#26

1.6K 170 91
                                    

~☆~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~☆~

Happy Reading!

~☆~


   
   
   

➖🐱🐥🐱🐥🐱🐥🐱🐥🐱🐥🐱🐥🐱🐥🐱🐥🐱🐥🐱🐥🐱🐥➖
   
    
    
   
   
Hanya tak sengaja lewat, dan ia berakhir berdiri mengintip ruang kegiatan musik. Alunan melodi indah yang tercipta dari gerak lihai jemari seorang bocah enam belas tahun di papan tuts piano membuatnya enggan beranjak dari pintu masuk ruang musik. Ini bukan yang pertama kalinya. Beberapa kali sebelumnya juga ia tiba-tiba memakukan kaki disana sampai bocah Hwang bersurai kelam itu selesai dengan permainan pianonya.

Yerin memiliki teman-teman yang lihai bermain beberapa peralatan musik. Ambil contoh, Joy. Semasa sekolah menengah atas dulu, diantara murid-murid lainnya yang pandai bermain piano, hanya Joy yang ia kagumi skillnya. Selebihnya tak ada.

Oh.. untuk sekarang ini, Hwang Sinb. Calon suaminya itu. Permainan piano Sinb juga lumayan indah. Tak jauh berbeda seperti Joy semasa sekolah menengah atas dulu.

Mengakhiri melodi terakhir, tepuk tangan guru bidang musik dan juga beberapa murid diruangan itu riuh memuji permainan piano Sinb.

"Bravo! Bravo! Permainan pianomu sungguh menganggumkan Sinb ssi" puji si guru. Sebut saja Kyungsoo saem.

"Hah! Kau harus berguru padaku kalau begitu" congkak Sinb.

"Aha.. ahaha.. Sepertinya aku salah memuji bocah ini" gumam Kyungsoo saem.

"Chaaa! Mumpung aku sedang berbaik hati, siapa yang ingin ku ajari main piano?"

"Akuuuuu!"

"HWANG SINB! AJARI AKU SAJA!"

"SINB-AH! AJARI AKU JUSEYO!"

"BOLEH AKU MENYEWAMU SEBULAN PENUH??"

"Hei.. Hei.. Tenang! Yaa! Anak-anak!"

Kyungsoo saem menahan nafas semput. Murid-murid yang mana kebanyakan siswi, mulai tak terkendali lagi. Yaah.. mau bagaimana lagi. Itulah Tuan muda Hwang kita. Walaupun tingkahnya angkuh dan menyebalkan, siapapun tak mungkin dapat menghindar dari pesona bocah Hwang itu.

Diluar ruangan musik, Yerin tersenyum kecil seraya menggelengkan kepala setelahnya memilih meninggalkan kegiatan mengintipnya. Dua minggu lebih absen dari pekerjaan, tampaknya banyak yang mulai berubah.
  
  
   
Umji berdecih menerima huluran buku dari tuan muda Choi. Hatinya sempat-sempatnya merutuk sebab tak sengaja menghaturkan terimakasih. Umji tak membenci Yuju. Ia hanya kesal, jengkel, merasa diikuti dan itu menyebalkan! Belum lagi kedekatannya dengan Yuju menjadi buah bibir siswa/i disekolahnya. Teman-temannya juga sering kali menanyai hubungannya dengan Yuju. Meski sudah dibantah, mereka masih juga tak ingin percaya. Justru semakin mencurigai Umji.

The Boy is My Husband {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang