Kalau ada typo koment by-!
~~"Sekali lagi ada yang mosting postingan nggak jelas kayak gini, terlebih menyangkut Berlian. Gue nggak akan pernah segan-segan buat bubarin organisasi sampah kalian ini. Ngerti?!"
Semua yang ada di ruangan tim Redaksi hanya menunduk. Tidak berani melawan. Selain backing yang Kevan milik banyak, kepala sekolah ini merupakan kakaknya ayah Kevan. Bisa saja Kevan memang membubarkan organisasi mereka yang baru berjalan lancar dua tahun terakhir. Selain itu, kebanyakan yang memasuki organisasi ini adalah orang-orang cupu yang suka menulis dan membaca. Tidak ada yang berani melawan apalagi menentang di antara mereka. Coba saja yang Kevan marahi saat ini adalah para anggota ekskul baksket. Bisa-bisa Kevan di gebukin satu tim.
Selama ini, Kevan sabar di saat tim Redaksi meliput dirinya dan Yana dalam berita mereka. Kevan masih bisa menahan emosi. Tapi tidak untuk postingan kurang ajar kali ini. Apa maksudnya mereka menuduh Yana malah menyukai Pak Yanto? Mustahil sekali!
"Van, sebenarnya kami disuruh sama seseorang," ujar seorang cewek yang berdiri di pojok ruangan. Cewek berkacamata itu tampak bergetar namun memberanikan berdiri mendekat pada Kevan. Semua mata yang ada di ruangan itu menatap cewek tersebut geram. Apa yang dia lakuin?!
"Maksud lo? Kalian cuma disuruh buat ini semua? Siapa?"
Mumpung sudah di beri tahu, yang lain hanya pasrah dan ikut mengangguk. "Gue bakal kasih tahu asalkan elo nggak bubarin tim ini. Lo pasti tahu kan, berita tentang lo yang paling aneh yang pernah kami liput. Itu semua karena kami cuma disuruh dan di bayar."
"Iya, dan nggak usah banyak bacot! Siapa?!" Ulang Kevan lebih tegas lagi. Mereka semua saling lirik sebelum akhirnya menangguk saling setuju.
"Bianca. Bianca yang nyuruh kami selama ini."
"Sialan, Bianca!" Umpat Kevan kasar. Dia pikir, Bianca adalah gadis riang lugu yang menaruh rasa padanya. Namun nyatanya, ada jiwa picik yang ada pada dirinya. Kevan segera melangkah keluar dari ruangan tim Redaksi dan mencari keberadaan Bianca. Cewek itu harus di beri pelajaran sebelum semakin menjadi.
Langkah Kevan berhenti di depan kelas berplakat 11 IPA 3 itu. Lalu tanpa ragu, cowok itu melangkah memasuki kelas Bianca. Orang-orang yang berada di kelas menangkap kehadiran Kevan dengan heran.
"Mana Bianca?" Tanya Kevan pada salah satu cowok culun yang duduk paling dekat dengan posisinya berdiri. Cowok culun itu menelan salivanya sendiri. "Bi-Bianca ke ruang musik," balasnya gelagapan. Tanpa banyak membuang waktu, Kevan kembali melangkah dengan tujuan ruang musik. Dia membuka pintu yang tertutup itu dengan kasar. Membuat Bianca yang tengah bermain piano menghentikan kegiatannya, kaget akan keberadaan Kevan. Sedangkan Wilona-teman Bianca-yang sedang duduk, mengelus dada karena terkejut saat pintu tiba-tiba terbuka.
"Kevan? Kamu ngapain kesini?" Tanya Bianca lembut seraya tersenyum. Kevan semakin muak dengan sikap Bianca yang terlihat palsu baginya.
"Nggak usah sok lembut! Lo kan, yang nyuruh tim Redaksi buat posting gosip sampah kayak begitu!" Untuk beberapa saat, raut wajah kepanikan tertampik di wajah Bianca. Namun dengan cepat Bianca memperbaiki ekspresi wajahnya.
"Maksud kamu? Aku nggak ngerti." Balas Bianca dengan wajah yang di buat bingung. Dia berjalan mendekati Kevan dan berdiri tiga langkah di hadapan cowok itu.
"Lo nggak usah pura-pura nggak tahu karna gue udah tahu semuanya. Dan satu lagi, nggak usah ngomong pake aku-kamu ke gue. Gue jijik!" Sarkas Kevan menohok hati Bianca.
Bianca mencoba memasang wajah sebagai seorang yang tersakiti disini. Bagaimanpun juga, usahanya selama ini tidak boleh sia-sia! "Oke, oke. Tapi gue benerena nggak ngerti. Maksud lo apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Unperfect
Teen FictionBlurb: Kevan menyukai Yana tanpa alasan. Itulah prinsip yang di pegang teguh oleh Kevan setiap kali Yana bertanya mengapa Kevan selalu saja meganggunya. Namun, gangguan rutin yang berasal dari Kevan tanpa sadar membuat Yana terbiasa. Hari tanpa Kev...