06

801 114 11
                                    

Bali,
First Day.

"Lah, kok jadi kamu yang duduk di sebelah saya?"

Keara memang harus banyak-banyak mengelus dada. Baru juga hari pertama, masih di pesawat, bahkan, tapi kesabarannya sudah diuji oleh manusia bernama Andreas. Kesialan macam apa ini?

Padahal semalam, Keara hampir nggak bisa tidur karena excited dengan trip pertamanya ke Bali, pulau impiannya—meskipun labelnya untuk pekerjaan. Nyatanya, dia malah harus duduk di sebelah Dept Head termuda, sekaligus yang paling menyebalkan di satu perusahaan. Keara melirik kebelakang, mendapati Jay yang sudah duduk dengan Ibu Rossa, SPV bagian Procurement.

Pasti si Ibu bahagia banget. Siapa yang nggak kesenengan kalau duduk disebelah laki-laki seperti Jay?

"Emangnya saya juga mau duduk di sebelah Bapak?" Balasnya dengan gumaman yang hampir tidak terdengar.

"Apa kamu bilang?"

"Nggak kok. Bapak duduk di pinggir aja, tukeran sama saya. Kalau kebelet keluarnya susah."

"Enak aja. Saya maunya deket jendela, dan saya nggak bakal kebelet!"

"Yaudah suka-suka Bapak, deh. Saya mau tidur."

"Saya juga mau. Kamu jangan ganggu saya."

"Bapak juga."

"Bangun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bangun. Udah mau landing."

Keara mendengar suara pelan di telinganya dan mengerjap beberapa kali, tapi nyawanya belum sepenuhnya terkumpul. Sepertinya, dirinya sudah terlelap cukup lama sepanjang penerbangan itu.

"Haaa?" Sahutnya, masih dengan keadaan setengah sadar.

"Kamu kira bahu saya bantal?"

Kali ini, suara itu sedikit keras, membuat Keara spontan membuka matanya dan kembali ke kesadaran. Nggak butuh waktu lama sampai dia menyadari posisinya sekarang; kepalanya bersandar di bahu Andreas yang duduk disebelahnya. Keara buru-buru menegakkan posisinya, mendapati Andreas yang menatapnya seperti macan yang siap menerkam kapan saja.

"Hiiiy— maaf, maaf Pak! Sumpah, saya ketiduran. Maaf banget Pak, ampun."

"Hiy kamu bilang? Emang saya macan?"

Emang iya. Ingin rasanya Keara membalas seperti itu, tapi tentu saja nggak dilakukannya karena dirinya masih sayang nyawa. "Ng—nggak Pak. Refleks. Hehe."

"Yaudah sana, lap iler kamu dulu."

"Hah..?" Mendengar itu, Keara langsung merogoh isi tasnya, kemudian melihat ke kaca cermin kecil yang selalu dibawanya kemana-mana. "Mana ada sih, Pak. Saya nggak ileran!"

"Siapa suruh kamu tidur pules banget."

"Kok.. Bapak nggak bangunin saya aja?"

"Saya juga ketiduran." Sahut Andreas asal, kemudian mengalihkan pandangannya ke arah jendela. Tampaknya sudah nggak mau berdebat lebih jauh dengan Keara.

Supervisor | Jaehyun NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang