Bersama dengan Hagrid, Artia berjalan menyusuri koridor - koridor Hogwart menuju kastil bagian selatan. Disanalah letak ruangan pribadi Artia yang telah disiapkan oleh Albus Dumbledore. Matahari yang mulai merangkak naik menjadikan udara kian menghangat, menghapus bau - bau bebatuan yang lembab karena embun pagi hari, silau cahayanya menembus jendela - jendela besar sepanjang koridor, memantulkan cahaya yang penuh dengan ketenangan. Melewati Middle Courtyard lalu Entrance Hall semakin dalam mereka menyusuri lorong - lorong itu maka silau matahari perlahan meredup kemudian menghilang dan bersamaan dengan itu hawa dingin mulai menyeruak, mereka menuju ruang bawah tanah atau Dungeon. Sebelum memasuki koridor ruang bawah tanah Artia berhenti sejenak untuk melihat Danau Hitam yang permukaan airnya begitu tenang.
"Itu Danau Hitam namanya, Artia. Jika kau mau aku bisa menjadi pemandu mu untuk berkeliling Hogwart," tawar Hagrid dengan wajahnya mengembangkan senyum.
"Terima kasih Hagrid. Kita bisa berkeliling nanti."
"Yah kau benar. Sekarang kau perlu beristirahat, bukan?", Artia hanya membalas dengan senyuman.
Kemudian mereka melanjutkan langkah kaki menuju ruang bawah tanah. Semakin ke dalam melewati Kelas Ramuan dan Ruang Bersama milik Slytherin.
"Ini adalah ruangan pribadi dan ruangan tambahan untuk kelas mu, Artia. Tepat berada disebelah ruangan pribadi milik Severus. Tapi kau tidak perlu cemas karena ruangan kalian tidak saling terhubung, hehehehe.", jelas Hagrid dengan terkekeh sembari menggaruk kepalanya yang dipenuhi dengan beberapa pertanyaan kenapa Albus menempatkan Artia di ruangan bawah tanah dan apakah Artia seorang Slytherin sehingga Ia mendapat ruangan pribadi di Dungeon ataukah ada alasan yang lainnya. Hagrid enggan memikirkannya, membuat kepalanya justru berdenyut karena pusing.
"Errr, Artia....," Hagrid berhenti dan ragu melanjutkan perkataannya.
"Lanjutkan, Hagrid.", Artia menolehkan kepalanya menatap Hagrid.
"Tidak, tidak, tidak ada Artia.", Hagrid menggelengkan kepalanya canggung.
Kemudian, Ia melanjutkan, "Selamat beristirahat, Artia. Aku akan menjemputmu saat pertemuan dengan para staff nanti.", Hagrid melambaikan tangan dan berjalan menjauh dari ruang bawah tanah.
"Sampai jumpa nanti, Hagrid. Dan, terima kasih.", teriak Artia dan membalas lambaian tangan Hagrid.
Sebelum memasuki ruang pribadinya, Artia menyempatkan diri untuk melangkahkan kakinya beberapa langkah menuju pintu di sebelah ruang pribadinya. Berdiam diri sebentar kemudian Ia mengangkat tangannya dengan ragu bermaksud untuk mengetuk pintu itu namun terhenti tepat di depannya alhasil tangan itu melayang di udara untuk beberapa waktu. Akhirnya, Artia mengurungkan diri untuk menyapa rekannya yang tinggal disebelahnya. Ia menghela napasnya dengan lembut.
"Aku sangat yakin Ia tidak ingin diganggu.", batin Artia dengan senyum lemahnya sembari meninggalkan pintu ruangan pribadi milik Severus Snape.
Artia membuka pintu kayu berwarna hitam yang membawanya ruang pribadinya itu secara perlahan dan menutupnya kembali dengan memantrainya beberapa mantra yang hanya Ia yang akan mampu membukanya atau mungkin beberapa orang yang Ia ijinkan. Berjalan perlahan seraya mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan itu. Merasa tidak perlu merubah apapun yang telah Albus Dumbledore siapkan untuk dirinya, Artia melewati ruang kerjanya menuju kamar pribadi. Melepas mantel hitamnya dan menggantungkannya di lemari baju. Setelah itu Artia dengan segera menyelesaikan dan merapikan barang - barang bawaannya. Merasa sedikit letih Artia melemparkan diri diatas kasur berukuran king size dengan warna hitam dan merah maroon itu. Sekali lagi Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh kamar.
"Albus benar - benar telah menyiapkan semuanya dengan baik.", ucapnya lirih. Artia tahu betul bagaimana menghargai seseorang sehingga Ia memutuskan untuk tidak merubah apapun yang Albus siapkan untuk dirinya. Terlebih Albus telah menyiapkan segala sesuatunya sesuai dengan apa yang Artia suka. Sebagai teman lama dapat dipastikan bahwa Albus sangat paham bahwa Artia begitu mencintai warna hitam dan sebagian cintanya adalah warna merah maroon sedangkan untuk perabotan yang Albus pilih bukanlah barang - barang yang nampak mewah namun tetap dengan kualitas paling baik. Artia menyukai sesuatu yang nampak sederhana namun elegan, rapi dan tenang. Itu dapat tergambarkan dari ruang pribadi Artia yang di dominasi dengan warna hitam dan sentuhan merah maroon yang memiliki arti dingin dan misterius. Hal itu-lah yang akan menggambarkan tentang Artia pada kesan pertama ketika bertemu dengannya. Namun, jauh di dalam dirinya tak ada seorang pun yang mampu menggambarkan dirinya dengan sempurna bahkan Pryamus sekalipun.
Hampir terlelap Artia beranjak dari ranjangnya melangkahkan kaki menuju kamar mandi. Memutuskan untuk membersihkan diri sekaligus menghilangkan rasa kantuknya. Selain itu Ia harus segera menghubungi Pryamus, mengatakan bahwa Ia sampai dengan selamat dan aman. Jika tidak begitu maka Pryamus akan menceramahinya sepanjang hari karena Artia tidak memberikan kabar dengan segera. Padahal Artia tidak lagi muda tetapi Pryamus masih saja memperlakukannya tidak lebih seperti seorang anak TK. Huft.
*********
Haii haiii xD.. Masih datar aja yaa?? wkwkwk.. ku mohon kalian sabar dan tegar seperti batu karang.. hahaha
Jadi menurut kalian Artia seorang Slytherin kah?? btw aku udah mengujicobakan dia di Pottermore dan teng - terenggggggg hasilnya adalaah...... to be continued hahaha
Salam sehat dan stay safe n healthy buat kalian semua.. love you all
27 Juni 2020
19.10 WIB
KAMU SEDANG MEMBACA
Fated To Love You
Fantasy"Professor, apakah pernah ada yang mengatakan kepada Anda sebelum ini? Bahwa, untuk seorang laki - laki yang tidak pernah tersenyum, Anda memiliki mata yang sangat indah?", Ungkapnya dan tersenyum tulus sembari menatap dalam - dalam mata hitam onyx...