07.

770 117 16
                                    

Bali
Day Two

Pagi di hari kedua masih diisi dengan meeting lanjutan, kali ini dengan store manager di Bali. Berbeda dengan kemarin, hari ini store manager memang sengaja menyewa satu co-working space yang lebih besar di kota, karena ada beberapa manager perwakilan yang datang langsung dari luar negeri.

Meskipun nggak selama meeting sebelumnya, pagi itu terbilang cukup hectic karena nggak lama setelah meeting, rundown berlanjut dengan event utama, yaitu opening store, yang dijadwalkan berlangsung sampai malam.

Pihak head office sengaja untuk mempersiapkan event yang lebih besar dari biasanya, bahkan menyewa satu stage di mall tersebut, mengundang beberapa tamu dan memberikan kesempatan pada seratus pengunjung pertama untuk mendapatkan voucher belanja, serta doorprize undian menarik lainnya. Marketing strategy yang benar-benar dipersiapkan dengan matang oleh tim Pak Andreas, yang meskipun agak kesal, Keara harus mengakui kalau ide Pak Andreas benar-benar efektif.

"Nggak sia-sia kamu sama Lukas pusing nyiapin ratusan voucher minggu kemarin." Jay yang tahu menahu sudah berdiri disamping Keara membuka suaranya. Keara sendiri sedang duduk dibelakang meja tempat pengambilan undian doorprize, ditemani dengan staff-staff lainnya.

"Yah, mau gimana lagi Pak. Daripada Pak Andreas ngomel." Sahut Keara, sedikit pelan karena takut orangnya tiba-tiba muncul.

"Kamu deket banget kayaknya, ya."

"Maksudnya?"

"Sama si Andreas."

Keara menautkan alisnya bingung. "Ini Bapak ngejek, ya...? Deket dari mana? Bawaannya pengen berantem mulu, Pak."

"Saya liat kamu." Sahutnya. "Waktu tidur di pesawat, terus, waktu di lobby hotel kemarin."

Keara tertawa salah tingkah. "Pak.. Itu yang di pesawat, jangan salah paham. Saya beneran ketiduran kok."

"Hmm."

"Bapak sendiri gimana? Cocok nggak, sekamar sama Andreas?"

Raut wajah Jay datar, mengingat bagaimana mereka berdua hampir nggak mengeluarkan sepatah katapun selama ada di ruangan yang sama. Hanya sebatas "Gue mandi duluan." atau "Mau matiin lampu."

"Ya, nggak gimana-gimana."

"Yah, nggak seru amat Pak. Kirain bakal berantem."

"Ngapain saya berantem?"

"Keara." Suara familiar itu membuat keduanya berhenti berbincang, dan benar aja, orang yang mereka baru omongin mendatangi mereka. "Flashdisk saya yang isi powerpoint meeting tadi ada di kamu?"

"Iya, Pak. Ada. Sebentar." Keara merogoh isi tasnya, kemudian wajahnya mendadak pucat pasi.

"Kenapa?" Tanya Jay dan Andreas, hampir berbarengan.

"Flashdisk-nya.. Kayaknya masih kecantol.. Di komputer ruang meeting deh, Pak."

"Hah?! Kamu lupa ambil?" Andreas kembali memelankan suaranya. "Jangan sampe ilang, coba telpon ke tempat co-working space tadi, deh."

Setelah menemukan nomor dan tempatnya, Keara menggigit jari, menunggu sambungan telepon dan mendengar pihak dari co-working space itu berbicara.

"Ada, Pak. Tapi.. Mereka cuma buka sampai jam enam hari ini." Sahut Keara. "Ini udah jam setengah lima.. Nggak keburu kalau kita nunggu event kelar. Besok bisa diambil nggak, Pak?"

"Besok nggak ada waktu. Di rundown-nya kita bakal ke daerah Ubud besok, dan pagi udah berangkat dari sini." Sahut Jay, yang sejak tadi menyimak.

Supervisor | Jaehyun NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang