9. Malam Terpanjang

1K 145 22
                                    

"So... sorry, nggak sengaja."

Dio menatap Jessi dan Charis bersamaan. Kemudian mengendikkan bahunya. Lalu tersenyum. "Oke," katanya. Lalu kembali mengulum senyum karena ingatannya diajak kembali ke situasi dimana dirinya ada di dalam kamar Kosan Wanda.

Jessi juga.

Mereka tidak menyadari garis wajah Charis yang mengeras saat dirinya ikut mendengarkan apa yang dikatakan oleh Dio soal hubungannya dengan Wanda. Mereka tidak menyadari bahwa di dalam kabar bahagia, Charis sedang menyusun rencana untuk menyadarkan Wanda bahwa dialah lelaki yang tepat.

"Ya nggak gimana-gimana. Gue cuma bilang aja, kalau ya gue tahu sih dia susah buat lupain masa lalunya. Tapi, Jess, ini udah lama banget. Gue bilang sama dia, kalau udah saatnya untuk move up. Udah saatnya dia buka lembaran baru," kata Dio.

Charis masih mematung. mendengarkan apa yang terjadi. Antara Dio dan Wanda. Perempuan yang membawanya juga ada di sini. Meskipun cerita itu melukai hatinya. Mengirus sedikit demi sediki jantungnya.

"Terus, Wanda bilang apa?" Jessi masih penasaran. Karena dirinya merupakan OTP (One Tru Pairing) kedua rekan kerjanya itu. Jadi dia merasa sangat antusias saat tahu Wanda akhirnya menerima niat baik Dio. 

Dio tersenyum, "I kissed her lah Jess. Kaya ya ampun she is too cute pas gue bilang, ayo mulai bareng-bareng. Lo bayangin nggak sih, with a plumpy cheeks, she stare at me. Just to fix something that I never joking by.

Jessi terkekeh. Mengenal Wanda dia jadi bisa membayangkan bagaimana Wajahnya yang menatap bingung ke arah Dio. Dan Jessi sepakat jika hal tersebut sangat menggemaskan. Wanda begitu menggemaskan. Dan Jessi menyadari hal tersebut.

"She deserve you Yo. Ahhh i just cant imagine. Finally. Weeew finally. You got her," terang Jessi dengan wajah menerawang.

Dio menggambarkan jelas kebahagiaan itu. Penantiannya akhirnya berujung. Pada sebuah gerbang kebersamaan dengan Wanda. Dio rasanya tidak ingin mengakhir kebahagiaan ini kapanpun. Wanda di sampingnya adalah sesuatu yang dia impikan sejak bertemu dengannya.

"Eh Charis sorry, sorry. Keseriusan dengerin Dio curhatin Wanda. Hehehe. Jadi, ada yang ditanya nggak soal materi yang tadi gue sampaikan? Gampangkan? Lo bisa lah ya ngerjain ini," Jessi berusaha melepas fokus Dio dan Wanda. Kembali ke bahasan yang dia bicarakan dengan Charis sebelum Dio datang.

Charis tersenyun canggung. "Iya nggak apa-apa. Tapi  kayaknya seru banget ya ngomongin Wanda," Charis berusaha menekan nada menggebu dari apa yang dia katakan. Sebab, dia sangat panas sekarang. Sebagian besar hatinya tidak membiarkan Dio mendapatkan Wanda.

"Yaiyalah, Ris. Penantian lima tahun. Gimana gue nggak ikutan senang," suara Jessi melengking. Membuat Dio menarik tangannya, menyadarkannya. Bahwa ini sudah keterlaluan. "Sorry-sorry. Abis gue nggak tahu nih gimana caranya menahan kebahagiaan ini," Jessi tertawa mendengar kalimatnya sendiri yang terdengar sangat, cringe.

"Wanda ngapain aja lima tahun baru nerima lo Yo?" Charis penasaran.

Dio lagi-lagi tersenyum. "Belum move on kayaknya. Ya terjebak nostalgia gitu."

"Terus, lo sekarang tiba-tiba diterima? Apa nggak takut jadi pelarian?" Charis tidak tahu kenapa bibirnya memgucapkan kalimat itu. Tapi yang jelas, dia ingin mengakhiri hubungan antara Wanda dan Dio saat itu juga.

Tapi Dio dengan santainya, mengendikkan bahu. Kemudian, "ketika lo udah jatuh cinta sedalam itu. Menunggu selama itu. Dibohongi pun nggak masalah. Karena gue yakin, Wanda bakal berjuang untuk hal yang menurutnya baik."

"Seyakin itu?" Sela Charis lagi.

"Yakin dong. Mungkin lo emang nggak yakin kalau cuma dengerin apa yang gue bilang. Karena lo nggak terlalu kenal Wanda. Kalau lo udah kenal, pasti lo juga seyakin gue."

Dio salah. Charis tahu Wanda seperti apa. Karena itu dia berupaya. Berupaya untuk membuat Dio menyerah. Karena jika Wanda yang dia bujuk, masalahnya akan semakin sulit diselesaikan. Masalah yang dia hadirkan kepada hidup kedua insan itu.

"Gue jadi penasaran kaya gimana Wanda di kantor." Pada akhirnya, itulah yang dikatakan Charis. Karena dia merasa tidak yakin harus mengatakan kalimat lain. Jika dia tidak ingin penyamarannya terbongkar begitu saja.

Dio menganggu mendengarkan kalimat itu, kemudian, "i think you will be fall for her. She is really gergous."

Dio benar. Charis akan begitu jatuh pada pesona Wanda.

.

Charis berdiri resah di depan pintu sambil menunggu Wanda. Dia merasa kontrol terhadap dirinya sendiri. Setelah mengetahui jika Dio akhirnya menjalin hubungan dengan Wanda. Charis segera mengunjungi kosan Wanda yang tidak jauh dari kantornya.

Karena dirinya tidak tahu dimana kamar Wanda, Charis meminta satpam untuk meminta Wanda turun ke ruang tamu. Sekitar sepuluh menit, akhirnya dia melihat Wanda dengan rambut yang diikat asal, dan leher yang jenjang turun dari tangga. Setelan tidur yang dia gunaka terlihat terbuka. Charis geram.

"Ini neng Wanda yang cari, bapak ke depan dulu ya," kata sang satpam. Lalu pergu meninggalkan Wanda yang menatap sinis. Dia segera mengambil langkah pertamanya untuk pergi dari sana. Kembali ke kamarnya. Dan menyembunyikan diri.

Tapi sayang, Charis segera menyusul. Dia menarik tangan Wanda. Lalu ditepis begitu saja. "Aku nggak kenal sama kamu. Jadi, ngapain kamu di sini."

Kalimat-kalimat yang Dio katakan di kantor tadi terngian begitu saja. Lalu dia merasa marah. Marah dengan apa yang dilakukan mereka berdua. Meskipun rasanya dia tidak punya hak atas apapun. Terutama untuk hidup Wanda.

Saat sadar, Charis tahu Wanda sudah pergi ke lantai di mana kamarnya berada. Charis kembali mengejarnya. Saat dia melihat bayangan Wanda di ujung lorong  dia segera mengejar Wanda. Ditahannya pintu itu agar tidak tertutup.

"Jangan bikin keributa Charis. Pergi sekarang. Aku nggak mau ketemu kamu!" Wanda terus berupaya, sekuat tenaga untuk menutup pintu yang ditahan dengan tangan Charis. 

"Aku perlu bicara sama kamu."

"Aku nggak mau."

Mengetahui penolakan itu, kembali terlintas bayangan Dio yang mencium Wanda. Bagaimana bisa lelaki lain mencium Wanda sementara kehadirian dirinya ditolak mentah-mentah olehnya. Charis tidak terima.

Jadi yang dia lakukan, mendorong Wanda. Masuk ke dalam kamarnya. Menutup pintu kamar kosan perempuan itu. Kemudian, mencengkram kedua lengan Wanda yang bersiap mendorong Charis. 

"Oke. Kamu boleh nggak mau ketemu aku. Tapi kamu harus tahu satu hal. Ketika aku, mau kamu. Maka kamu harus siap tahu satu hal."

Wanda menggeleng, matanya mendelik. "Aku nggak mau jadi boneka kamu. Pergi dari sini. Atau aku bakal teriak!"

"No. You cant. Kamu pikir aku nggak tahu kosan kamu ini kosan apa Hah ?!"

Wanda berjengit. "Maksud kamu apa?"

Charis menyeringai. "Aku mau kasih tahu kamu. Kalau nggak ada satupun laki-laki yang bisa ngalahin aku buat kamu. Mau kita mulai sekarang?"

Lalu yang Wanda rasakan malam itu, setelah kedatangan Charis. Luka yang dibuat lelaki itu semakin besar. Mengalahkan luka-luka lainnya. Mengalahkan nyeri di sekujur tubuhnya. Mengalahkan kekuatan yang dia kumpulkan bertahun-tahun untuk melupakan lelaki itu.

Di tengah temaram lampun dan isakan Wanda. Charis berbisik. "Aku lakuin ini demi kita. Maafin aku Wanda."

Lalu satu erangan panjang mengakhiri malam panjang itu. Malam yang akan mengubah hidup Wanda. Malam yang akan selalu menjadi malam yang mengingatkannya pada luka dan ketidak berdayaan. Malam yang merenggut semua kebahagian yang dia perjuangkan.

Tapi bagi Charis. Malam itu akan menjadi malam yang menariknya bersama Wanda. Kepemilikannya malam ini adalah mutlak. Jika Tuhan berkehendak, makan akan ada nafas lain yang berhembus dalam tubuh Wanda. Dan saat itu, dia akan hidup bersama Wanda dengan bahagia.

Bahagia yang semu.

Xxx

Gatau ih aku kenapa nulis ini. Huhuhuhu. Aduh maapin aku. Tapi kebutuhan cerita. Tapi.. yha tapi gatau ih aku bingung. Huhuhu gimana dong.

Maap yaaaa kalau ceritanya jadi terkontaminasi. Huhuhuuu.

Still You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang