"Mau pulang bareng saya?"
Keara menepuk pipinya, meyakinkan kalau dia nggak lagi halusinasi. Jujur saja, dirinya sama sekali nggak menyangka, dan nggak tau harus bereaksi seperti apa. Apakah dia harus canggung kalau supervisornya itu tiba-tiba mengajaknya pulang bareng? Atau justru senang?
Terlepas dari kebingungan itu, tentu saja Keara nggak bisa menolak. Selain sudah menolongnya saat berdebat dengan Pak Andreas, laki-laki itu juga adalah teman masa kecilnya. Terlalu banyak pertanyaan yang ingin dilontarkan Keara terhadapnya selama seminggu terakhir, dan mungkin saja, mereka bisa sedikit demi sedikit nggak merasa canggung lagi satu sama lain.
"Nanti keluarnya pisah aja. Nggak enak dilihat orang-orang kantor." Jay berbisik sekilas ditelinganya sebelum menuju meja kerjanya, meninggalkan Keara yang masih mematung.
"Ra, woi! Bengong aja disana. Sini, lo." Panggil Lukas. "Gimana tadi? Muka lo napa merah, sih? Sakit?" Laki-laki itu refleks mengangkat telapak tangannya ke dahi Keara, tanpa sadar Jay yang memerhatikan mereka berdua disebelahnya.
"Hah? Nggak, gue nggak apa-apa." Keara membalas. "Udah beres kok, masalah sama Pak Andreas. Lo mending siapin voucher buat promo lusa, deh." Keara mengalihkan pandangannya ke arah komputer, berusaha mengalihkan pembicaraan dan berharap dirinya tidak se-obvious itu.
"Jadi, kamu sama Lukas pacaran?"
"Hah—uhuk uhuk! Keselek!"Keara yang baru saja membuka botol airnya dan meminum seteguk langsung tersedak dengan perkataan Jay yang tiba-tiba. "Apaan sih Bapak, bikin kaget aja!"
"Ya kan saya nanya. Mumpung orangnya udah balik." Jay melirik kursi yang sudah kosong disebelahnya. Dirinya dan Keara lagi-lagi ditinggal berdua, meskipun Keara sebentar lagi selesai dengan pekerjaannya.
"Nggak, kok. Lukas pacaran sama temen saya. Anak HR."
"Yang kamu bilang anak Training di lift?"
"Nah, iya itu. Eh, kok Bapak inget sih..."
"Gimana nggak inget kalau kamu nyerocos terus di lift." sahutnya enteng, membuat Keara malu karena mengingat pertemuan pertama itu. "Kalau udah kelar kamu turun ke bawah aja, email dulu ke saya reportnya. Ntar lagi saya nyusul."
"Iya, Pak. Tapi nanti kalau masih ada Lukas sama cewenya gimana?"
"Yaudah, tunggu di Starbucks depan. Kamu nyebrang dikit nggak apa-apa, kan? Nanti saya jemput disana."
"Iya, nggak apa-apa kok. Saya turun duluan ya, Pak?"
"Oke."
Entah kenapa, Keara merasa sedikit gugup saat menunggu laki-laki itu di Starbucks seperti yang dijanjikannya, dan nggak terlalu lama sampai akhirnya dirinya melihat mobil mazda hitam menghampirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Supervisor | Jaehyun NCT
RomanceBermula dari pertemuan di lift, Keara sama sekali tidak menyangka bahwa seorang Jeremy Aditama, supervisor departemen Finance and Accounting di perusahaan tempatnya bekerja, ternyata merupakan seseorang yang pernah ada di masa lalunya. "Jangan pangg...