1☀️Rumah Baru

125 8 0
                                    

Sebuah mobil hitam baru saja berhenti didepan rumah bernomor 004. Tak lama, seorang pria dan wanita keluar dari mobil kemudian menatap rumah tersebut dengan teliti. Kalau dilihat-lihat rumah ini terlihat sangat bagus seperti rumah impian. Rumah berlantai dua itu mempunyai kebun kecil didepanya membuat sang pria menganggukan kepalanya merasa puas.

Mereka tidak menyangka jika rumah sebesar itu dibeli oleh kedua keluarga sebagai kado pernikahan. Bahkan awalnya mereka ditawari sebuah apartemen yang harganya pasti lebih mahal dari rumah itu.

Kedua insan tersebut tidak bisa menolak. Mereka hanya bisa berterimakasih dan berjanji akan merawat rumah tersebut dengan baik.

“Gede banget rumahnya.” Hangyul yang mendengar penuturan wanita disampingnya menoleh dan memperhatikan wajah istrinya.

“Pasti kerasa luas banget kalo cuma kita berdua yang tinggal.” Lucy bermonolog sendiri.

Didalam otaknya sudah berkecamuk banyak pikiran. Dirinya tidak terlalu suka rumah yang seslalu sepi.

“Nanti kalo kita punya anak pasti rame kok.” Mata Lucy membulat dan menatap Hangyul dengan cepat. Pria itu baru saja berbicara pasal anak yang mana menurut Lucy masih sangat awam bagi mereka yang baru saja menikah kemarin.

Hangyul langsung membuka pintu pagar dan berjalan menuju pintu masuk. Ia mengeluarkan kunci dan masuk kedalam rumah. Sedangkan Lucy masih setia berdiri disana.

“Nggak masuk?”

“Eh? I-iya.”

Lucy masuk mengikuti Hangyul dari belakang. Dirinya masih dibuat takjub karena isi rumahnya sudah sangat lengkap. Tidak ada yang kurang kecuali perlengkapan pribadi mereka seperti pakaian dll.

“Tante Yoona sama om Donghae gak bohong. Mereka bener-bener udah nyiapin semuanya.”

Hangyul langsung merebahkan badanya disofa. Dirinya merasa tidak enak karena dibantu oleh keluarga. Padahal sebenarnya uang Hangyul sudah bisa untuk membeli rumah sendiri. Tapi mereka bilang uangnya disimpan untuk kebutuhan lain.

“Kita harus kasih sesuatu buat tante sama om kamu.”

“Iya nanti kita kesana.”

Lucy menatapa Hangyul yang terlihat tengah memejamkan matanya. Mungkin Hangyul lelah karena perjalanan mereka kesini yang membutuhkan waktu cukup lama.

“Kamu tidur dulu gih.” Ujar Lucy sembari menarik lengan Hangyul. Pria tersebut hanya mengangguk dan segera naik ke lantai dua.

Sekarang Lucy terdiam. Dirinya masih sangat canggung dengan Hangyul. Mereka baru saja menikah kemarin dan sebelum pernikahan mereka berlangsung, Hangyul dan Lucy tidak mengenal satu sama lain hanya beberapa kali bertemu. Lucy masih belum mengetahui sifat asli sang suami dan apa yang disukai. Tapi Lucy yakin jika lama-kelamaan dirinya akan tau sendiri.

“Oh iya, kita kan belum makan dari tadi.”

Lucy memutuskan keluar mencari makan karena memang dikulkas belum ada apa-apa. Lucy berjalan keluar rumah dengan wajah bingung. Dirinya mulai membuka ponsel dan mencari tempat makan terdekat. Lucy mengerutkan keningnya ketika melihat hasil pencarianya.

“Jauh banget. Aku kan gak bisa bawa mobil.”

Maka dengan terpaksa dirinya berjalan kaki. Sekalian melihat kondisi sekitar. Kalian pasti bingung kenapa Lucy tidak pesan antar makanan saja? Karena Lucy pikir harga asli dan harga pesan antar jauh beda. Lebih baik dirinya membeli langsung jika memang tempatnya masih bisa dijangkau dengan kakinya.

Lucy pulang membawa bukusan berisi makanan yang ia beli tadi. Ia menaruh bungkusan tersebut didapur dan naik kelantai dua bermaksud membangunkan Hangyul. Setelah membuka pintu, Lucy bisa melihat Hangyul yang tengah tertidur nyenyak. Ia tidak tega jika harus membangunkan orang tidur. Akhirnya Lucy memutuskan untuk membereskan pakaianya dan mandi.

Setelah mandi tadi, Lucy menonton tv sembari menunggu Hangyul bangun. Tapi sepertinya Lucy juga ikut mengantuk dan tertidur disofa.

“Lucy?”

Lucy kaget ketika mendengar namanya dipanggil Hangyul. Secara otomatis dia langsung terbangun dari tidur. Ternyata yang memanggil namanya tadi tengah duduk disampingnya.

“Hangyul? Kamu udah bangun.”

“Kok tidur disini?”

“Tadi niatnya mau nungguin kamu bangun tapi malah ketiduran.” Lucy menggaruk tanganya sendiri dan tertunduk malu. Karena tidak ada jawaban, ia memberanikan diri menatap Hangyul. Sepersekian detik Lucy terpana karena melihat senyuman Hangyul kemudian tersadar ketika tangan pria tersebut mengusap kepalanya dengan sayang.

“Yaudah. Kamu belum makan kan?” Lucy langsung teringat sesuatu.

“Oh iya makananya!” Lucy langsung berlari menuju dapur. Namun ketika melihat meja makan, dirinya langsung terdiam.

“Aku tadi liat ada bukusan disini. Terus aku buka ternyata isinya makanan. Yaudah aku angetin aja.” Lucy menatap Hangyul dengan wajah bersalah. Seharusnya dia yang menyiapkan makan malam untuk Hangyul.

“Kenapa nggak bangunin aku aja?”

“Udah lupain. Sekarang kita makan aja.”

Acara makan mereka berlangsung cukup singkat. Tidak ada percakapan berarti dan Lucy yang terus meruntuki kebodohanya tadi.

Setelah beres-beres. Hangyul mulai beranjak dari meja makan.

“Hangyul.”

Pria itu berhenti ketika Lucy memanggilnya.

“Kamu suka kue kering atau kue kukus?”

Hangyul sedikit bingung ketika istrinya menanyakan hal yang tidak pernah terlintas diotaknya.

“Coba tebak.” Hangyul tersenyum melihat wajah panik Lucy. Istrinya itu terlihat sangat menggemaskan sekarang.

“Kalo bener aku kasih hadiah.”

Tak lama Lucy menatap Hangyul ragu.

“Kue kukus?”

Hangyul bejalan menghampiri Lucy yang ada didepan washtafel. Sebuah ciuman mendarat dipipi putih Lucy. Pria itu menatap wajah istrinya yang terlihata kaget. Dengan gemas, Hangyul mengusap kepala Lucy.

“Aku keatas ya.”

Lucy hanya bisa menatap Hangyul yang mulai naik ke lantai dua dengan tubuh yang masih kaku. Jangan tanyakan bagaimana jantungnya. Karena rasanya ingin meledak.

Bersambung...

Gimana? Kaku bgt ya tulisanya :') maklum udah lama gak nulis lagi.

Kuy siap yg mau lanjut???

#3 Jeune CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang