Bab Sebelas

4.9K 285 2
                                    

Rama POV

Gue ga tau harus bawa Sinta kemana. Gue ga tau! Jadi gue hanya masukin Sinta ke mobil, dan jalanin mobil ke rumah. Gue segera membawa Sinta ke kamar tamu, dan meminta pelayan untuk mengambil ini itu. Gue panic, dan ga tau harus ngapain!

"Ram... kita bicara di luar." Kata Kak Reta yang berdiri di pintu.

Gue mengangguk dan meninggalkan Sinta di kamar bersama seorang pelayan. Gue mengikuti Kak Reta sampai ke ruang keluarga. Di sana, Kak Reta menyuruh gue duduk berseberangan dengannya. Gue menurut.

"Jelasin kenapa." Tuntut Kak Reta.

Gue hanya bisa menghembuskan nafas berat. Memejamkan mata gue dan berusaha untuk menyiapkan diri memulai cerita. Akhirnya, cerita itu mengalir dengan sangat sangat sangaatttt jujur. Termasuk cerita Sinta hari ini meninggalkan gue dan memutuskan hubungan pertemanan kami. Huff... rasanya kepala gue mau pecah!

Belum satu masalah selesai, satu masalah lagi datang. Kenapa Sinta yang katanya mengantar gue pulang saat gue mabok, malah gue antar pulang?! Seharusnya dia yang ada buat gue, tapi kenapa sekarang gue yang jadi cowok baik menolong dia!

Baru aja Kak Reta mau memberi tanggapan, seorang pelayan masuk ke ruangan ini lalu memberikan gue hp Sinta. Gue bertanya kepada pelayan itu ada apa, tapi pelayan itu hanya mengangkat bahunya.

Gue melihat ID callernya. Rumah Sinta?

"Halo?" jawab gue.

"Ini tuan muda Rama kan? Saya kepala pelayan di rumah nona Sinta. Apa Sinta ada bersama dengan Anda?"

"Ya. Sinta ada di rumah saya."

"Bisakah bangunkan nona Sinta sekarang juga dan menyuruhnya pulang ke rumah? Saya akan menyuruh supir untuk menjemputnya."

Sekarang kan sudah jam dua belas tengah malam. Tapi suara kepala pelayan ini terdengar sangat terburu-buru dan panik.

"Saya rasa tidak bisa. Sinta mabuk berat. Ada apa?"

"Tuan dan nyonya besar akan pulang besok pagi, dan nona Sinta harus ada di rumah saat itu juga."

"Apakah Anda tidak bisa bilang kalau Sinta sedang menginap di rumah temannya?"

Gue ga tega Sinta dibangunin. Dia bener-bener mabok berat. Sepertinya dia ga kuat minum alcohol. Ada baiknya dia menginap di sini sampai dia bangun sendiri, daripada dipaksa dan dia malah ga kuat.

"Bisakah Anda mengantarkan nona dalam keadaan sangat baik pada jam delapan pagi?"

"Bisa." Jawab gue yakin.

Setelah itu telepon di tutup. Gue coba menebak-nebak, kenapa harus sepanik itu? Apa orang tua Sinta begitu menyeramkan?

"Ram, lu istirahat aja. Besok kita baru bicarain masalah ini. Lu harus bangun pagi kan? Jangan sampai telat." Kata Kak Reta mengakhiri pembicaraan dan pergi.

Ya. Kak Reta benar. Gue harus istirahat. Bukan! Gue butuh istirahat!

***

Sinta POV

Ugh! Kepala gue sakit sekali! Arrgghhh... ini pasti karena semalam. Eh, gue ada dimana? Ini bukan kamar gue dan dari desainnya, sudah pasti ini bukan rumah gue. Ini dimana? Sekarang jam berapa? ASTAGA! HARI INI KAN HARI KEPULANGAN PAPA DAN MAMA!!!

Gue harus cepat-cepat keluar dari tempat ini dan pulang ke rumah! Mana hp gue?! Astagaaaa sekarang bahkan sudah jam setengah tujuh!

Cklek...

Gue langsung menoleh ke arah pintu. RAMA?!

"Lu udah bangun? Sekarang lebih baik lu cepet mandi dan pakai baju ini. Ini baju Sinta. Ukuran kalian sama kan? Nanti gue anter lu pulang, sekarang mending lu cepetan." Kata Rama sambil memberikan tumpukan handuk dan baju.

Loving You #4 : Rama & SintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang