42 ( cinta adalah pengorbanan)

109 6 1
                                    

"Maafkan aku, Baekkie "

Joo-hyung mencengkeram wajah Baekhyun yang berlinang air mata , lalu mencondongkan tubuh ke depan dan mencium dahi baekhyun yang berkeringat.

Baekhyun masih menggigil tapi ia sudah berhenti menangis.

"Aku tidak akan pernah meninggalkanmu sendirian seperti itu lagi "

Baekhyun hanya diam , masih sedikit trauma.Suaranya bergetar lembut saat ia mulai berbicara.

"Aku... aku .. sangat takut.."

Baekhyun mengeluarkan cegukan kecil dan mengendus.

Joo-hyung mencium bibirnya pelan.

"Maafkan aku." Joo-hyung mencium rambutnya

"Apakah kau
masih percaya padaku?"

Baekhyun mengendus saat dia melihat ke bawah, lalu menganggukkan kepalanya.

Yang lebih tua mengangkat wajahnya lagi sampai mata mereka bertemu.

"Apakah kau masih percaya padaku?"

yang lebih kecil mengangguk. Joo-hyung menariknya ke dalam pelukan, memeluknya erat-erat.

"Maafkan aku, Baekkie." Joo-hyung bergumam , mengencangkan cengkeramannya. Baekhyun merasakan kenyamanan yang tidak ia miliki
sepanjang hidupnya, dan kali ini memutuskan untuk percaya di dalamnya.













***

"Hei Baek." Jongdae mulai kesal.

" Mau bertemu dengan Jongin di Seoul bersamaku? Kita sudah lama tidak
melihatnya."

"Maaf, aku sibuk" Baekhyun menjawab cepat sambil  melihat foto dirinya dan Joo-hyung yang mereka berdua ambil bersama.

"Kau selalu sibuk." Jongdae bergumam pelan, tapi mencoba menghilangkan amarahnya.

"Jongin sangat merindukanmu. Kau sudah lama tidak berbicara dengannya."

Dan kau juga belum berbicara dengan ku . Pikir jongdae

"Ya ya aku akan menemuinya suatu hari nanti." Baekhyun melambai pada jongdae.

"Aku sangat sibuk"

"Hanya beberapa jam, Baek. Kita belum berkumpul bersama seperti dulu "

"Itu karena kita berdua sibuk, Jongdae." Baekhyun mendongak dari ponselnya.

Jongdae terlihat... berbeda.

Saat itu Baekhyun baru menyadari Jongdae telah mengubah gaya rambutnya. "Kapan kau potong rambut?"

" .. Dua bulan yang lalu." Jongdae menjawab. Baekhyun mengangkat bahu dan melihat ponselnya lagi, tidak
menyadari bahwa Jongdae sedang marah.

"Aku serius, Baek! Setidaknya pergilah...untuk Jongin."

Baekhyun tidak mengatakan apa-apa, bertindak seolah- olah dia tidak mendengar apa-apa. "Kita akan bertemu di tempat pertemuan lama kita pada hari Sabtu jam 12 siang. Apa kau ingin pergi atau tidak itu pilihan mu."

Kemudian Jongdae melangkah pergi. Baekhyun merasa sedikit bersalah, tapi dia ingat dia punya prioritas, dan itu
membuatnya merasa lebih baik.












The faults in Byun baekhyun [TRANS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang