chapter 1

1.9K 185 19
                                    

Sehun memang sudah gila, membiarkan orang asing yang ia temui di pinggir jalan untuk menginjak mansion megahnya, meski hanya seorang bocah kecil. Tapi tetap saja, dia sudah kehilangan akal sehatnya.

Wajah Luhan terlihat takjub saat masuk ke mansion besar itu, bibirnya menganga membuat bulatan kecil lucu. Matanya berbinar, dalam otak kecilnya pasti dia ingin berlarian menulusuri seluruh ruangan dengan kaki kotornya.

"Kau sangat kotor dan kau butuh mandi" Sehun memanggil kepala pelayan di mansion-nya untuk membersihkan bocah yang di bawanya, dan dengan senang hati si kepala pelayan melaksanakan perintah tuannya meski dalam hatinya ia bertanya-tanya tentang bocah yang kini bersamanya.

Si pelayan Do itu membawa Luhan ke kamar mandi, menuntunnya agar ia tak hilang di mansion yang luar biasa luasnya ini.

"Kau bisa mandi sendiri?" Tanya pelayan Do, Luhan memiringkan kepalanya. Sudah lama ia tak mandi.

"Baiklah aku akan memandikan-mu" senyumnya ramah. Pelayan Do memandikan bocah kecil itu dengan susah payah, kotoran yang menempel pada tubuhnya sulit di bersihkan saking lamanya, terutama di bagian rambut. Namun ia terkejut saat semua kotoran itu hilang. Bocah itu memiliki kulit putih yang bersih, rambutnya coklat karamel sedikit kasar karena tak pernah di keramas ataupun di sisir. Dia cantik, hanya saja dia seorang laki-laki.

"Astaga" si pelayan Do menutup mulutnya tak percaya. Luhan sudah berpakaian dengan kaos crew neck warna putih polos dan celana pendek di atas lutut warna hitam. Dia menatap bayangan dirinya sendiri di cermin, ia sama-sama tak menyangka. Apakah yang di depannya itu dirinya atau bukan, yang pasti ia tak percaya. Tangan kecilnya menyentuh cermin dengan pelan, memastikan bahwa tidak ada orang di sana. Matanya membola saat ia menyentuh permukaan cermin. Pelayan Do yang melihat tingkahnya itu menahan tawa gemas.

"Itu dirimu" katanya meyakinkan.

"Lulu?" Matanya melirik ke arah pelayan Do dengan wajahnya yang masih terlihat tidak percaya. Pelayan Do mengangguk mantap, tersenyum ke arahnya. Luhan ikut tersenyum dan kembali menatap cermin, ia terus memandangi wajahnya.

"Lulu cantik" ucapnya pada diri sendiri lalu terkekeh. Hingga kegiatan menatap dirinya sendiri terhenti ketika pelayan lain datang untuk memberi tahu bahwa tuannya memanggil Luhan ke kamar pribadinya.
.

.

.

Tok tok tok

"Masuklah" Sehun masih fokus ke dokumen-dokumen penting di tangannya. Meski sudah larut malam tapi pekerjaannya belum selesai. Ia yakin tidak akan tidur malam ini.

"Saya permisi untuk pergi tuan" pamit pelayan Do. Sekarang hanya ada Luhan dan Sehun di kamar luas itu. Sehun mengangkat wajahnya untuk melihat wajah bocah yang ia bawa, sama dengan reaksi orang-orang sebelumnya. Ia terkejut, namun ia dapat menutupinya dengan wajah datar andalannya. Siapapun pasti akan terkejut melihat perubahan drastis pada bocah yang kini menunduk takut karena di perhatikan oleh mata tajam Sehun.

"Kau makan dulu" perintahnya lalu menunjuk makanan di meja dengan dagu runcingnya. Luhan mengangguk manis dan makan dengan lahap, entah kapan terakhir kali ia makan. Tapi makanan yang ia makan sekarang adalah makanan terenak yang pernah ada. Itu menurut pemikirannya.

Luhan telah selesai dengan makanannya, ia ingin bilang itu kepada Sehun namun ia ragu harus memanggil apa padanya. Ia bergerak resah, sesekali melirik Sehun yang fokus pada layar komputer dan kertas-kertas berharganya.

"Mmm tuan?" Luhan bercicit pelan, Sehun yang merasa dirinya di panggil melirik padanya dengan raut heran.

"Panggilan macam apa itu?" Ia berbicara dengan nada sarkastik.

"Ahjussi? Appa? Daddy?" Tanyanya berturut-turut.

"Apapun selain kata tuan"

"Daddy!" Luhan berteriak dengan semangat, Sehun memandangnya tanpa ekspresi membuat Luhan beranggapan bahwa ia tak menyukai panggilan yang ia buat. Ia menunduk takut.

"Tidak terlalu buruk" jawabannya membuat suasana hatinya menjadi baik. Ia tertawa dan Sehun tersenyum tipis melihatnya.

Sehun memanggil salah seorang pelayan ketika melihat piring-piring berisi makanan itu telah kosong. Bocah itu rakus juga, pikirnya.

Pekerjaannya akhirnya selesai. Pukul 1 malam lebih, untung saja besok ia tak memiliki jadwal yang penting, jadi ia bisa tidur sepuasnya sekarang. Saat hendak pergi ke ranjang untuk tidur, matanya menangkap Luhan yang terkantuk-kantuk di sofa memeluk lututnya sendiri seperti saat ia melihatnya pertama kali. Ia tersenyum melihatnya, bocah laki-laki yang ia ketahui jenis kelaminnya dari Pelayan Do ini begitu lucu. Ia seperti anak perempuan dengan rambut sebahunya. Sehun memiliki rencana untuk merapikan rambutnya besok. Sekarang ia lelah dan ingin tidur. Ia menggendong Luhan untuk ia tidurkan di ranjang besarnya lalu ia ikut tidur di sampingnya setelah mematikan lampu kamarnya.

"Selamat malam"

TBC

TBC

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vomment!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vomment!






𝙳𝚊𝚍𝚍𝚢 𝙷𝚞𝚗 •|𝙷𝚞𝚗𝙷𝚊𝚗|•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang