5. Salah Sejak Awal

1K 173 27
                                    

"Baru pulang Mas?"

Charis mencelos ke arah Anna. Kemudian dia pergi begitu saja. Tanpa memdulikAnnaya. Dia benci ada di rumah ini. Benci dengan segala yang terjadi di dalamnya. Terserah. Dalam hatinya. Toh dia akan segera menceraikan Anna. Seperti apa yang dia inginkan.

Anna berjalan di belakang Charis, kemudian, "Mas, tadi Reza bilang kalau Family Gathering, bakal ke Jogja. Mas ikut kan?"

Perempuan itu ragu. Ragu menawarkan ini semua. Tapi dia tidak punya pilihan. Dia harus melakukAnnaya. Demi anaknya. Demi cinta satu-satunya di dunia.

"Jangan seolah-olah kamu nggak punya andil atas kekacauan ini Anna. Jangan pura-pura buta kalau kita semua ada dalam kerusakan. Kamh harus tahu, satupun nggak ada yang bisa dipertahankan dalam rumah ini." Ujar Charis. Sarkastik. Jelas. Dan mutlak.

Selama pernikahAnnaya, tidak ada kalimat benar-benwr bahagia di dalam hidupnya. Yang ada dia tersiksa atas keputusan tunggal orang tuanya. Dia harus menikahi wanita hamil. Yang berani membayar kesuksesan perusahaan rintisan sang Ayah.

Charis benci pada dirinya sendiri. Selama ini dia tidak pernah bisa hidup tenang. Senang. Ataupun bahagia. Dia tidak pernah sekalipun merasa menjadi sosok yang benar-benar sebagai kepala keluarga selama menikah. Terlalu banyak yang memengaruhinya. MemberikAnnaya tekanan. Dengan menggunakan kalimat, kepentingan.

Lalu, beberapa bulan lalu perusahaan mengalami kemerosotan tajam. Isu mengenai pemilik saham utama, dalam hal ini adalah Anna, merebak. Bukan Charis tentu saja. Mengenai hubungan gelapnya dengan staf kelas bawah perusahaAnnaya. Mengenai anak mereka yang tinggal satu atap dengAnnaya.

Isu sosial selalu menjadi headline dimanapun. Lalu satu per satu investot merasa canggung untuk melanjutkan kontrak dengan mereka. Charia berdiri menari dalam situasi tersebut. Hingga akhirnya, Ayahnya diakuisisi perusahaan lain.

Lalu mereka mulai tidak peduli dengan hubungan bisnis antara Charis dan Anna.

"Itulah kenapa kamu seharusnya nggak membeliku dengan uang Anna. Karena aku, akan pergi ketika kamu tidak punya uang." Begitu kata Charis suatu hari.

Selama pernikahan itu, tidak sekalipun Charia menyentuh Anna. Meskipun Anna terus berusaha agar Charis mau menidurinya. Tidak sekalipun bahkan ciuman. Malam pertama mereka diwarnai drama yang dimulai Anna yang mabuk kha wanita hamil. Di sanalah titik dimana Charis menyadari. Jika Anna tidak akan pernah dia jamah sebagai istri.

Kehadiran Reza tidak mengubah apapun. Meskipun kerendahan hati Charis begitu terlihat dan tercurahkan kepada anak itu. Tapi tidak akan mengubah apapun.

Bagi Charis setiap anak adalah anugerah. Siapapun dan melalui apapun dia diberikan. Tidak masalah. Charis akan tetap menjaganya. Hanya saja dia selalu berushaa untuk tidak berurusan dengan Anna. Mereka memang tinggal serumah. Tapi tidak pernah bersama.

"Tapi Mas, tahun ini kan tahun terakhir Reza di Playground. Jadi, kayaknya bakal spesial. Mas bisa datang kan?"

Charis mengusak rambutnya kasar. "Kamu urus sendiri. Aku ada kerjaan baru. Nggak bisa kalau nurutin kemauan kamu terus."

Lelaki itu tidak membiarkan Anna masuk ke dalam kamarnya. Sampai sana saja mereka berkomunikasi. Selalu akan meninggalkan Anna dengan ketidaktahuAnnaya. Tapi tidak lama, Charis keluar, kepalanya menatap Anna dengan seksama.

"Oke. Aku pergi. Tapi ingat, aku nggak akan pernah mau satu kamar sama kamu. Nggak satu pesawat. Ngga juga satu acara. Kalaupun memang terpaksa kita satu acara. Jangan pernah sekalipun melakukan skinship sama aku." Dan hilang begitu saja.

Anna menyentuh dadanya. Sampai kapan. Dia tidak mungkin hidup dalam kesengsaraan seperti ini. Hidup dengan orang yang tidak menghendaki kehadirAnnaya. "Charis, mau sampai kapan kamu salahin aku terus dengan situasi sekarang?"

.

Charis kembali mengeluarkan benda pipih yang ada di dalam genggamAnnaya. Dia belum selesai membaca semua draf pesan dari email yang dimiliki Wanda. Tapi, kini dia beralih kepada akun Instagram yang selama ini dikelola Wanda.

Dulu, akun ini berfungsi dengan baik. Wanda mengungunggah semua kegiatAnnaya di dalam media sosial. Dia juga tidak mengunci semuanya. Tapi, semenjak dia menikah, akun ini menghilang. Dia tahu, mungkin Wanda tidak menghapusya. Wanda hanya memblokir akun Instagram yang dia miliki. Membuat aksesnya mencari tahu kegiatan menghilang.

Kemudian suatu hari dia membuat akun tiruan. Yang dia temukan, akun Wanda yang terkunci. Dia memfollownya, namun tidak kunjung diterima. Hingga saat ini.

Melalui akun media sosialnya, Charis tahu ada yang berbeda dari gadis itu. Dia cenderung lebih tertutup dengan kegiatAnnaya. Menahan diri untuk tidak membiarkan orang lain tahu apa yang dia rasakan.

Charis mengenal Wanda begitu baik. Dia tahu jika gadis itu sangat sederhana. Tidak punya musuh. Tidak pernah memedulikan apa kata orang. Lalu dia selalu jujur dengan pendapatnya.

Tapi. Saat ini. Gadis itu seperti menahan sesuatu. Luka yang begitu besar seperti menghalanginya untuk bisa mengemukakan apa yang ingin dia sampaikan. Bahkan sampai media sosial yang tidak satupun terlihat adanya perubahan semenjak lima tahun lalu.

Foto terakhir yang Wanda unggah adalah sebuah gambar awan yang dia dapatkan dari daerah Madiun. Captionnya sederhana.

Kamu. Yang cantik dan indah. Yang sulit aku gapai. Yang selalu ada di atas kepalaku. Yang mungkin akan terbang jauh.

Charis berpikir. Apakah yang dimaksud Wanda adalah dirinya? Yan sulit gadis itu gapai. Jika memang ya, dia akan merasa sangat bersalah.

Kemudian, Charis juga melihat arsip yang pernah direkam dan diunggah dalam instastorynya Wanda di sela-sela kesehariAnnaya. Beberapa hanya tautan ke arah Spotify. Namun yang paling menarik adalah, sebuah video hitam yang berlatar lagu yang dulu juga pernah mereka nyanyikan di saat masa ospek.

Breath. Dari SM The Ballad

Biarkan aku mendengar paling tidak suara napasmu.

"Wanda, aku juga kangen kamu.." kata Charis lirih. Air matanya jatuh. Mulai menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang terjadi.

Seandainya saja dia punya kekuatan dulu untuk menolak pernikahan bisnis itu. Seandainya dia tahu bahwa Anna sudah mengandung pada saat dinikahkan dengAnnaya. Kalau saja dia tidak dimanfaatkan dalam keadaan genting sang Ayah. Mungkin dia akan tetap berada bersama Wanda saat ini.

Dia meremas ponsel Wanda. meletakkAnnaya ke dalam dadanya. Kemudian dia menangis. Tersedu-sedu. Terisak. Membuat kegaduhan yang lirih. Anna yang mendengarnya ikut terisak. Menyadari, mungkin ini juga salahnya. Salahnya yang memaksakan kehendaknya.

"Charis maafin aku," kata dia lalu menutup wajahnya dengan telapak tangAnnaya.

.

"Pi, ikut kan ke family gathering aku?" meja makan malam itu, terasa lebih sunyi dibandingkan biasanya. Satu-satunya suara yang ada adalah ocehan Reza mengenai teman-temAnnaya di sekolah. Menyadari bahwa tidak ada satupun yang menjawab semua kisahnya akhirnya dia bertanya.

"Papi nggak bisa janji. Kan Papi kerja di dua tempat sekarang," kata Charis.

"Tapi, kata Mami, Papi ikut."

Charis menatap Wanda sejenak. Sinis. Kemudian kembali menatap Reza, "Mami salah dengar. Papi kan sekarang sibuk banget. Jadi belum bisa janji. Tapi Papi usahakan sekali," kata Charis.

Reza mengerukutkan bibirnya. Kesal dengan janji palsu sang Ayah. Tapi, di ruang makan tersebut adalah, kekesalan Charis pada Anna. Entah kenapa dia tidak pernah menyukai apa yang dilakukan Anna. Entah itu menjadi mediator antara dirinya dan Reza atau apapun itu. Dia tidak pernah menyukainya.

"Lain kali, kalau kamu mau bilang sama Reza, tanya aku dulu. Kalau aku nggak bisa karena ada masalah lain, nggak mungkin aku maksa ikut."

Anna mengangguk lalu menunduk dalam. Memang sejak awal salahnya.

XXX

Udah ya double Up kebetulan aja ada luang di jalan setelah dinas luar selama semingguan.

jadi rencananya dalam cerita ini, aku mau sampaikan situasi hubungan yang... terpaksa harus berpisah. Yang memang nggak pernah tepat sama waktu. Huhuhu Aku nulisnya baper banget. Gimana ya masih sayang terus ditinggal nikah. Padahal tahu, sama-sama sayang.

oh ya, selamat weekend teman-teman.

Still You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang