Seperti rencananya, hari ini Sehun akan merapikan potongan rambut Luhan. Karena terlalu malas untuk pergi ke barbershop ia memilih untuk merapikannya sendiri, yah jangan remehkan kemampuannya.
Ia melingkarkan kain pada tubuh Luhan. Ia hadapkan Luhan di depan cermin di kamar mandinya. Ia mulai menyisir rambut anak itu, dia benar-benar terlihat seperti anak perempuan dengan rambut sepanjang ini.
"Menunduk" lantas Luhan menurutinya dan Sehun mulai memotong rambut anak laki-laki itu sampai sebatas leher. Sehun kembali menyuruh Luhan untuk mendongak, ia rapikan rambut bagian depan, memotong poni panjangnya menjadi sebatas alis. Bagian samping juga di potong hingga telinga kecil bocah itu sekarang terlihat.
Sehun menatap bangga pada hasil pekerjaannya. Melihat bayangan bocah kecil yang sedang memejamkan matanya ini di cermin.
"Buka matamu" lagi-lagi Sehun memerintah dan gemas saat melihat reaksi si kecil Luhan yang matanya membola kaget saat melihat bayangannya sendiri.
"Terlihat lebih baik kan?" Tanya Sehun dan Luhan mengangguk masih terpana dengan pantulan bayangannya sendiri.
Toktoktok, suara ketukan membuat keduanya menoleh ke arah sumber suara—pintu
"Masuk lah" Sehun menjawab. Seorang wanita dengan pakaian khas maid menampakkan tubuhnya lalu membungkuk hormat.
"Tuan, nyonya sedang menunggu di bawah" Sehun mengerutkan dahinya.
"Ya aku akan ke sana" Katanya setelah tahu siapa nyonya yang di maksud. Wanita itu pun undur diri lalu pergi. Kembali meninggalkan mereka berdua dalam keheningan. Sehun kembali memandang Luhan, ia melepaskan kain yang melingkar di tubuh Luhan lalu menarik tangannya untuk pergi.
.
.
.
Luhan kikuk sekarang, keadaan terasa begitu mencekam untuknya. Ia di pandangi terus oleh seorang wanita yang duduk di hadapannya. Luhan tentu saja menunduk takut, mencengkeram tangan Sehun yang berada di sebelahnya, hingga usapan kecil pada pucuk kepalanya membuatnya tenang.
"Sungguh Sehun, apa kau menghamili seorang wanita dan anak ini adalah hasilnya?" Sehun hampir menjatuhkan rahang sexynya. Sungguh pertanyaan yang begitu bodoh untuk pendengarannya.
"Tidak" Sehun berhasil membuat dirinya terlihat tenang, yah dia itu sudah ahli soal menyembunyikan ekspresi. Wanita di hadapannya mendecih, kembali memandang Luhan dengan tatapan tajamnya.
"Ibu berhenti memandangnya" Sehun menghela napasnya, menatap malas kepada wanita itu.
"Jelaskan kepada ibu tentang dia" wanita yang menyebut dirinya sebagai ibu itu memangku dadanya. Bersandar di sofa menunggu jawaban.
"Aku menemukannya"
"Hahhh ibu harus memasukkanmu ke rumah sakit jiwa" dia memijat pelipisnya lalu kembali berbicara "Kau benar-benar Sehun kan?" Sehun menaikkan sebelah alisnya, memandang wanita itu sambil ikut memangku dada.
"Seperti yang terlihat" jawabnya.
"Kau sudah tidak waras! Sejak kapan kau memiliki simpati. Saat ayahmu sekarat saja kau tidak peduli" Sehun masih memandang wanita itu.
"Bagaimana jika calon istrimu berpikir hal yang tidak-tidak soal ini?" Wanita itu menegakkan tubuhnya.
"Aku tidak pernah bilang setuju untuk menikah"
"Astaga! Sebenarnya anak siapa kau ini?" Ia kembali memijat pelipisnya. Lelah dengan tingkah putra tunggalnya.
" Hey siapa namamu?" Wanita itu bertanya kepada Luhan dengan nada suara yang tinggi, semakin membuat bocah itu mengeratkan cengkeramannya lalu menjawab dengan tergagap "L-Luhan".
"Dari mana kau menemukan gadis ini?" Ia mengalihkan pandangannya kepada Sehun.
"Dia laki-laki. Ibu tidak perlu tahu aku menemukannya dimana" jawabannya membuat wanita itu semakin geram saja.
"Lalu apa motifmu membawanya kesini hmm?" Sehun terdiam, memilih menatap lantai seolah lantai itu dapat memberinya jawaban.
"Apa urusan ibu?" Sehun menatap wanita paruh baya itu.
"Sudah lah kepala ibu semakin lama semakin sakit saja berdebat denganmu. Ibu akan pulang" wanita itu mengambil tas kecilnya lalu pergi. Ia terlalu muak berlama-lama di sini.
Keadaan menjadi hening setelah wanita itu pergi. Luhan juga sudah tidak mencengkeram tangan Sehun, ia memandangi Sehun meminta penjelasan. Namun Sehun mengabaikannya dan memilih untuk mengajaknya makan.
Luhan masih saja makan dengan lahap. Biasanya ia hanya makan sehari sekali, itupun kalau memang ada yang memberinya makan. Ya kalau tidak ada, maka ia hanya bisa berpasrah tidur dengan perut yang kosong.
Sehun memandangnya, memikirkan apa motif yang membuat ia membawa Luhan kemari seperti apa yang ibunya tanyakan tadi. Brengsek ia juga tak tahu! Entahlah ia malah menjadi marah, moodnya menurun. Ia lepas kendali, menarik tangan Luhan yang tadinya asik menyendok makanan untuk berdiri. Luhan kaget, berusaha melepaskan pergelangan tangannya dari Sehun yang kini menatapnya tajam.
Dia menangis sambil mencicit-cicit pelan minta di lepaskan, tangannya pasti merah. Sehun masih enggan mengalah. Dia menajamkan tatapannya lalu berdesis kesal.
"Apa yang telah kau lakukan padaku?" Ibunya benar, dia sudah tidak waras. Dan pastinya itu tidak akan terjadi begitu saja, dan itu juga yang menjadi alasan atas kekesalan seorang Oh Sehun sekarang.
"T-tidak tahu" Luhan masih menangis, dia sudah tidak memberontak. Sadar bahwa tangannya malah akan semakin bertambah parah.
Akhirnya Sehun kembali melunak, melepaskan cengkeraman tangannya yang membuat tangan kecil bocah itu memerah dan terlihat menyakitkan. Lantas ia meminta maaf dan membawa bocah itu kedalam rengkuhannya.
"Sorry"
TBC
©Babydeer_
![](https://img.wattpad.com/cover/205970515-288-k187793.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙳𝚊𝚍𝚍𝚢 𝙷𝚞𝚗 •|𝙷𝚞𝚗𝙷𝚊𝚗|•
RomanceAnother version of Baby Lu "Aku akan memberi tahu mama-mu untuk menjemputmu di rumahku. Kau mau ikut denganku kan?" dia mengangguk dan Sehun tersenyum menang. "Siapa namamu?" "Eung Luhan" Hunhan story, by @babydeer_