Chapter 7

1.3K 136 52
                                    

Meninggalkan rekan - rekannya yang absurd dibelakang dan sedang menertawakan dirinya Severus mencoba untuk mengabaikannya. Berada lebih lama bersama dengan mereka akan benar - benar berhasil membuatnya gila. Bagaimana bisa, Artia, yang baru pertama kali bertemu dengannya bersikap seperti itu? Apakah Ia mempunyai kekurangan dalam kapasitas otaknya sehingga tidak mampu mencerna sikap dingin Severus dan perkataannya yang tajam? Terus berjalan hingga tawa rekannya menghilang untuk menuju ruang pribadinya di bawah tanah Severus memutuskan untuk berhenti memikirkan pertanyaan - pertanyaan konyol itu. Tepat sebelum membuka knop pintu ruang pribadinya Severus menyadari sesuatu yang nampak aneh. Membuat kedua alisnya bertemu. Sebuah pintu baru. Tepat berada disamping pintunya. Ck. Ia berkacak pinggang dan menyapukan rambutnya kebelakang dengan frustasi.

"Orangtua itu benar - benar sudah gila.", umpatnya dengan kasar kemudian membanting pintu ruang pribadinya ketika hendak menutupnya.

Memasuki ruangan pribadinya Severus melepaskan jubahnya dan melemparkannya di sofa panjang berwarna zamrud miliknya kemudian mengambil sebotol whiskey tua lalu menuangkannya ke dalam gelas. Menyandarkan kepalanya dipunggung sofa dengan tangan kirinya Ia letakkan diatas keningnya seraya memejamkan mata dan mendesah pelan. Tangan lainnya masih dengan erat menggenggam gelas berisi whiskey yang Ia pangkukan di paha kanannya. Tidak segera menegak minumannya, pikiranya justru melayang pada masa lalunya yang mengerikan.

Malam itu, sepuluh tahun yang lalu, tepat pada tanggal tiga puluh satu Oktober Ia dengan tergesa dan langkah yang gontai menerobos masuk ke sebuah rumah yang telah porak poranda. Ia bergidik ngeri ketika melewati ruang tamu yang telah hancur seperti baru saja terjadi sebuah pertarungan hebat, ketakutannya bertambah saat Ia jumpai musuh bebuyutannya semasa sekolah di Hogwarts, James Potter, tergeletak dengan tubuhnya yang kaku tidak bernapas. Kini napasnya semakin berat, detak jantungnya berdegup kencang dan keringat dinginnya menetes dengan deras untuk ukuran malam yang begitu dingin. 

Ia melewati jenazah James begitu saja menuju ruang yang lainnya untuk menemukan seseorang yang begitu berharga untuknya dan begitu Ia cintai dengan dalam, seseorang yang telah Ia lewatkan karena kebodohannya sendiri. Ia menemukan sebuah ruangan dengan pintu terbuka, perlahan Ia membuka pintu itu. Berharap ketakutannya tidak menjadi nyata. Namun, Ia terlambat. Tubuh wanita itu tidak lebih baik dari keadaan James. Terbujur kaku tidak bernyawa. Seketika lututnya melemah, Ia ambruk disampingnya. Meraih tubuh wanita itu dan mendekapnya dengan erat. Sangat erat. Menyibakkan rambutnya yang berwarna merah. Memperlihatkan wajah cantik wanita yang Ia cintai. Ia membelai pipi wanita itu dengan lembut, jari - jari panjangnya sedikit bergetar. Kini Ia telah kehilangan separuh dari jiwanya, hatinya begitu sakit, Ia terisak. Air matanya meluncur begitu saja. Napasnya sangat sesak. Ia membenci dirinya, membenci kebodohannya. Kebenciannya bertambah berkali - kali lipat. Jika bukan karena dirinya, wanita yang dalam dekapannya kini tak perlu terenggut nyawanya oleh Dark Lord. Rasa kesedihannya saat ini tidak sebanding ketika Ia kehilangan wanitanya yang akan menikahi musuh bebuyutannya. Ia telah kehilangan wanitanya untuk selama - lamanya. Kini Ia merasa kosong. Ia tidak lagi memiliki semangat dalam dirinya. Satu - satunya cahaya dalam hidupnya kini telah padam. Padam untuk selamanya.

"Lily, maafkan aku. Aku mencintaimu.", bisiknya kala itu sembari mencium keningnya. Mengatakan rasa cintanya yang terlambat.

Terbangun dari ingatan masa lalunya yang mengerikan, Severus membuka matanya perlahan. Tak terasa pipinya basah. Ia menangis sendirian. Kematian Lily masih saja menjadi bayangan yang menyakitkan untuknya. Mengingat malam itu membuat kepalanya berdenyut kencang segera Ia memijat pelipisnya perlahan dan menyeka air matanya yang mulai mengering.

Ia menghela napasnya dengan berat. Memandangi gelas whiskeynya yang masih penuh Severus menyadari sebuah surat baru muncul di atas meja kerjanya. Segera Ia bangkit dari sofanya menuju meja kerjanya dan meletakkan gelas whiskeynya yang masih penuh mengurungkan keinginannya untuk meminumnya. Amplop suratnya berlambangkan lambang Hogwarts. Sudah bisa dipastikan bahwa surat itu dikirim secara resmi. Dibukanya amlop itu dengan cepat dan membacanya. Sebuah undangan.

Memijit pangkal hidungnya, Ia berjalan menuju perapian untuk membuang dan membakar surat undangan dari Kepala Sekolah Hogwarts itu. Dengan segera api itu merubahnya menjadi abu. Perbuatannya ini lebih baik daripada Ia harus terus - terusan mengumpat kepada orang tua itu, pikirnya. Mengabaikan surat undangan tersebut Ia berjalan menuju kamar pribadinya dan memasuki kamar mandi. Ia lebih memilih untuk membersihkan diri kemudian meramu beberapa ramuan di laboratorium pribadinya dan menghabiskan waktunya sendiri daripada harus menghadiri pertemuan konyol itu yang akan membuatnya  bertemu dengan orang - orang absurd.

Air yang jatuh membasahi tubuhnya itu membuat suara gemericik yang memenuhi ruangannya. Tidak Ia ketahui seseorang telah berdiri di depan pintu ruang pribadinya.


**********

Berhubung sekarang aku banyak waktu luang jadi aku bisa rajin - rajin menulis wkwkwk.. Terima kasih buat kalian yang udah komen dan vote.. Monmaap untuk yang komen kalau nggak selalu aku baless hahaha..

1 Juli 2020

17.45

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 01, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Fated To Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang