"Aduh, gawat!" ujar Renjun diikuti deraian air mata yang sudah membasahi wajah manisnya.
"Gawat? gawat kenapa?" tanya Mark heran.
"Nana itu phobia sama kegelapan, kak. Dia itu juga penakut banget anaknya. Aku takut dia kenapa-kenapa, kak," jawab Renjun begitu khawatir.
Mark yang baru saja mendengar penjelasan Renjun seketika merasa kaget. "Apa kau bilang? dia phobia kegelapan?"
"Iya kak. Aku takut dia kenapa-kenapa. Kak, tolong cari Nana." Renjun terus saja meminta pada Mark.
"Oke oke, sekarang aku coba cari dia dulu," balas Mark seraya berlari mencari Jaemin ke dalam hutan.
*Sementara itu ....
Jaemin merasa ketakutan dan terus menangis. Namja manis itu sangat takut jika sampai tidak ada yang bisa menemukannya.
Disaat Jaemin masih menunduk dalam seraya menangis, tiba-tiba saja terdengar sebuah suara yang meneriakkan namanya cukup lantang.
"Jaemin! kamu dimana?" teriak Mark sambil terus menyorot senter yang sedari tadi ia bawa ke seluruh sisi hutan.
Mendengar suara itu, Jaemin sedikit merasa lega. Jaemin hanya bisa berdoa semoga suara itu bisa menemukannya dengan segera, karena Jaemin sudah tidak berani untuk melangkah kemana-mana. Tubuhnya terasa sangat lemas untuk digerakkan.
"Jaemin?" Mark mendekati Jaemin yang tengah meringkuk dibawah pohon besar sembari terus saja menangis ketakutan.
"Kak Mark?" balas Jaemin sambil refleks memeluk Mark dan masih terus menangis.
"Iya iya, sudahlah. Sekarang kamu bisa tenang. Aku sudah disini," ujar Mark mencoba untuk menenangkan Jaemin.
Tak lama, terdengar dengkuran halus yang keluar dari bibir mungil Jaemin. Mungkin karena merasa sangat lelah, tanpa sadar Jaemin sudah tertidur di dalam pelukan Mark.
Melihat Jaemin yang tampak sangat kacau dan kedinginan, Mark pada akhirnya menggendong yang lebih muda sambil membawanya ke dalam pelukan yang begitu hangat. Tanpa Jaemin sadari pun, ia kini telah semakin menyembunyikan wajahnya dibalik tubuh Mark.
Mark sendiri hanya bisa tersenyum samar.
Keesokan harinya, Jaemin dan seluruh peserta diklat bersiap-siap untuk pulang. Sama seperti pada saat berangkat, Jaemin akan duduk di bangku depan. Namun, Jaemin merasa sedikit bingung karena ia tidak dapat menemukan sosok Mark dimanapun.
Jaemin memutuskan untuk bertanya pada sahabat mungilnya, "eh Njun, kak Mark kemana ya? kok belum masuk bus sih, abis ini kan udah mau berangkat busnya."
"Lho kamu belum tau, Na?" Bukannya menjawab pertanyaan Jaemin. Renjun justru balik menanyai sang sahabat yang semakin bingung.
"Maksudmu apa, Njun?"
"Jadi gini loh, kemarin itu kan kak Mark berusaha untuk mencarimu. Sementara kita semua disini kebingungan sendiri gara-gara kamu sama kak Mark belum balik-balik ke camp. Waktu kita mau mencari kamu sama kak Mark, tiba-tiba kak Mark dateng sambil gendong kamu," jelas Renjun Panjang lebar.
"Mworago? K-kak Mark gendong aku?" Ingatkan Jaemin jika setelah ini ia harus menutup wajahnya. Sungguh, suara yang baru saja ia keluarkan begitu keras, sehingga mengundang atensi seisi bus.
"Iya, habisnya semalam itu kamu ketiduran Na. Jadi ya kak Mark nggak ada pilihan lain selain harus gendong kamu sampai ke camp."
"Terus sekaang kak Mark kemana?" Jaemin masih saja penasaran kemana sebenarnya Mark. Pasalnya, ia benar-benar merasa malu dan harus meminta maaf karena telah merepotkan kakak kelasnya itu.
"Tadi pagi-pagi sekali kak Jeno sudah mengantar kak Mark pulang duluan, soalnya badan kak Mark itu panas banget katanya. Makannya mereka pulang duluan, kayaknya sih gara-gara semalem abis gendong kamu deh Na." Renjun sebenarnya hanya bermaksud melebih-lebihkan. Tapi apa daya, Jaemin yang memang dasarnya begitu polos dengan mudahnya mempercayai yang dikatakan oleh Renjun. Hingga Jaemin semakin merasa bersalah pada Mark. Tampak sekali raut wajah khawatir yang terpancar dari tatapan seorang Jaemin.
Setelah melalui perjalanan selama kurang lebih 2 jam, Jaemin sudah sampai di rumah. Tanpa istirahat terlebih dahulu, Jaemin memutuskan untuk menjenguk Mark yang sekarang sedang terbaring lemas di rumah sakit.
Jangan tanya darimana Jaemin bisa tahu keberadaan Mark. Tentu saja dia tahu dari Jeno yang entah sejak kapan sudah terkesan dekat dengan sahabatnya, Renjun.
Sesampainya di rumah sakit, Jaemin langsung menuju ke ruangan dimana Mark sedang dirawat. Setelah sampai di depan pintu kamar, Jaemin dengan tangan yang sedikit bergetar membuka knop pintu pelan-pelan, "permisi."
"Ya, silakan masuk. Eoh Jaemin? Sini masuk," ujar Mark tersenyum lebar dengan lambaian tangan yang mengisyaratkan Jaemin untuk lebih mendekat.
"Kakak sakit ya?" tanya Jaemin dengan suara yang begitu lembut.
"Nggak kok, aku nggak apa-apa Jaemin. Cuma agak pusing aja."
"Maafin aku ya kak kemarin sudah merepotkan kakak. Oh iya, kakak udah makan apa belum?" balas Jaemin dengan raut yang menjelaskan bahwa ia benar-benar menyesal.
"Belum, kenapa memangnya?"
"Eungg, itu-"
Tbc dulu ah :v
hehe siapa yang masih nungguin ff ini?
buat ff yang ini diusahain up setiap hari kalau emang nggak ada halangan 😜
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fierce Boy [MarkMin]
De Todo"Namaku Jaemin, kak. Kakak sendiri?" "Kalau kakak, Minhyung. Tapi teman-teman kakak disini biasa memanggil kakak Mark." by : bc08