Bagian-Lima

34 5 1
                                    

Follow ig: @Methapir

***

Hari senin, hari yang paling di benci oleh siswa-siswi SMA Gemilang. Namun, mau tidak mau semuanya harus mengikuti upacar bendera. Jika memang upacara bendera saja tidak masalah. Lah ini, amanat panjang dari pembina upacara yang kerap kali membuat para murid jengkel.

Apalagi, amanat yang panjang itu tidak jauh seputar kebersihan lingkungan sekolah, prestasi yang harus di cetak sebanyak-banyaknya, dan tentang tata tertib sekolah yang harus dituruti. Begitu saja setiap minggu, tidak ada perkembangan. Sekali-kali bahas tentang hal yang menarik minat siswa tidak ada salahnya bukan?

"Anjir, tuh guru gak ada capek-capeknya ya, ngomong mulu?"

Kevan, salah satu siswa pembenci hari senin garis keras, mendengus jengkel. Lima belas menit berlalu tidak membuat Pak Surjono-pembina upacara-lelah ngomong panjang lebar tanpa henti. Terlebih kata yang terakhir sering kali Pak Surjono ucapkan, namun masih saja banyak wejengan yang dia sampaikan.

"Yang terakhir, peraturan di sekolah ini harus kalian turuti. Sebagai bentuk bakhti kalian untuk sekolah ini, yang sudah membuat kalian berilmu, berpengetahuan, dan menjadi calon orang sukses di masa depan. Sekolah hanya minta kalian menuruti perintah yang tidak terlalu sulit. Hanya itu, apa sesusah itu? Saya rasa itu tidak sulit. Maka mulai sekarang, buatlah tekad untuk tidak melanggar peraturan sekolah lagi. Saya harap kalian mengerti dan tidak ada lagi siswa-siswi bermasalah."

Banyak murid yang mencibir di dalam hati. Hanya itu Pak Surjono bilang? Hanya itu apa maksudnya? Tidak boleh bolos, tidak boleh berpakaian urakan, tidak boleh melawan guru, tidak boleh tidak mengerjakan PR, itu kan? Ayolah, semua itu rutinitas anak SMA. Tidak melakukan itu semua, percayalah! Tidak ada masa SMA yang patut untuk di kenang.

"Ehem, dan yang terakhir!" Ujar Pak Surjono tegas. Para murid berharap itu benar-benar yang terakhir untuk terakhir kalinya.

"Bagi kalian yang ikut olimpiade membawa nama sekolah, saya harap kalian bisa menjadi siswa berprestasi yang mengharumkan nama sekolah. Pertahankan prestasi kalian, tingkatkan, jangan sampai kalian lengah. Dan motivasi teman-teman kalian untuk bisa menjadi seperti kalian. Baiklah, terlebih terkurang hanya itu yang bisa saya sampaikan. Terima kasih atas perhatiannya."

Akhirnya. Banyak murid yang menghembuskan napas lega. Kata hanya itu yang di sebutkan oleh Pak Surjono berhasil membuat beberapa murid mengumpat kesal. Bahkan wejengan-wejengan yang di sampaikan oleh Pak Surjono sudah lebih dari kata cukup.

"Gila! Akhirnya selesai juga tuh guru ngomong di depan. Heran gue, tuh mulut nggak di kasih rem, ya?" Heran Kevan masih sibuk berkomentar ria. Bahkan telinga Ferel dan Tama sudah terasa panas karena suara Kevan yang terus muncul setiap Pak Surjono menjeda ceramah panjangnya.

"Komen mulu sih, anjir! Dari tadi gue nahan nafsu buat gibeng elo, tahu nggak?!" Suara Tama terdengar setelah nyanyian lagu nasional telah selesai di nyanyikan.

Baru saja Kevan hendak bersuara, suara debuman terdengar menjadi penyebabnya mata seluruh murid kini terarah pada barisan anak perempuan. Mereka berlomba-lomba menebak apa yang terjadi. Berbeda dengan Kevan yang tampak cuek, namun tidak setelah nama Yana disebut.

"Oh, Syiana anak Ipa-7 itu kan? Yang di kejer-kejer sama si Kevan? Kenapa tuh cewek?"

Untuk beberapa detik Kevan tampak berpikir, mencerna kalimat yang tidak sengaja di dengar olehnya. Namun, detik berikutnya dia berlari menuju sumber keributan. Agaknya Kevan telat, karena yang dia lihat dari kejauhan adalah tubuh Yana yang di gendong oleh seorang  cowok yang tidak Kevan kenali, lalu seorang cewek yang Kevan tebak adalah Risa yang mengekor di belakang.

UnperfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang