"RAAA. Sumpah lo tuh ya, bikin panik aja! Gue pikir lo nyasar kemana tau."
Keara sudah bisa menebak bahwa sahabatnya akan langsung menyerbunya begitu sampai. Gimana nggak heran, tiga jam lebih HP Keara benar-benar mati total, dan sama sekali nggak terbantu dengan HP Andreas yang entah kenapa sinyalnya SOS terus. Kalau kata Keara sewaktu di jalan tadi, 'Hp boba tapi sinyalnya masih aja bapuk.'
"Sorry... Gue udah balik kan, yang penting?" Keara cuma nyengir.
"Lo bawa apaan lagi dah, kantongnya banyak bener?"
"Oleh-oleh. Tadi nunggu taxi lama jadi gue sempet belanja dulu— Eh, Pak Jay dimana?"
"Bener-bener, deh. Pak Jay disitu, tuh. Di deket backstage, lagi nonton live music." Sahut Nirmala, menunjuk kearah panggung yang memang disiapkan untuk penghujung event hari itu dan pengumuman doorprize. "Minta maaf sana sama supervisor lo. Malah keluyuran sama atasan departemen lain. Pak Jay juga panik, tau."
Keara menelan ludah dengan gugup, mendapati Jay yang masih fokus dengan live music dan belum menyadari kedatangannya. Sejauh ini, Jay memang jarang marah perihal pekerjaan, tapi dirinya menebak bahwa hari ini bisa saja dirinya akan terkena omelan lagi.
"Pak... Pak Jay!" Panggilnya dengan kencang. "Maaf saya baru balik!"
"Keara?" Jay menoleh, raut wajahnya langsung berubah dan responnya lebih terlihat khawatir ketimbang marah. "Kamu dari mana aja? Nggak apa-apa? HP kamu mati?"
"Hah... Iya nggak apa-apa. Pak, berisik banget, nggak kedengeran!"
"Kamu dari mana aja sama Pak Andreas!" Kali ini, suara Jay terdengar lebih kencang. "Saya pusing, nggak bisa hubungin kamu!"
"Maaf Pak! HP saya mati. Susah cari taxi disana!"
Jay berdecak pelan, dan tanpa aba-aba, dirinya langsung menarik Keara kearahnya, kemudian sedikit membungkuk ke telinga gadis itu. "Saya capek teriak-teriak. Kamu diem disini, biar ngomongnya gampang."
"Ng.. Oke.." Keara bertanya hati-hati, melihat tangan Jay yang masih melingkar di pergelangannya. "Tapi Ini... Tangan saya nggak mau dilepasin, Pak..?"
"Nggak. Nanti kamu diculik Andreas lagi."
Keara tidak tau bagaimana harus bereaksi karena supervisornya tidak terlihat bercanda, dan melihat raut serius diwajahnya yang masih fokus pada live music di hadapannya, Kearapun tidak ingin mengeluarkan argumen lain.
"Maaf.. Udah bikin Bapak khawatir." Keara berbisik, sedikit berjinjit karena nggak sampai ke telinga Jay. "Tapi saya nggak sendiri kok Pak, jadi nggak apa-apa."
"Justru karena kamu lagi sama dia." Jay bergumam tidak jelas, membiarkan suaranya tenggelam dalam dentuman musik yang keras.
"Ngomong apa barusan, Pak...?"
"Nggak ada." Sahut Jay singkat.
"Hmm." Keara bergumam, pandangannya menyapu barisan penonton, takut kalau-kalau ada anak kantor atau departemen lain yang mendapati mereka sedang bergandengan tangan. Untungnya, sepertinya semua sedang sibuk dengan urusan masing-masing. Pak Andreas juga tidak terlihat lagi sejak mereka tiba disini.
"Kamu nyariin siapa—"
"Ih, yaampun, gue suka banget lagu ini." Perhatian Keara teralihkan begitu mendengar intro akustik yang jauh berbeda dari lagu-lagu sebelumnya, membuatnya tanpa sadar menyeplos sendiri. Tidak butuh waktu lama, dirinya malah hanyut dalam musik, menyanyikan bait per bait yang sudah dihafalnya diluar kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Supervisor | Jaehyun NCT
RomansBermula dari pertemuan di lift, Keara sama sekali tidak menyangka bahwa seorang Jeremy Aditama, supervisor departemen Finance and Accounting di perusahaan tempatnya bekerja, ternyata merupakan seseorang yang pernah ada di masa lalunya. "Jangan pangg...