4.War?

611 29 1
                                    

Tiga hari berlalu setelah insiden Julian diracuni oleh Demian. Permusuhan antara dunia atas dan dunia bawah semakin runyam. Penduduk dunia atas yang awalnya terkesan acuh sekarang malah berbalik seperti sangat ingin membunuh penduduk dunia bawah.Dunia atas sungguh sedang diselimuti duka besar karena sampai sekarang raja yang sangat mereka hormati tak kunjung membuka matanya.

Kepemimpinan untuk sementara waktu dipegang oleh Arthur selaku Pangeran Mahkota. Lelaki itu menjalankan tugasnya dengan baik walaupun hatinya sedang terpuruk karena ayahnya tak kunjung bangun.

Raven yang mendapat luka cukup serius sampai kehilangan banyak darah juga sudah siuman semenjak dua hari yang lalu. Namun kondisinya belum bisa dikatakan pulih benar karena untuk berjalan pun lelaki itu masih harus dibantu oleh seseorang. Seragan Demian sungguh tidak main-main.Mengingatnya saja sudah membuat Raven langsung mengumpat serta menggeletukan giginya.

Tapi penderitaan mereka belum ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Auxelia.Selama tiga hari ini, gadis yang biasanya menebar virus bahagia itu bagaikan mayat hidup.Wajahnya tidak pernah lagi menampakan senyum manisnya.Rautnya selalu datar dan dingin.Netranya bahkan tidak lagi memancarkan kelembutan.

Setiap malam tanpa diketahui siapapun,gadis yang kini bersurai silver itu selalu menangis.Menenggelamkan kepalanya diantara kedua tangannya.Sesak selalu menghinggapi hatinya kala ia mengingat kejadian tiga hari lalu.Apalagi kakaknya Arthur selalu mengatakan akan mengadakan peperangan dengan Klan Wolf. Kepalanya terasa ingin pecah memikirkan semua ini.Ia selalu menjerit dalam hati merasa putus asa dengan segala yang menyiksanya ini.Belum lagi dengan kondisi ayahnya yang sampai sekarang belum sadarkan diri.

Disebuah ruangan, matanya menatap kosong tubuh ayahnya yang terbaring tak sadarkan diri didepannya.Pikirannya berkecamuk memikirkan ucapan kakaknya semalam.

"Lupakan matemu itu atau kakak akan membunuhnya didepan matamu."

Tes

Tanpa sadar air matanya turun tanpa permisi.Ia tidak mencintai Alexander,tapi kenapa hatinya begitu sakit dan resah ketika kakaknya mengatakan itu. Sesak sekali rasanya.

"Hiks.."

Semakin lama isakannya berubah menjadi sebuah tangisan. Bahunya bergetar diikuti sesak didalam dirinya. Kepalanya tertunduk dengan tangan membekap mulutnya sendiri.Kenapa takdir seakan mempermainkannya. Mempertemukan Alexander sebagai matenya.Sedangkan keadaan sangat tidak mendukung ikatannya dengan Alexander.

"Hiks.. Hiks.. "

Tak kuasa menahan tangisnya, gadis bersurai silver itu memutuskan keluar dari kamarnya.Namun belum genap dua langkah ia melangkah,kemunculan kakaknya membuatnya terpaksa diam ditempatnya lantas mengusap kasar air matanya.

Kepalanya menunduk menyembunyikan wajahnya dari mata tajam itu.Ia yakin kakaknya akan mengatakan sesuatu yang tidak mengenakan baginya.

"Kakak akan mengirim pasukan untuk menyerang kerajaan Alexander.Kau ikutlah kedalam barisan. Kakak mau kau menghabisi Demian dan anaknya."

Sontak ia mendongak tak percaya. Wajahnya berubah pias ketika melihat raut datar kakaknya.

"Kak..."

"Kenapa? Kau tidak bisa membunuhnya karena dia matemu?!Jangan menjadi pengkhianat bangsamu sendiri,Auxelia.Ingat, kau dan dia tidak akan pernah bisa bersatu."

Matanya kembali berkaca-kaca.Ia tidak mencintai Alexander tapi hatinya selalu mencegahnya untuk berbuat demikian.

"Kau mencintainya?"Tuding Arthur tajam.

Dengan sendirinya kepala Auxelia menggeleng karena ia memang tidak mencintai Alexander.

"Aku tidak bisa kak."Lirih Auxelia dengan air mata mengalir.

My Mate Beautiful Angel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang