"Aku ketemu Wanda."
Siapa yang tidak tahu Wanda? Anna tahu sepak terjang suaminya. Siapa yang laki-laki itu mimpikan setiap malamnya. Siapa yang dirindukan Charis. Anna tahu. Dan pagi ini, ketika nama gadis itu disebut, Anna tahu ke mana arah pembicaraan Charis.
Jadi, Anna yang sedang mengunyah sarapannya, berhenti sebentar. Menerawang ke tumpukan nasi di hadapannya. Hilang sudah nafsu makannya pagi ini. Dia meletakkan sendok dan garpunya pelan-pelan. Kemudian menatap Charis yang tidak melihatnya. Memilih melanjutkan kegiatannya untuk membaca berita pagi ini.
"Aku sekantor sama dia sekarang. Jadi, jangan pernah hubungi aku pada jam kerja."
Meskipun pelan, Anna tahu jika kalimat yang disampaikan oleh Charis padanya merupakan serangkaian kalimat yang harus dia ingat. Jika dulu, ketika Charis masih berkerja seutuhnya di kantor milik keluarganya. Kini, dia tidak. Anna tidak lagi punya kuasa untuk menghubungi Charis kapanpun. Semaunya.
"Dan, jangan memanfaatkan nama Reza untuk hubungi aku."
Tanpa mendengar penjelasan Anna, Charis sudah bangkit. Kemudian mengenakan jasnya yang disampirkan di penyangga kursi makan. "Reza, ayo dong cepat, bukunya diberesin yang rapi, Papi udah selesai ini," katanya setengah berteriak.
Anna yang terpaksa menyelesaikan sarapannya begitu saja, akhirnya berdiri dan pergi ke kamar Reza yang sebelumnya pamit untuk merapikan bukunya. Membantu anak laki-lakinya agar segera siap. Dia tahu, Charis sedang tidak dalam keadaan baik. Karena itu, atas inisiatifnya, dia harus segera menyelesaikan persiapan Reza.
"Adek, kok lama sih. Itu Papi udah nunggu. Ayo cepat siap-siapnya." Kata Anna yang segera masuk ke dalam kamar Reza.
Dilihatnya anak lelaki itu ternyata tidak melakukan apapun. Menatap kosong ke arah buku yang berserakan di hadapannya. Kemudian menatap Anna yang merasa khawatir. "Reza kenapa ? kok duduk di sini?"
Reza bangkit lalu langsung memeluk tubuh ibunya. Kemudian menengadah, "Mi, hari ini aku nggak sekolah ya? Buku aku nggak tahu kemana. Ilang. Padahal ada PR."
Anna merasa bebannya hilang begitu saja saat mendengarkan apa yang dikatakan Reza. Kemudian dia mengusap rambut Reza, "Kenapa baru bilang? Kamu kan anak laki-laki Mami, jadi, nggak boleh nggak masuk cuma karena bukunya hilang. Ayo, semangat, nanti tinggal bilang ke bu gurunya, kalau bukunya hilang," kata Anna bijak.
Tapi Reza enggan untuk melepaskan rangkulan yang diaberikan kepada ibunya. Membuat Rosa terpaksa melepaskannya sepihak. Kemudian dia menatap Reza begitu dalam. "Yaudah gapapa. Sekarang ayo siap-siap lagi, Mami bilang ke Papi, kalau kamu, Mami yang antar," kata dia.
Anna berjalan mendekati Charis yang disibukkan dengan ponselnya. "Reza masih ada yang harus dikerjain kamu duluan aja. Biar nanti aku yang antar Reza," kata Anna pelan.
Charis menautkan kedua alisnya. Matanya belum lepas dari layar ponsel Wanda yang masih dia pegang. Kemudian terlaih begitu saja ke arah Charis. "Kamu punya instagram?" Tanya Charis.
Anna mengerjapkan mata. Dia agak kaget karena ini pertama kalinya Charis bertanya sesuatu yang pribadi tentangnya. Tapi dia tidak bisa begitu saja diam. Karena kini Charis sedang menunggu jawabannya.
Belum Anna membuka mulut, kemudian, "Nggak penting. Yang penting, sekalipun jangan pernah curhat di media sosial. Aku udah bilang sama kamu. Kalau aku ketemu Wanda. Aku akan mulai sesuatu yang pernah kamu patahkan. Jadi, jangan macam-macam."
Anna tahu. Nama Wanda akan semakin sering disebut dalam rumah ini. Dia tahu seperti apa posisinya. Namun yang jelas, dia tidak mau berhenti. Kebahagiaan Reza adalah keutuhan rumah ini. Keluarga ini. Jadi, dia hanya akan bersabar. Dengan penuh keyakinan. Jika nanti, suatu saat, mereka akan hidup dalam kedamaian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Still You ✔
Genç KurguSetelah lima tahun, Wanda bertemu lagi dengan mantan kekasihnya, Charis Yusrizal. Setelah lima tahun, Charis menyadari bahwa perempuan yang dia butuhkan adalah Wanda. Sejak awal bertemu, Dio sudah mengerahkan semua kemampuannya untuk menarik perhati...