다섯

1.4K 130 13
                                    

"Maafin aku ya kak kemarin sudah merepotkan kakak. Oh iya, kakak udah makan apa belum?" balas Jaemin dengan raut yang menjelaskan bahwa ia benar-benar menyesal.

"Belum, kenapa memangnya?"

"Kakak mau makan apa? Aku beliin deh, buat menebus kesalahan ku kemarin kak."

"Nggak perlu, dek. Aku kan nanti juga pasti dapat makan dari rumah sakit," balas Mark merasa tak enak dengan perlakuan Jaemin.

"Ya nggak papa kak, kali aja kakak pengen makan yang lain gitu."

"Oke deh, aku mau makan nasi goreng seafood dek."

"Oke kak, aku beliin dulu ya," ujar Jaemin seraya berjalan keluar ruang rawat Mark.

Mark hanya terkekeh pelan memperhatikan sikap Jaemin yang menurutnya begitu lucu. Bisa-bisanya Jaemin berpikir jika Mark jatuh sakit seperti saat ini disebabkan karena telah menolongnya kemarin. Sungguh, pemikiran yang begitu polos.

.

.

.

Saat ini Jaemin tengah berada didalam perpustakaan bersama sahabatnya, Renjun tentu saja. Keduanya sedang sibuk membaca beberapa buku yang memang digunakan sebagai referensi untuk tugas sekolah mereka.

Namun, tiba-tiba saja ada seorang sunbae yang menghampiri Jaemin dan langsung menggebrak meja Jaemin.

Jaemin yang tidak mengerti sontak saja merasa terkejut. "Aduh! Ada apa, kak?".

"Kau! Hoobae yang beberapa hari ini dekat dengan Mark, bukan? Kau ini Jaemin, kan?"

"Iya kak, aku Jaemin. Lalu memangnya kenapa jika aku dekat dengan kak Mark? Apakah ada yang salah?" tanya Jaemin tidak mengerti.

"Apa katamu? Begini ya, kau harus tahu jika Mark itu adalah kekasihku. Jadi kau tidak boleh mendekati dia lagi," terang sunbae yang ber-nametag Kang Mina itu.

"Sejak kapan aku menjadi kekasihmu?" ujar Mark tiba-tiba di belakang Jaemin.

"Mark? Kenapa kau bicara seperti itu?" tanya Mina kesal.

"Dengarkan aku. Jika kau kira selama ini aku bersikap baik padamu itu karena aku menyukaimu, kau jelas salah. Selama ini aku bersikap baik padamu karena aku sudah menganggapmu teman, sama seperti dengan teman-temanku yang lain. Kita juga sudah daridulu bersama, maka dari itu aku selalu bersikap baik padamu." Mark menjelaskan dengan cukup lantang hingga mampu membuat seluruh isi perpustakaan memandang ke arah Mark dan juga Mina.

"Apa katamu? Jadi selama ini kau hanya menganggapku teman?" Mina tampak tak percaya dengan perkataan yang baru saja diucapkan oleh Mark dihadapannya.

"Ne. Aku benar-benar minta maaf, Mina. Perlu kau tahu juga jika sebenarnya aku sudah memiliki seseorang yang special."

"Apa? Siapa yang kau maksud itu, Mark?"

"Ini, Jaemin. Dia adalah namjachingu ku," jawab Mark sambil menarik lengan Jaemin pelan agar semakin dekat dengannya.

Jaemin yang mendengar pernyataan Mark barusan hanya merasa bingung. "Hah? Kak Mark bicara apa sih?"

"Sssttt, sudahlah lebih baik kamu diam saja dulu," bisik Mark pada Jaemin.

"Jadi selama ini kau sudah menjalin hubungan dengan anak ingusan ini?" tanya Mina sarkastik. Membuat Mark tanpa sadar mengepalkan tangannya.

"Terserah kau saja, aku tidak peduli dengan apapun yang kau katakan. Bagiku, Jaemin adalah orang paling special dan sangat berarti. Jadi jangan pernah mengganggunya lagi jika kau masih ingin berteman denganku. Karena aku pun tidak ingin jika pertemanan kita menjadi rusak hanya karena masalah ini."

Setelah Mark mengatakan hal yang Jaemin sendiri juga masih tak mengerti itu, pada akhirnya Mina berlari sambil menangis meninggalkan Jaemin dan juga Mark.

Melihat Mina yang begitu sedih, Jaemin tentu saja merasa bersalah karena sudah ikut menyakiti hati Mina. Tanpa pikir panjang Jaemin ingin segera mengejar Mina untuk menjelaskan semuanya. Namun, sebelum Jaemin sempat berlalu Mark lebih dulu menarik lengan Jaemin dan memintanya untuk tidak mengejar Mina.

Karena begitu penasaran, Jaemin pun memberanikan diri untuk menanyakan hal itu pada Mark, "kak, kenapa sih kakak tadi mengatakan hal seperti itu pada kak Mina? Dan aku sangat yakin seisi perpustakaan pasti mendengarnya."

"Aku hanya tidak ingin jika Mina terlalu berharap padaku."

"Ya tapi tidak harus seperti itu juga kan kak caranya," balas Jaemin lembut.

"Sudahlah, jangan dipikirkan lagi. Uhh sini sini," ucap Mark sambil memeluk dan mengacak-acak rambut Jaemin yang sudah tertata rapi itu dengan seenaknya.

"Ish, kakak kebiasaan deh ngacak-ngacak rambutku. Tuh kan jadi jelek deh rambutku, ayo benerin kak!" sungut Jaemin dengan pipi yang menggembung. Membuat wajahnya tampak berkali-kali lipat lebih menggemaskan.

"Sini deh aku benerin." Tanpa basa basi, Mark meminta Jaemin untuk mendekatinya.

"Eh nggak jadi deh, nanti malah kakak acak-acak lagi. Yaudah kak, aku cari Renjun dulu ya. Daaa kak Mark jelek," pamit Jaemin seraya melambaikan tangannya pada Mark yang membalasnya dengan senyuman tulus.

Saking fokusnya mencari Renjun, Jaemin sampai tidak memperhatikan jalan dan "dukkk!".

Kaki Jaemin terbentur batu di tengah jalan dan seketika itu Jaemin hanya bisa meraung kesakitan, namun tidak ada yang menghiraukan namja manis itu. Sampai kemudian Mark datang dan langsung menghampiri Jaemin.

"Lho, kamu kenapa dek?" tanya Mark sambil ikut merendahkan tubuhnya agar sejajar dengan Jaemin yang terduduk.

"Ya ampun, kenapa bisa sampai berdarah seperti ini sih?" lanjut Mark sambil mencoba untuk membuka sepatu Jaemin.

"Nggak tau kak," cicit Jaemin pelan.

"Makannya kamu itu kalau jalan pakai kaki dong, jangan pakai mata. Jadinya jelalatan kan. Kepentok batu deh," ejek Mark membuat Jaemin semakin kesal.

"Tau ah, kakak ini bukannya segera mengobati kakiku malah meledek aku terus."

"Sini kakak gendong ke UKS," ujar Mark sambil meminta Jaemin untuk naik ke punggungnya.

"Tapi kak-"

TBC

My Fierce Boy [MarkMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang