'🌺ฺ࣭࣪͘◞',〬03.Date?

243 32 3
                                    

Sudah satu minggu lebih ketika Soobin pindah sekolah. Sekarang dirinya sudah mulai akrab dengan Yeonjun dan yang lainnya, tangan tanyakan kenapa. Tentu saja ini semua berkat bantuan Lia.

Wanita itu, dia selalu saja membantu Soobin. Itulah kenapa Soobin selalu nyaman dengannya. Apalagi setelah satu minggu lebih ini, Soobin jadi lebih mengetahui tentang manjanya seorang Choi Jisu itu. Itu tak masalah baginya, malah Soobin gemas ketika Lia seperti itu.

Benar kata orang, kalau jodoh itu takkan kemana. Buktinya wanita yang sedari tadi berada di pikiran Soobin itu sedang berjalan sendirian di koridor. Tentu saja ini suatu kesempatan untuk Soobin. Kini ia berjalan mendekati Lia, bahkan tak ragu untuk mengagetkan wanita itu.

Lia menghela nafas lalu memutar kedua bolanya malas. Untuk kesekian kalinya Soobin menjahilinya, sepertinya ia telah salah menempatkan Soobin sebagai teman dekat Yeonjun. Pria bernama Yeonjun itu pasti telah mengajari Soobin hingga seperti ini.

“Kau marah pada ku?” tanya Soobin ketika sadar Lia tak merespon apa yang dia lakukan. Lia hanya bergumam pelan, meskipun itu masih bisa di dengar oleh Soobin sendiri.

Soobin menghentikan langkahnya, berbeda dengan Lia yang terus berjalan. Ia hanya melihat punggung Lia yang semakin menjauh, Soobin rasa ia sudah terlalu berlebihan. Apa dia terlalu mengharapkan seorang Lia?

Merasa kalau pria di samping nya itu tak ada. Lia memutar badannya dan mendapati Soobin yang hanya diam memperhatikan nya. Lia bingung ada apa dengan pria itu, “Kenapa kau diam saja? Aku akan ke taman, kau ikut?”

Soobin menunjuk dirinya sendiri, seolah bertanya apakah Lia benar-benar bicara dengannya. Setelah mendapat anggukan, dia segera menghampiri Lia kembali dan menyesuaikan langkah kaki mereka.

“Aku pikir kau marah pada ku !” Lia melihat ke arah Soobin dan tersenyum, jari telunjuknya menunjuk kepada telinga. Seolah memberitahu kalau ia sedang memakai earphone.

Lia kembali tersenyum ketika melihat reaksi dari Soobin, “Tapi aku masih bisa mendengarnya. Kalau yang tadi, aku hanya bergumam karena sedikit mengetahui liriknya. Lain kali kau jangan kepedean.” Ucapnya sebari melepas earphonenya.

“Lagu apa yang kau-”

“ 4 o'clock,” Lia memotong ucapan Soobin. Ia duduk di kursi taman sekolah. Di pandangnya kearah lapangan terlihat Taehyung kakaknya itu sedang bermain basket disana, “Abang pernah mengcovernya untuk ku. Makanya aku menyukainya.”

Soobin mengangguk. Jujur saja ia tidak terlalu mengerti apa makna lagu itu untuk Lia, “Siang nanti kau sibuk?”

Lia menggelengkan kepalanya pelan, “Ada apa? Kau akan mengajakku jalan?”

***

Kini Soobin dan Lia baru saja sampai di tempat yang di tuju, mereka masuk ke dalam restoran yang tak terlalu besar tapi setidaknya nyaman dan aman untuk kantong seusia mereka.

Lia tak begitu banyak memesan, makanan yang pertama kali ia santap hanyalah satu mangkuk eskrim yang di pesannya. Soobin yang menyadari itu hanya mengerutkan kening, “Kau seharusnya jangan makan eskrim dulu.”

Lia mendongak nelihat ke arah pria di depannya bingung, “Jangan terlalu banyak makan makanan manis, eskrim salah satunya!”

“Kenapa? Lagi pula aku tidak terlalu sering memakannya, jadi itu akan membuatku diabetes.” Lia menyantap kembali eskrimnya ketika mengerti arah pembicaraan Soobin.

“Iya mungkin tidak, tapi untuk ku iya. Kau sudah terlanjur manis, aku tidak bisa tahan jika melihat dua hal yang manis itu menyatu.” Soobin berucap dengan fokusnya yang masih tertuju pada Lia.

Berbeda dengan Lia yang hanya menatapnya malas, “huhh,, kau menggoda ku? Bukankah itu sudah pasaran? Carilah yang kata lain.”

Soobin sedikit terkejut dengan respon yang di berikan Lia. Tapi ia tersenyum setelahnya, “Aku tidak sedang menggoda mu. Mungkin terdengar seperti itu, tapi yang barusan itu aku berucap jujur.”

Lia terdiam memperhatikan Soobin yang sudah mulai kembali menyuapkan makanannya kemulutnya. Yah memang. Sejak pertama kali ia bertemu Soobin, pria itu memang lebih suka mengutarakan isi hatinya meskipun itu adalah hal yang buruk sekalipun. Tapi Soobin, dia selalu berhasil merangkainya hingga semua seperti terlihat baik, bahkan ketika ia harus mengkritik Lia saat itu.

“Soobin,” panggil Lia yang sedang menundukan kepalanya. Berbeda dengan Soobin, pria itu mendongak ketika namanya di panggil, “Apa kau pernah melupakan hal begitu berarti dalam hidupmu? Hal yang membuatmu bisa menjadi seperti ini misalnya.”

Soobin menopang kedua tangan-nya, kepalanya melihat ke langit-langit untuk mengingat, “Entahlah, aku hanya orang seperti umumnya. Aku hanya perlu mengingat hal harus di ingat, sisanya aku lupa.”

“Begitu ya?”

Soobin berdeham mengiyakan, “Memang kenapa? Kau melupakan sesuatu itu?”

Lia mengedikan kedua bahunya pelan, “Aku tidak tahu. Hanya saja, aku selalu merasa seperti melupakan sesuatu. Tapi aku ingat apa itu.”

MOON ||Soobin X LiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang