"Ma." Keara memainkan ujung selimutnya dengan tidak berenergi, sementara tangan satunya masih memegang handphone-nya ditelinga."Hmm?" Mamanya menjawab di ujung telepon. "Kenapa kamu tumben nelepon Mama, Key? Mau pulang?"
"Nggak, bukan itu." Keara menggeleng, meskipun sudah jelas sang mama nggak bisa melihat reaksinya secara langsung. 'Key' merupakan panggilan yang diberikan oleh papa mamanya, dan memang hanya diperuntukkan untuk orang-orang terdekatnya saja. Sejak masuk di perusahaannya sekarang, Keara memang terpaksa untuk tinggal agak jauh dari orang tuanya, sendirian. Sepi, memang. Tapi berkat pekerjaannya yang selalu menumpuk, rasanya Keara hampir tidak punya waktu untuk sedikitpun merasa kesepian tanpa kehadiran Mama maupun Papa. "Ma, mama inget temen aku Jemy, nggak?"
"Siapa—? Oh, yang dulu tinggal disebelah rumah kita itu kan? Yang udah pindah sekeluarga?"
"Ng.. Iya. Emang mama masih keep up sama orang tuanya dia?"
"Nggak, tuh. Seingat mama mereka cerai, terus anaknya disekolahin keluar, ngikut kakeknya. Kok kamu tiba-tiba nanyain, sih?"
"Key ketemu dia, Ma." Balas Keara, meskipun awalnya sempat ragu. "Di kantor. Dia pindah ke Jakarta."
"Ohya? Bagus, dong, jadi ada temen di kantor."
"Ih, bukan Ma!" Duh, mana bisa gue bilang ke Mama kalau itu anak jadi atasan gue?
"Bukan gimana. Emang dia di bagian apa? Seinget Mama si Jemy lebih tua dua tahun dari kamu."
"Ng— nggak tau, ah. Udah, ya, Ma. Key mau tidur."
"Lah, ini anak ditanyain. Yaudah, besok jangan terlambat kerja ya? Kalau weekend sempet pulang kamu kesini, kasian Papa."
"Iya-iya. Bye, Ma."
Bip.
Keara memutuskan sambungan teleponnya dan kembali merebahkan tubuhnya yang pegal di kasur. Tangannya meraih guest card yang diberikan oleh Jay tadi saat pulang.
"Jeremy... Jemy... Jay. Aneh banget sih itu orang, sampe ganti nama panggilan segala." Gumamnya sendiri. "Lagian kenapa dia bisa inget sama gue, ya? Emangnya muka gue dari kecil nggak berubah?"
"Kamu benar-benar nggak ingat sama saya?"
Kalimat itu kembali terngiang dan sontak membuatnya malu. "Duh, bego banget gueeee. Mana mesti ketemu tiap hari. Cerita ke Lukas, nggak, ya? Tapi si kampret pasti bercandain gue mulu. Tau, ah."
Keara akhirnya memilih untuk masuk kedalam selimut dan memejamkan matanya, menunggu pagi menjelang.
***
Seminggu sudah berlalu sejak kedatangan Jay sebagai supervisor Keara.
Nyatanya, Keara sama sekali belum sempat membicarakan apapun diluar topik pekerjaan dengan laki-laki itu. Seperti yang Bu Rina pernah katakan sebelumnya, event dan promo di store sedang banyak-banyaknya. Baik dia, Jay, maupun Lukas bahkan hampir nggak punya jeda selain waktu istirahat yang dihabiskan untuk makan atau sekedar membeli kopi.
Baru jam sepuluh pagi saat Lukas memijat pelipisnya pelan, dan Keara tau benar kalau temannya itu sedang menahan diri untuk nggak mengumpat karena mereka sedang di kantor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Supervisor | Jaehyun NCT
RomanceBermula dari pertemuan di lift, Keara sama sekali tidak menyangka bahwa seorang Jeremy Aditama, supervisor departemen Finance and Accounting di perusahaan tempatnya bekerja, ternyata merupakan seseorang yang pernah ada di masa lalunya. "Jangan pangg...