Chapter 2

1.2K 133 6
                                    

"Panggil Dokter Myrina!! Cepat!!", perintah seorang dokter muda yang sepertinya merupakan seorang dokter intership kepada salah seorang perawat. Dia nampak gugup dan sangat berkeringat. Kantong matanya terlihat sangat jelas mungkin disebabkan pekerjaannya sebagai dokter fellow di IGD membuatnya tidak memiliki tidur dan istirahat yang cukup.

"Ba... Baik, Dok", jawabnya dengan gugup dan kemudian berlari mencari keberadaan Dokter Myrina diruang IGD yang saat itu sangat riuh dan kacau.

Para dokter dan perawat sangat sibuk dengan pasien yang mereka tangani. Pasien - pasien meronta kesakitan, keluarga pasien meminta ditangani terlebih dahulu dan saling berebut serta menyalahkan satu sama lain. Tidak jarang hal itu menimbulkan keributan dan pertengkaran. Membuat para petugas medis merasa sangat lelah dan frustasi. Dan, jelas akan menambah panas suasana di dalam IGD.

"Siapkan defibrillator!!", Perintah seorang perempuan muda dengan rambut hitam dikuncir berantakan. Jas putihnya tak lagi bisa dikatakan putih noda darah dari pasien kecelakaan yang dia tangani sebelumnya telah mewarnai jas itu.

Dokter itu dengan segera mengambil alih pasien yang ditangani oleh dokter intership sebelumnya. Dia memeriksa beberapa kondisi vital pasien dari layar yang berada disebelah ranjang. Dia tidak sadarkan diri. Penanda aktifitas jantungnya telah bergaris lurus. Jantung pasien itu telah berhenti berdetak. Dokter yang diketahui bernama Myrina itu telah mengepalkan kedua tangannya di dada pasien itu, dia memulai memompa jantung pasien dengan irama yang konstan. Dia bergerak naik dan turun sesuai irama pemompaannya. Dia telah berkeringat dan makin berkeringat. Sesekali dia mengusap keningnya untuk menghapus keringatnya yang mengalir turun.

Telah 30 menit Dokter Myrina melakukan CPR pada pasien itu. Namun nampaknya pasien itu tidak menunjukkan tanda - tanda ingin kembali hidup. Dokter Myrina tidak menyerah meskipun rekan - rekannya telah meminta untuk berhenti. Bahkan dokter intership itu hanya diam membisu seperti patung. Mereka saling memandang satu sama lain bertanya dalam diam apa yang musti mereka lakukan saat ini dan hanya gelengan kepala yang diberikan sebagai jawabannya. Mereka tahu bahwa tidak ada yang bisa menghentikan Dokter Myrina untuk berbuat sesuatu.

"Siapkan 200 Joule", perintah Dokter Myrina dengan napas terengah.

Kemudian salah seorang perawat memasang PAD defibrillator pada dada pasien dan menyerahkan alat kejut jantung itu pada Dokter Myrina.

"Menjauh! Shock!"

Jantung pasien tetap tidak berdetak. Dokter Myrina kembali memompa jantung pasien itu. "Ku mohon kembali lah. Kau masih memiliki keluarga yang menunggumu", ucap Dokter Myrina dengan lirih sembari memompa jantung pasien itu.

Dia mengulangi hingga tiga kali tapi pasien itu nampak tidak berminat hidup kembali. Mungkin dia lelah dengan kehidupan yang dia jalani hingga saat ini. Mungkin.

Dokter Myrina memutuskan untuk berhenti. Dia memundurkan badannya dan bersandar ditembok belakangnya kemudian memerosotkan tubuhnya ke lantai. Dia nampak frustasi dan menahan seluruh amarah dan gemuruh di dalam dadanya seorang diri. Matanya mulai tampak berkaca. Dia menenggelamkan muka dikedua tangannya yang dia tumpu dengan kedua lututnya yang merapat itu.

Saat rekannya hendak menyebutkan waktu kematian pasien  tiba - tiba tanda - tanda vitalnya kembali. Jantungnya kembali berdetak.

"Dokter, dia kembali!", Sorak seorang perawat. Rekan yang lainnya nampak sangat bahagia dan penuh kelegaan terukir diwajah mereka. Dokter Myrina bangkit dan mendekati pasien itu. Memastikan kembali pasien tersebut bahwa dia telah benar - benar kembali.

"Terimakasih, Tuan!", Ucaplah lirih ditelinga pasien tersebut dengan senyum yang tersungging.

"Lanjutkan! Untuk kali ini aku akan memaafkanmu atas ketidakmampuanmu mengendalikan diri. Tidak lain kali".

Dokter intership itu hanya mengangguk gugup dan kemudian tersenyum ketika menatap dengan dekat Dokter Myrina yang sekaligus menjadi mentornya yang sangat ia kagumi itu tersenyum dan mengacak - acak rambutnya. Membuat pipinya bersemu merah. Namun itu tidak berlangsung lama setelah Dokter Myrina memberi tatapan tajam padanya untuk segera menangani pasien tersebut.

----------
Oiii maapin aku yang telat update ya gess.. wkwkwk

Mungkin di beberapa chapter awal, alur ceritanya akan lambat tapi aku berharap kalau kalian tetap akan menikmatinya.. hehehe

Jadi ada yang bisa nebak siapa Dokter Myrina ini? Dan apa hubungannya dengan My Lovely Severus?? Wkwkwkw..

Sabar yah gess.. love you :))

16 November 2019
2.24

Fated To Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang