Hari yang paling ditunggu para santri dan santriwati tiba, acara milad begitu meriah dengan penampilan grup habsyi Syubbanul Muslimin dan kelompok habsyi putri dari pondok pesantren Nurul Hidayah.
Kayla berdiri diantar penonton di lehernya mengantung sebuah kalung id card bertuliskan panitia, dia juga memakai pakaian khusus untuk panitia.
Dia tampak tersenyum puas dengan penampilan dari teman-temannya dari grup habsyi putri, perhatiannya terarlih ke seorang pemuda tampan yang duduk di kursi penonton, siapa lagi kalau bukan gus Azmi.
Tatapannya terkunci kearah gus Azmi, dia tidak mengerti dengan perasaanya sendiri. Hatinya berdegup kencang saat gus Azmi hendak menoleh kearahnya, Kayla langsung menatap ke arah panggung saat gus Azmi menatapnya.
Azmi merasa ada yang sedang menatapnya dan menengok kearah belakang kursi penonton, pandangannya tertuju kearah Kayla yang fokus ke arah panggung.
'Masyallah dia kok cantik ya hari ini? Astaghfirullah! Azmi apaan sih kamu ini kok natep dia lama-lama! Astaghfirullah. ' Azmi berusaha membetulkan perasaan dengan bersikap tetap tenang.
Setelah beberapa penampilan spektakuler tadi dan sambutan yang cukup banyak, perlombaan pun dimulai kedua lomba dimulai skaligus yaitu tilawah dari perwakilan pondok atau madrasah yang ikut serta dan lomba kelompok habsyi putra-putri dari seluruh pondok dan madrasah di Probolinggo.
Mereka mulai bepencar, peserta tilawah mulai masuk kedalam aula sementara perlombaan habsyi dilaksanakan dilapangan.
"Kayla?" Aisyah tiba-tiba berdiri disebelah Kayla.
"Astaghfirullah... Ih Aisyah bikin kaget aja." Celetuk Kayla.
"Bisa ikut aku bentar gak?"
"Mau kemana Syah?"
"Udah ikut aja."
Walau ragu Kayla tetap mengikuti kehendak Aisyah.
Tak lama mereka sampai di koridor pondok yang gelap dan jauh dari tempat acara, Kayla mulai merinding melihat suasana bangunan yang sudah tidak terawat dan tidak dipakai itu.
"Kita mau ngapain Syah kesini?"
Aisyah tiba-tiba diam dan bebalik menatap Kayla, "Syah?" Aisyah mengeluarkan sebuah pisau cutter dan menodongkannya pada Kayla.
"L-loh Syah kamu jangan bercanda deh." Aisyah melangkah pelan kearah Kayla.
Kayla mulai ketakutan dan mundur beberapa langkah.
"Semua orang berpikir aku ini aneh, gila, dan wong gampang duweni... Aku sebenarnya bukan sosok juga bukan hal gaib, aku adalah Aisyah namun bukan Aisyah." Suara Aisyah menjadi parau dan menatap bengis ke Kayla.
"Apa kamu pengidap kepribadian ganda?" Ucapan Kayla membuat Aisyah kaget dan menghentikan langkahnya.
"Ya...aku bagian dari Aisyah, aku Mitanya."
"Apa kamu sudah pernah ke psikiater?" Kayla berusaha berinteraksi dengan kepribadian lain Aisyah, yaitu Mitanya.
Sesaat keadaan menjadi hening, Mitanya seperti kebingungan dan meresakan sakit kepala yang hebat.
"Hei, kau tidak apa-apa?"
"Minggir kau Kayla!"
Mitanya berdiri tapi saat mencoba berjalan dia malah tersandung kakinya sendiri hingga akhirnya ia terjatuh, tanpa diduga ada sebuah batu besar dihadapannya sampai akhirnya kepala menimpa batu itu dan tidak sadarkan diri.
Tak jauh dari sana ada Azmi yang baru saja kembali dari pondok sebelah.
"Gus! Gus Azmi! Gus!" Kayla memanggil-manggil Azmi.
Azmi merasa ada yang memanggilnya melihat kearah Kayla yang melambaikan tangan kepadanya, tapi dia mengira itu hanya sapaan untuknya namun setelah ia melihat dengan jelas ada Aisyah yang tekapar pingsan dilantai.
Azmi menghampiri Kayla.
"Astaghfirullahalazim! Hei Aisyah kenapa?" Azmi terlihat panik dan kepanikannya bertambah saat dia melihat kepala Aisyah yang berdarah.
Azmi menarik lengan baju Kayla dengan kasar.
"Kau apakan temanmu?"
"Aku tidak melakukan apa-apa, demi Allah aku berani bersumpah. Dia tadi tersandung lalu terjatuh menimpa batu itu."
Tubuh Kayla gemetaran melihat mata Azmi yang seakan mau membunuhnya itu, Azmi menyadari gadis itu mulai takut dengannya jadi dia mulai melepaskan Kayla perlahan.
"Aku akan cari bantuan."
Setelah Azmi pergi Kayla menggotong Aisyah hingga akhirnya bertemu dengan para ustadz dan ustadzah.
Semua santri ataupun peserta lomba tidak terpengaruh dengan apa yang terjadi pada Aisyah, mereka belum tahu apa yang terjadi.
Sementara Kayla duduk di kantor guru sambil menundukkan kepalanya.
"Apa yang kamu lakukan ke Aisyah? Kayla?" Tanya nyai Rahmah.
"Gak ada nyai." Jawab Kayla yang masih menunduk, dia tidak berani menatap guru-gurunya karena dia takut.
"Kita tenangkan dulu suasana ini, Aisyah juga sudah dibawa ke rumah sakit. Nanti kita bicarakan lagi masalah ini." Ujar ustadzah Ruqayyah.
"Kita fokus dulu ke perlombaan."
Kayla menangis tapi dia menahan suaranya, Azizah yang menyadari itu menghampiri Kayla.
"InsyaAllah semuanya akan baik-baik saja, Kayla. Kamu anak baik Kayla, saya percaya denganmu." Azizah memeluk Kayla.
Tangis Kayla semakin jadi dipelukan Azizah, lalu Azmi yang masih ada diruangan itu juga merasa kalau Kayla juga tidak bersalah karena ia tahu selembut dan sepolosnya Aisyah itu tidak akan ceroboh.
Sorot mata Azmi seperti curiga pada Kayla.
"Kayla?" Azmi menghampiri Kayla yang berdiri dibelakang panggung perlombaan murottal qur'an.
"Ada apa?" Sahut Kayla dengan nada datar .
"Apa yang kamu lakukan ke Aisyah?" Tanya Azmi, tapi Kayla hanya diam dan hanya memfokuskan pandangannya kearah panggung.
"Aku bertanya padamu, Kayla?" Tetap tidak ada respon dari Kayla.
"Kalo kamu memang gak salah sebaiknya kamu luruskan masalah ini, biar orang lain gak suudzon sama kamu." Ujar Azmi. Kayla tidak kuasa lagi menahan airmatanya dan lari keluar aula.
"Kayla?" Via yang berpapasan dengan Kayla terkejut saat melihat temannya itu berlari sambil menangis.
"Loh gus? Kayla kenapa?" Tanya Via pada Azmi.
"Entahlah." Jawab Azmi datar, Via jadi bingung dengan keadaan sekarang.
Airmata tak hentinya menitik diatas sejadahnya didalam sujudnya terdengar suara isakkan diantara doanya, Kayla merasa dipermainkan. Dia benar-benar ingin mengakhiri hidupnya.
Kayla hanya diam dan bersandar pada dinding mushola.
'Lagi-lagi aku yang salah padahal aku tidak melakukan apa-apa, Ya Allah ampunilah dosa-dosaku...'