merasa bersalah.
"Maaf." Dia bergumam pelan tapi dengan sungguh-sungguh sambil mendongak pada Chanyeol, yang berdiri dan menaruh tangan di sakunya. "Aa..aku tidak tahu ..."
"Uh, tak apa." Chanyeol membalas dengan cepat, tiba-tiba merona karena dia tidak menyangka Baekhyun akan meminta maaf, dan sekarang setelah dia melakukannya, Chanyeol tidak tahu bagaimana untuk meresponnya. "Sepertinya lebih baik kalau aku tidak mengingat mereka." Ada keheningan canggung.
"Jadi ... apa yang terjadi?" Baekhyun bertanya dengan ragu, hampir malu. Chanyeol hampir tersenyum (tapi dia menahan dirinya sendiri dari hal itu)-sisi Baekhyun yang ini juga imut.
"Mengapa kau peduli? Bukankah seharusnya kau memikirkan urusanmu sendiri?" Chanyeol menggoda, hampir tersenyum saat melihat Baekhyun merona malu.
"Well ..." Chanyeol tetap memulai, tanda bahwa dia mau berbagi akar masa lalunya dengan teman sekamarnya itu. "Yang aku tahu ketika aku masih berumur dua bulan mereka mencampakkanku di tempat sampah untuk mati, telanjang kecuali kalung dan surat kecil diikatkan di leherku dengan nama panjang, tanggal lahir, dan pesan kecil. Musim dingin akan tiba, dan aku telanjang saat itu. Hampir seperti mereka meninggalkan keterangan untuk batu nisanku." Kata-kata itu entah bagaimana meninggalkan gigilan ke tulang belakang Baekhyun.
"Kemudian wali ku melempar sampah dan mereka menemukanku, biru dan hampir mati beku." Ada keheningan khidmat singkat.
"Jangan salah paham." Chanyeol dengan cepat menambahkan. "Wali ku hebat, mereka merawatku sama dengan mereka merawat anak perempuan mereka sendiri. Aku merasa sangat beruntung. Aku merasa seperti lelaki normal di keluarga normal ... Hanya saja terkadang, aku tidak bisa untuk tidak memikirkan diriku sendiri ..." Chanyeol tertawa, memotong cerita personalnya. Baekhyun dapat merasakan kepahitan dibalik tawa itu "Mengapa awalnya mereka memiliku? Jika mereka tidak menginginkanku, maka itu artinya aku tidak cukup penting, dan jika aku mati, tak akan ada yang peduli."
Well, lelaki ini pasti idiot karena masih percaya pada hal omong kosong itu setelah melewati berbagai hal. Baekhyun berpikir sendiri meskipun merasa agak bersalah pada teman sekamarnya itu.
"Tapi kemudian aku sadar bahwa wali ku peduli dan kakak ku yaitu anak perempuan wali ku juga peduli, dan itulah yang penting. Aku sangat bodoh karena berpikir bahwa aku tak penting, sangat egois karena merenungkan kematian ketika aku telah menerobos masuk di kehidupan mereka yang tidak memberikanku apa pun selain segala yang mereka punya. Aneh jika dipikir sekarang, Dulu, aku sebenarnya sering sekali merenungkan kematian." Chanyeol tertawa lagi sambil berpikir kembali pada dirinya yang idiot. Dia tidak akan mau menukar apa pun dengan kehidupan yang dia miliki sekarang, dengan orang-orang yang mencintainya, meskipun dengan orangtua kandung yang menelantakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The faults in Byun baekhyun [TRANS]
FanfictionApa yang terjadi ketika Chanyeol menemukan Byun Baekhyun itu tersandung di pintunya, dalam keadaan horny mabuk dan berbau seks?