Sedari tadi Kayla sibuk menyeka airmatanya agar tidak keluar namun suara isakkannya tidak bisa berbohong, Via menyusul Kayla ke mushala.
Saat hendak menghampirinya langkah Via terhenti lalu muncul perasaan tidak enak di benaknya kemudian mengurungkan niatnya untuk bertanya pada Kayla, di saf didepan Kayla ada seorang santriwati yang sedang membaca Al-Qur'an.
Dia melihat kebelakang kearah Kayla. Dia pun berdiri dan mendekati Kayla.
"Assalamu'alaikum Kayla." Santriwati itu duduk dihadapan Kayla.
"WA-wa'alaikumsalam." Kayla menonggak dan melihat ke sekitar. Dia menatap santriwati yang tengah mengenakan mukena dihadapannya.
"Maaf apa aku menganggu." Kayla langsung gelagapan, lalu santriwati itu tersenyum.
"Namaku Zahra, aku dengar kamu tadi sedang menangis sebenarnya ada masalah apa, Kayla?" Ucap Zahra dengan lembut. Kayla kaget sekaligus malu karena dia ketahuan menangis.
"Zahra? Bisa aku curhat ke kamu?" Tanya Kayla, Zahra mengangguk.
Kayla menceritakan bagaimana ia pertama kali masuk ke pesantren, bagaimana dia bertemu dengan gus Azmi, dia menceritakan sikap Aisyah yang tiba-tiba berubah, sikap Via yang benar-benar tidak ingin kehilangan sahabatnya, dan kecelakaan yang menimpa Aisyah sekarang.
"Allahuakbar, kamu mau dengar saran dariku?" Ujar Zahra, Kayla menganggukan kepalanya.
"Aisyah memang sudah seperti itu sejak dulu, kami para santri juga tidak tahu kenapa. Dan sahabatnya Via juga memilih bungkam ketika kami bertanya tentang Aisyah, untuk masalah dengan gus Azmi. Sebaiknya kamu beri batasan antara kamu dengan dia tapi bukan pada gus Azmi saja tapi pada setiap laki-laki yang bukan mahram mu. Untuk masalahmu dengan mereka berdua kau hanya perlu sabar menghadapinya, selesaikan ini baik-baik. Sisanya serahkan padal Allah.
Zahra membacakan sebuah ayat Al-qur'an untuk menguatkan Kayla.
لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَ..
"Jangan engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita." (Qs. At Taubah 40).
"Ingat, jika kamu sedang dalam masalah dan tidak dapat menemukan solusinya maka meminta lah pada Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang."
Kayla mengusap airmatanya dan perlahan tersenyum, Zahra memberikan sebuah Al-Qur'an kecil pada Kayla.
"Aku tidak punya ayah ataupun ibu, aku juga sangat jarang memiliki teman untuk bicara. Tapi aku masih punya Allah yang mau mendengarkan semua keluh kesahku dan aku juga memiliki Al-Qur'an yang bisa menangkan ku ketika sedih... Jika kau sedih atau sedang terbebani, apapun situasinya sholatlah InsyaAllah, Allah akan menunjukkan jalan penyelesaian terbaik."
Zahra menggenggam tangan Kayla sambil tersenyum, wajah Zahra begitu berseri dan bercahaya. Kayla takjub dengan tutur kata lembut dan nasihat yang diberikan Zahra.
Meski Zahra sudah keluar dari musholla, Kayla masih bertahan didalam sana menatap Al-Qur'an. Perlahan Kayla membuka Al-Qur'an dan mulai membacanya. Walau terbata-bata tapi Kayla tetap ingin membaca Al-Qur'an tersebut, perasaannya yang tadinya sedang sedih, gundah, kesal perlahan membaik.
Lalu Kayla teringat dengan hal buruk yang ia lakukan dulu, Kayla yang dulu sebelum masuk ke pondok pesantren hanyalah seorang gadis biasa dengan banyak pelanggaran yang ia lakukan. Minum minuman keras, balapan liar, sering bolos sekolah, dan hidup tidak terarah bahkan dia kurang tahu aturan agama.
'Aku tidak menyesali meninggalkan teman-teman ku di SMA, aku tidak akan menyesali kalau aku belajar pesantren ini.'
Hari hari milad sudah selesai acara-acara dan lomba yang diadakan dipondokpun juga selesai, semakin hari Kayla terbiasa dengan kehidupan seorang santriwati. Bahkan dia sangat disiplin sekarang, bangun tepat waktu bahkan dia bangun sebelum nyai Rahmah mengetuk pintu.
Aisyah masih dirawat dirumah sakit, belakangan terakhir ini Via dan Kayla kembali dekat. Via akhirnya mau terbuka pada Kayla, dan Kayla juga jarang sekarang bertemu gus Azmi ataupun kawan-kawannya.
Pagi ini Kayla menemani ustadzah Husna kepasar karena pondok sedang libur banyak para santriwati yang pulang kerumah mereka, Via pun juga pulang kerumahnya. Yang tidak pulang hanya Kayla saja, sementara Zahra juga pulang ke panti asuhannya.
"Maaf ya Kayla jadi ngerepotin kamu."
"Gak papa kok ustadzah, sini biar Kayla bawa sebagian belanjaannya."
Ustadzah Husna mengeluarkan daftar belanjaan, "Kayla, bisa kamu beliin daging ayam? Ustadzah mau ke toko sembako arahnya berlawanan sama tempat penjual dagingnya."
"Oh iya ustadzah, bisa kok."
Ustadzah Husna memberikan daftar belanjaan pada Kayla, ustadzah Husna meminta Kayla untuk bertemu di tempat yang sama setelah Kayla selesai berbelanja.
Kayla menyusuri pasar daging daritadi dia hanya fokus pada daftar belanjaan dan celingak celinguk mencari penjual dagingnya langganan ustadzah Husna, saking fokusnya Kayla tidak sengaja menabrak seseorang.
Bruk!
Belanjaan Kayla jatuh semua kelantai.
"Astaghfirullah, belanjaanku."
"Astaghfirullah maaf ya mba." Pemuda itu membereskan belanjaan Kayla dan memberikan padanya.
Saat melihat wajah pemuda itu Kayla terpana dengan ketampanan yang dimiliki pemuda tersebut.
'Masyallah ganteng... Astaghfirullah Kayla jaga pandangan ingat apa kata pak ustadz.'
"Ini belanjaannya." Kayla menundukkan kepalanya dengan tangan gemetar Kayla mengambil keranjang belanjaannya.
"Sekali maaf ya mba, saya gak sengaja." Ujar pemuda berpeci putih itu.
"I-iya gak papa..." Sahut Kayla malu-malu.
"Gak ada yang rusakkan?"
"Oh iya gak ada yang rusak kok."
"Lain kali hati-hati ya mba, permisi."
Jiwanya serasa terbang ke langit dia sangat malu tadi dan juga kagum dengan sikap gentlemannya pemuda tersebut.