Musim gugur kali ini mungkin akan menjadi cerita yang berbeda untuk Artia begitupun dengan musim - musim selanjutnya, setidaknya itulah yang ada dibenaknya. Saat ini dihadapannya berdiri dengan megah dan kokoh sebuah kastil tua yang magis, Ia memandang kagum dan takjub kepada kastil tua dengan menara yang menjulang tinggi itu. Disatu sisi Artia bisa merasakan betapa besar kekuatan magis yang dimiliki oleh Hogwart. Jika tidak begitu, maka keberadaan Hogwart bukan lagi menjadi sebuah rahasia serta bukan lagi tempat yang paling aman di Inggris Raya, karena disanalah Penyihir Terhebat sepanjang masa tinggal, Albus Dumbledore. Pria Tua ekstrentik dengan kacamata bulan sabitnya, jenggot putih yang menjuntai panjang dan jubah sihir berwarna biru langit, benar - benar merusak imajinasi manusia terhadap imej seorang penyihir.
Bersamaan dengan itu rasa nostalgia menyeruak masuk ke dalam hati dan ingatannya. Sekelebat memori masa lalu muncul dalam ingatannya. Ia tersenyum tenang dan mengencangkan mantel hitam barunya hadiah pemberian dari Pryamus, memantrainya dengan mantra penghangat.
Udara pagi itu berhembus dengan kencang, menerpa dedaunan pohon - pohon raksasa yang menjulang tinggi mengelilingi Hogwart. Kabut - kabut tipis masih menutupi puncak - puncak pepohonan dan menara Hogwart, menambah kesan magis kastil tua itu. Daun - daun kuning dan oranye yang berguguran ditanah menutupi jalanan sepanjang jalan menuju gerbang Hogwart. Menampilkan paduan warna yang sangat indah. Dilihatnya burung - burung mulai bermigrasi menuju tempat yang lebih hangat. Benar - benar pemandangan yang menakjubkan.
"Selamat datang di Hogwarts, Artia." ucap Albus dengan ramah. Minerva pun tersenyum ramah dan nampak antusias. Hanya Severus yang lagi - lagi nampak biasanya saja.
Artia membalas ucapan selamat datang Albus dengan tersenyum hangat tanpa melepas pandangan matanya dari Hogwart.
Beberapa langkah di depan mereka adalah gerbang Hogwart. Mereka berjalan menyusuri jalanan dedaunan kuning dan oranye menuju gerbang Hogwart. Dari balik gerbang itu telah berdiri seorang berbadan raksasa dan berjenggot lebat. Ia melambaikan tangan dengan penuh semangat dan tersenyum lebar kepada mereka. Ia adalah penjaga pintu masuk Hogwart, Hagrid.
"Selamat pagi kalian. Hari yang indah bukan, eh?" sapanya ceria dan memeluk erat kepada para tuan rumah yang kembali pulang. Ia spontan hampir memeluk Artia namun berhenti begitu saja ketika menyadari sosok yang tidak dikenalnya itu sembari terkekeh dan menggaruk rambutnya yang tidak gatal.
"Pagi, Hagrid. Kenalkan, ini adalah Artia Myrina. Profesor baru kita." ucap Minerva dengan riang.
"Pagi, Artia. Senang bertemu dengan mu. Maafkan atas ketidaksopanan ku barusan." Hagrid bermaksud untuk berjabat tangan namun karena Ia tersipu malu Ia memilih untuk memilin - milin janggutnya yang panjang.
"Pagi, Hagrid. Senang bertemu dengan mu. Semoga kita bisa menjadi teman baik, ya?", Artia menghamburkan diri memeluk Hagrid dengan riang dan mengedipkan matanya. Hagrid yang mendapat perlakuan manis dari Artia hanya terkekeh malu.
"Akan ku pastikan itu, Artia. Akan ku pastikan", ucap Hagrid dengan riang dan membalas pelukan Artia.
Melihat adegan yang menyebalkan di pagi hari seperti ini membuat Severus memutar bola matanya dan mendengus kesal. Artia yang menyadari ekpresi kesal dari Severus berusaha untuk menggodanya.
"Apakah, Anda juga menginginkan sebuah pelukan Profesor Snape?", Artia memberikan Severus senyuman jahil seraya memutar badannya dengan membentangkan kedua tangannya berjalan menuju Severus.
"Apakah kau gila, Profesor Myrina?", sontak Severus menghentikan langkah Artia dengan menempelkan jari telunjuknya yang dingin dikening Artia dan memberikan tatapan membunuh kepadanya. Namun Artia yang mendapat tatapan tajam Severus justru hanya tersenyum tenang dan menatapnya dengan hangat. Berhasil membuat seorang Severus mematung untuk beberapa saat. Entah mengapa ini terasa begitu familiar untuk Severus saat itu, ada perasaan yang tidak bisa Ia gambarkan dan mengerti. Namun, Severus mencoba untuk mengabaikannya. Tidak tahan lagi berlama - lama Severus mengibaskan jubah sihirnya, berjalan melewati rekannya yang lain. Tidak berminat untuk merusak paginya dengan berkumpul lebih lama bersama orang - orang yang aneh.
Artia dan yang lainnya hanya terkekeh dengan reaksi balasan dari rekan kerjanya yang satu itu.
"Dia memang seperti itu, Artia.", ucap Minerva. Disetujui dengan anggukan oleh Albus dan Hagrid. Mereka yang telah lama bersama Severus benar - benar memahami watak Severus Snape dengan baik.
"Ku rasa itu yang menjadi daya tariknya, Profesor.", balas Artia dengan tertawa renyah yang membuat rekannya melongo tidak percaya.
Severus telah melangkah lebih jauh meninggalkan mereka dibelakang. Namun Artia masih menatap punggung lebarnya yang nampak dari kejauhan dan nampak sudut matanya membentuk sebuah senyuman.
"Ia masih seperti yang dulu.", batin Artia ketika bayangan Severus telah menghilang di depan matanya.
**********
Haaaaaai Welcome back untuk diriku yang udah kayak ditelan Bumii wkwkwk..
Terimakasih bangeet buat kalian yang udah vote dan komen serta masih setia nungguin aku yang tanpa kepastian ini wkwkwk..Btw, tetap jaga kesehatan dan stay safe buat kaliaaan saat ini :))
Semoga pandemic ini segera berakhir.. Aamiin
28 Mei 2020
00.08 WIB
KAMU SEDANG MEMBACA
Fated To Love You
Fantasy"Professor, apakah pernah ada yang mengatakan kepada Anda sebelum ini? Bahwa, untuk seorang laki - laki yang tidak pernah tersenyum, Anda memiliki mata yang sangat indah?", Ungkapnya dan tersenyum tulus sembari menatap dalam - dalam mata hitam onyx...