Hari-hari Kayla kebanyakan di isi dengan rapat, rapat, dan rapat. Lari kesana kemari meminta tanda tangan pak kyai yang sibuk ngajar.
Segala tenda, panggung, dan perlengkapan lainnya sudah rampung tinggal dipoles sedikit dan menunggu hari H tiba. Berkat kerja panitia yang sangat rajin bekerja.
"Huh... " Kayla menghela nafas panjang dan bersandar dinding dekat mushola.
"Kay, yuk kita udah dicariin sama Ahkam dan yang lain" Ujar Via menghampiri Kayla.
"Oke" Sahut Kayla dengan malas.
Dari kejauhan Aisyah mengamati mereka berdua keluar dari mushola, "Maaf Kayla, aku harus melakukan ini demi takdirku" Gumam Aisyah dengan pandangan dinginnya.
"Kayla, tolong bawakan kardus ini ya kesana deket tenda. Aku mau ke toilet" Ujar Via memberikan kardus berisi dekorasi untuk panggung, dan langsung meninggalkan Kayla sendirian.
"Ih Via kebiasaan" Gerutu Kayla sambil membawa kardus ketempat Ahkam.
"Eh Kayla? Via mana?" Tanya Ahkam saat melihat Kayla tiba.
"Dia ke toilet tadi" Jawab Kayla, Ahkam hanya menangguk kecil.
"Oh ya tolong pasangin dekorasinya disitu" Ujar Ahkam, Kayla hanya mengangguk dan mengambil kursi sebagai pijak kan.
Saat hendak naik ke kursi dia tiba-tiba oleng, "AAAAA...!!!!" Teriak Kayla.
Buk
Kayla membuka matanya dan menyadari dirinya masih selamat, dia kaget saat melihat wajah orang yang menolongnya.
Karena merasa berat Azmi menurunkan Kayla dari gendongannya, "Kau berat sekali, lain kali hati-hati" Ujar Azmi.
"Hmm... Syukron" Ujar Kayla dengan malas kemudian memasang kembali dekorasi yang belum rampung.
Aisyah yang tak jauh dari sana sangat geram melihat yang terjadi, seolah dia melihat hal itu sengaja. Di tempat yang sama Vira and the gang juga merencanakan sesuatu untuk mencelakai Kayla.
Mereka membasahi lantai depan kelas yang akan dilalui oleh Kayla, "Vira, dia dateng" Ujar salah seorang anak buah Vira.
Mereka bersembunyi dibalik tembok, mereka mengintip menunggu Kayla terpeleset.
"Ayo sedikit lagi" Vira berharap kalau Kayla melewati jalan itu, tapi Kayla malah berbelok kearah yang lain tanpa disadari nyai Rahmah datang dari arah yang berlawanan dan terpeleset.
"ADUHHH!!! " Rintih nyai Rahmah, Vira and the gang panik, dan pergi meninggalkan nyai Rahmah. Orang-orang berdatangan mendengar teriakan nyai Rahmah.
Dengan santai Kayla membawa kardus bertumpuk menuju ke arena acara, "Eh eh jatuh" Teriak Kayla tiba-tiba ada yang menahan kardus Kayla yang ada di atas.
"Lain kali hati-hati, sini aku bantu bawa" Ujar seorang pemuda pada Kayla.
"Kamu siapa?" Tanya Kayla yang penasaran dengan pemuda itu.
"Oh aku, namaku Jurus Sya'ban. Panggil aja Aban" Ujar pemuda yang bernama Aban.
"Nama ku Kayla" Ujar Kayla sambil tersenyum tapi Aban tidak mau menatap wajahnya walau dia tersenyum.
'Apa semua anak pondok gak suka Tatap-tatapan' gumam Kayla dalam hati.
Tiba-tiba mereka berdua terhenti saat melihat kerumunan santri, "Ada apa ya?" Gumam Kayla.
"Gak tau" Sahut Aban yang juga bingung.
Mereka mendekat dan menerobos kerumunan Kayla terkejut melihat nyai Rahmah sedang di bopong oleh beberapa ustadzah, "Kok bisa nyai Rahmah jatuh?" Ucap seorang santriwati.
"Gak tau" Sahut santriwati yang lainnya.
"Siapa yang sudah membuat lantai ini licin?" Tanya ustadzah Ruqayyah, umminya Aisyah.
"Kayla pelakunya" Teriak Vira dari belakang sontak orang-orang yang ada disana menoleh ke arah Vira yang sedang meringis kesakitan, Kayla terkejut dan hanya bisa tergagap-gagap saat hendak bicara.
"Itu fitnah ustadzah, saya tadi sedang mengambil perlengkapan di sana mana mungkin saya bisa menumpahkan air disini" Ujar Kayla membela diri.
"Bohong ustadzah, saya lihat sendiri dan dia tadi memukul saya dan ia menyuruh saya untuk diam dan tidak mengatakan pada siapapun. Teman-teman saya saksinya" Ujar Vira seperti menaruh bara api, dan benar-benar ingin menjatuhkan Kayla.
"Tapi ustadzah-"
"Cukup!" Semua orang diam saat ustadz Akhtar tiba.
"Keributan apa ini?" Tanya ustadz Akhtar dengan suara tegas, semua orang diam tidak ada yang berani bicara.
"Abi sebaiknya ini kita bicarakan di kantor, Kayla ayo ikut saya" Ujar ustadzah Ruqayyah, Kayla pun pasrah dan menyerahkan bawaannya pada Aban. Sementara Vira tersenyum puas karena telah menjerumusman Kayla dalam masalah.