여덟

1K 103 4
                                    

"Aduh, kakak ini apa-apaan sih?" jerit Jaemin dengan tatapan tajam pada Jeno. Pasalnya, Jeno baru saja mencubiti pipi Jaemin pelan. Karena sosok yang lebih muda itu terus saja melamun.

"Hehe maaf dek, habisnya kakak risih melihat ekspresi wajah kamu tadi."

"Emangnya ekspresi ku kenapa, kak?" tanya Jaemin heran.

"Sudahlah, tidak usah dibahas lagi. Aku tau kok kalau kamu sedang memikirkan Mark, tapi jangan sampai seperti orang stres begitu dong." Jeno menceramahi Jaemin yang hanya ditanggapi dengan dengusan kasar.

"Yah mau gimana lagi kak, aku khawatir banget sama kak Mark. Aku takut kalau yang dibilang dokter waktu itu memang benar-benar akan terjadi."

"Apa? Dokter? Maksud kamu apa?"

Menyadari kesalahannya, Jaemin sontak mengunci rapat mulutnya. Tidak berniat untuk menjelaskan apapun pada Jeno yang kini tengah menatapnya penuh selidik.

"Jaemin-ah? Kamu pasti tau sesuatu kan tentang Mark?"

Merasa sudah tidak mampu lagi untuk menutupinya, Jaemin pun memutuskan untuk membalas ucapan Jeno, "iya kak aku tau."

"Jadi benar jika kamu sebenarnya tau apa yang terjadi apada Mark? Lalu kenapa kamu tidak menceritakannya padaku sih? kamu tidak percaya denganku?" tanya Jeno sedikit emosi.

Jaemin yang takut, hanya bisa menundukkan kepalanya dalam. "Mian. Aku tidak bermaksud seperti itu kak. Hanya saja aku sudah berjanji pada kak Mark kalau aku tidak akan menceritakan tentang penyakitnya pada siapapun."

"Chakkaman, penyakit kamu bilang? Memangnya Mark sakit apa?"

"Kalau soal itu, aku sendiri juga tidak tahu kak. Aku hanya tahu jika kak Mark memiliki penyakit yang menyebabkannya harus kembali ke Kanada," ujar Jaemin lirih. Jujur saja, dirinya sendiri pun masih tidak percaya akan kepergian Mark yang begitu tiba-tiba.

.

.

.

Setelah menunggu beberapa minggu, akhirnya Jaemin mendapat kabar jika Mark telah pulang dari Kanada.

Mendengar berita itu, Jaemin sangat bersyukur dan ingin segera melihat keadaan Mark. Jaemin pun memutuskan untuk mengajak Jeno dan juga Renjun untuk menemaninya mengunjungi Mark sore ini.

"Yeobseoyeo, Kak Jeno?"

"Ya, ada apa?"

"Aku nanti rencananya akan mengunjungi kak Mark. Kakak ikut ya? Aku juga akan mengajak Renjun bersamaku."

Asal kalian tahu saja. Alasan mengapa Jaemin harus membawa-bawa nama sahabat mungilnya itu, karena Jaemin sudah tahu jika sebenarnya Jeno dan Renjun sama-sama menyimpan rasa suka satu sama lain.

"Kamu ini kenapa jadi membicarakan Renjun sih? Eh, memangnya Mark sudah kembali kesini?"

"Sudah kok kak."

"Oh oke deh, nanti jam berapa?"

"Jam 4 saja ya kak."

"Geurae."

***

"Ayo masuk kak," ajak Renjun sok lembut. Maklum lah Renjun memang hanya akan berubah lembut jika berhadapan dengan Jeno.

"Gomawo. Jaemin mana?" tanya Jeno seraya mengikuti langkah kaki Renjun menuju ke dalam rumah Jaemin.

"Jaemin masih di kamarnya, kak," balas Renjun masih dengan senyum yang terpatri begitu manis dibalik wajahnya.

Jeno hanya membalas ucapan Renjun dengan anggukan pelan.

"Kakak mau minum apa?" tanya Renjun.

"Apa saja boleh asal kamu yang membuatnya, Njun," rayu Jeno sambil menatap wajah Renjun penuh arti.

Renjun yang mendapatkan perlakuan seperti itu pun hanya bisa mengedipkan matanya heran. "A-apa kak?"

"Hehe bukan apa-apa kok, Njun. Aku minum air putih saja, tidak perlu repot-repot."

Tak lama waktu berselang, Jaemin telah selesai bersiap dan segera saja meminta pada Jeno dan Renjun untuk pergi ke kediaman Mark.

Disepanjang perjalanan, senyuman tak pernah sekalipun lepas dari wajah manis Jaemin. Tampak sekali jika namja satu itu sangat antusias dapat kembali bertemu dengan Mark.

Sementara Jeno dan Renjun, keduanya justru saling bertukar pandang.

Keduanya memang benar-benar sedang dimabuk cinta rupanya.

Setibanya di depan rumah Mark, Jaemin tiba-tiba saja merasa gugup entah karena apa. Jeno yang melihatnya hanya terkikik pelan. Lucu sekali melihat sikap hoobae di sekolahnya itu.

"Tidak perlu gugup seperti itu. Keluarga Mark adalah orang yang baik," ujar Jeno mencoba menenangkan Jaemin.

Jaemin sendiri hanya mengangguk tanda menyetujui ucapan Jeno.

Jeno lah yang berjalan terlebih dahulu, sementara Jaemin dan Renjun berada dibelakangnya.

"Eoh, Jeno!" sapa seorang yeoja yang tampak masih cantik meskipun sudah berusia 30-an.

"Annyeong, ahjumma. Mark ada di dalam?" tanya Jeno tanpa basa-basi.

"Tentu saja. Tunggu, itu siapa dibelakangmu?"

"Mereka hoobae ku di sekolah. Renjun dan Jaemin."

Raut wajah eomma Mark yang awalnya begitu bersahabat seketika berubah masam setelah Jeno memperkenalkan Renjun dan Jaemin.

"Ada apa, ahjumma?"



TBC :v

Hayo coba tebak itu kenapa eomma-nya Mark auto berubah?

My Fierce Boy [MarkMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang