"Eh, bentar, bentar! Tahan lift-nya, dong!."
Keara tergopoh menuju pintu lift yang hampir tertutup secara otomatis, tapi untungnya hanya ada satu orang didalam lift dan masih mau membukakan pintu untuknya. "Thanks." Ucapnya dengan nafas terengah. Alisnya sedikit terangkat melihat wajah yang tidak dikenalnya—namun juga familiar pada saat yang sama. Masih muda juga... Anak trainee? Keara mulai menebak-nebak. Dilihat dari kemeja putihnya yang kelewat rapih dan celana kain hitam, mudah ditebak kalau ini memang adalah hari pertamanya bekerja sebagai Trainee. Oh, dan kebetulan hari itu memang pembukaan program untuk Management Trainee (MT) yang rata-rata adalah fresh-graduate di perusahaan retail tempatnya bekerja. Keara ingat beberapa hari yang lalu dirinya sibuk menulis report anggaran untuk program training selama tiga bulan kedepan.
Wajahnya datar, tapi Keara tidak bisa mengelak kalau laki-laki dalam lift itu benar-benar tipenya. Tinggi, berbahu lebar, garis rahangnya terlihat tegas dari samping dan yang terpenting... wangi banget, dong. Parfumnya merk apa, ya?
Laki-laki itu sedikit berdeham, menyadari pandangan Keara dari atas lutut ke kaki, sontak membuatnya mengalihkan pandangan. "Lo anak MT, ya?" Keara membuka suara untuk memecahkan kecanggungan. "Temen gue yang anak HR bilang training-nya agak ngaret, sih, kalau hari Senin. Lo tenang aja, jam segini nggak telat kok."
"Hm."
Buset, hemat banget ngomongnya. Emang semua anak baru kayak begini ya? Atau dia cuma malu-malu?
Keara berdeham, kembali memikirkan cara untuk memecahkan atmosfir kecanggungan diantara mereka."Oh, nama gue Keara by the way. Finance."
"Saya tau."
Ting!
Bersamaan dengan kalimat terakhir yang diucapkannya, laki-laki itu langsung melesat keluar dari lift, tampaknya memang nggak ingin berlama-lama dengan dirinya di dalam sana. Padahal dia masih ingin tau apa maksudnya. Kenapa dia tau Keara? Memangnya mereka pernah kenal? Kalau dilihat-lihat wajahnya memang familiar...
"Raaaa! Lo kemana aja sih, buset. Udah mau jam sembilan baru dateng?? Kesiangan lagi lo ya." Lukas, teman terbaiknya selama setahun terakhir sekaligus sesama staff Finance Accounting langsung mengeluarkan omelan ala emak-emaknya di pagi hari.
"Berisik lo, Kas. Si Ibu juga biasa datengnya jam sepuluh lebih." Keara mengernyit. 'Si Ibu' yang dimaksud nggak lain dan nggak bukan adalah Bu Rina, atasan mereka berdua yang juga merupakan Dept Head bagian Finance & Accounting. Salah satu dari sekian Dept Head di perusahaan itu yang cukup strict mengenai keterlambatan.
"Kaga, woi. Ibu dateng pagian, soalnya yang mau gantiin Pak John bakal masuk hari ini juga. Lo nggak denger apa pas minggu lalu?"
"Hah? Gantiin SPV kita yang resign? Bukannya Bu Rina bilang dia mau nge-handle sendiri aja...?" Keara membalas dengan polos.
"Kaga bisa, neng. Terlalu banyak event buat bulan depan, kewalahan kalau orangnya lo sama gue doang."
"Oh, jadi bakal ada assistant manager?"
"He-eh, tapi dia merangkap jadi SPV di departemen kita juga. Lagian lo nggak ngeri di FA cuma ada staff doang, kagak ada supervisornya?"
"Yaaa gimana ya— emang siapa, sih, SPV-nya? Setau gue Bu Rina paling ribet masalah milih orang begituan."
"Ya makanya, si Ibu nyuruh ponakannya sendiri yang masuk ambil bagian. Denger-denger dulu kuliah di US, jadi ya gitu. Namanya siapa ya? Barat-barat gitu deh pokoknya susah. Jay, Jay apa gitu." Ucapan Lukas terhenti ketika didengarnya pintu ruangan Dept Head terbuka, buru-buru memberikan isyarat pada Keara. "Ra, Ibu dateng."
KAMU SEDANG MEMBACA
Supervisor | Jaehyun NCT
RomanceBermula dari pertemuan di lift, Keara sama sekali tidak menyangka bahwa seorang Jeremy Aditama, supervisor departemen Finance and Accounting di perusahaan tempatnya bekerja, ternyata merupakan seseorang yang pernah ada di masa lalunya. "Jangan pangg...