8☀️Kecoa

36 8 0
                                    

Lucy baru saja keluar dari rumah dan berjalan menuju rumah Irene. Disana sudah ada ibu-ibu lain yang tengah memilih bahan makanan yang akan mereka masak hari ini.

Lucy diberitahu Sinb kalau ibu-ibu lain biasanya belanja sayur dan bumbu masak ke tukang sayur langganan mereka. Karena hari ini hari minggu, Lucy berencana memasak untuk Hangyul.

“Nah ini nih penganten barunya udah dateng.”

“Mbak Irene bisa aja.”

“Oalah ini toh penganten barunya. Lagi anget-angetnya dong ya.”

“Sini Lucy belanja. Kamu mau beli apa?” Ujar Hyunjin yang tengah memilih sayuran hijau.

“Eum enaknya apa ya?”

“Emang suaminya suka makan apa?” Lucy berpikir sebentar. Selama satu minggu menikah dirinya belum bertanya makanan kesukaan Hangyul. Karena memang Hangyul selalu memakan apa yang Lucy hidangkan.

“Aku belum tau mbak.”

“Yaudah kalo gitu ayam atau ikan aja. Sayuran juga sekalian.”

“Itu mah namanya mbak Ju nyuruh Lucy borong semuanya.”

Tak lama Heejin datang dengan senyum manis diwajahnya. Lucy yang melihatnya mencoba biasa saja walaupun masih ada sedikit rasa sebal.

“Pagi ibu-ibu.”

“Pagi. Tumben telat. Abis lembur ya.” Tanya Hyunjin.

“Iya nih. Banyak data yang harus dikirim ke rumah sakit.” Lucy mencoba untuk tidak mendengar ucapan Heejin dengan memfokuskan diri memilih sayuran.

“Mbak ada tahu gak?” Lucy dan Heejin saling bertatapan karena mereka mengucapkan kata yang sama bebarengan.

“Tahu ya? Walah tinggal sebungkus nih. Antara mbak-mbaknya siapa yang mau ngalah?”

Lucy dan Heejin masih bertatapan sampai orang-orang disekeliling mereka juga ikut terdiam.

☀️☀️☀️


Lucy kembali ke rumah setelah belanja bahan makanan. Dirinya langsung menuju ke dapur untuk siap-siap memasak. Lucy menatap tempe yang baru saja ia beli. Dia merelakan tahu itu untuk Heejin dan memilih tempe. Lucy pikir tidak ada bedanya tahu dan tempe. Sama-sama terbuat dari kedelai.

Sesuatu yang kecil dan berwarna cokelat tiba tiba berlari dari ujung dapur menuju kearah Lucy. Sontak saja dirinya berteriak kencang dan berlari ke ruang tamu. Dengan cepat Lucy menaiki sofa sembari memegang sapu ditanganya.

“Kamu kenapa? Kok teriak?” Hangyul yang sedang diruang kerjanya mendengar teriakan Lucy dan langsung mengecek keadaan istrinya.

“I-itu ada kecoa.”

“Kecoa?” Hangyul langsung menuju ke dapur mengecek setiap sudut dan tidak menemukan apa-apa.

“Gak ada kecoa.”

“Tadi ada. Dia lagi sembunyi kali.” Ujar Lucy dengan wajah panik. Hangyul yang melihatnya merasa gemas. Dia menghampiri Lucy yang masih setia berdiri diatas sofa.

“Udah turun. Nanti kalo ada kecoanya aku buang.”

“Bener ya.”

“Iya.” Dengan wajah masih ketakutan, Lucy turun dari sofa dan langsung bersembunyi dibelakang Hangyul.

“Kamu mau masak kan? Aku liatin dari sini.” Lucy menatap Hangyul sebentar lalu berjalan menuju dapur.

Baru saja sampai didapur, lagi-lagi Lucy melihat kecoa yang berlari ke arahnya. Sontak dirinya langsung berteriak menghampiri Hangyul dan memeluknya sangat erat. Sampai kedua kakinya memeluk pinggang Hangyul seperti koala yang memeluk pohon.

“Itu ada kecoa lagi!”

Dengan sigap Hangyul menangkap kecoa tersebut dengan sapu yang dia pegang. Pelan-pelan Hangyul menyeret sapu yang terdapat kecoa menuju pintu belakang. Masih dengan menggendong Lucy, Hangyul membuang kecoa di taman belakang.

“Udah aku buang kecoanya.”

“Yang bener?”

Hangyul mendudukan Lucy diatas meja makan. Lucy masih menggenggam erat bahu Hangyul karena takut kalau tiba-tiba ada kecoa lain yang datang.

“Kamu takut banget ya sama kecoa?”

“Aku geli litanya. Aku pernah dikerjain temen aku pas sekolah. Dia lempar aku pake kecoa terus kecoanya merambat ditubuh aku. Pokonya aku jijik sama kecoa!” Lucy menceritakan semua dengan masih menatap sekitar dengan takut.

“Belakang kamu ada kecoa.”

“Mana?! Mana?!” Lucy yang memang masih ketakutan langsung memeluk Hangyul lagi. Sedangkan Hangyul tertawa karena berhasil menjahili istrinya.

“Ih Hangyul gak lucu tau!” Lucy memukul-mukul tubuh Hangyul karena kesal dirinya tengah dijahili sang suami

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Ih Hangyul gak lucu tau!” Lucy memukul-mukul tubuh Hangyul karena kesal dirinya tengah dijahili sang suami.

“Iya iya maaf…aduh!”

“Kamu tuh ya ada orang lagi ketakutan bukanya nenangin tapi malah dijahilin gitu! Awas aja kalo kamu sampe kaya gitu lagi! Aku bakal….”

Sebuah kecupan dibibir Lucy langsung membuat dirinya terdiam seribu bahasa. Matanya membola bahkan sampai Hangyul melepaskan bibirnya. Ternyata bukan hanya Lucy yang terkejut, Hangyul pun sebenarnya tidak merencakan tindakan itu. hanya saja dirinya secara reflek mencium Lucy.

Mereka berdua terdiam dengan tatapan yang masih bertemu. Sampai dimana Hangyul mendekatkan wajahnya lagi dan Lucy memejamkan matanya.





Bersambung.......


Diriku minta maaf soalnya dari kemaren gak update. Padahal udah nulis tapi belom bisa publish aja😄

Aku berterimakasih bgt sama yg udah baca ceritaku ini dan ngasih vote juga. Aku masih berharap kalian bisa kasih komentar apapun itu. Lebih bagus kalo itu kritik dan saran buat aku☺

So aku tunggu komentar kalian👐

#3 Jeune CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang