Bab Duabelas

4.3K 294 0
                                    

Rama POV

"Ram, duduk!" kata Kak Reta saat gue melewati ruang keluarga.

Gue hanya menurut dan duduk di hadapan Kak Reta. Gue tau, Kak Reta pasti ingin bicara masalah yang semalam. Jadi gue hanya duduk dan mendengarkan ceramah panjangnya. Anehnya, kali ini kata-kata Kak Reta bener-bener isinya nasihat semua!

"Yah, semua nasihat tadi ga gue banget! Itu semua kata-kata kakak lu. Natasha." Kata Kak Reta.

Gue langsung membulatkan mata ga percaya.

"Mungkin minggu depan dia kembali. Tadi dia telepon." Tambah Kak Reta.

Syukurlah. Itu artinya Kak Tasha baik-baik aja kan?

"Dia ga baik-baik aja sampai setengah tahun yang lalu. Dia sempat dirawat sama psikiater. Untungnya dia sendiri yang dateng ke psikiater. Gue ga mungkin membiarkan satu orang pun luput dari pengawasan gue. Gue kan kakak yang baik!" kata Kak Reta dengan senyum penuh bangga.

Dasar!

Jadi Kak Tasha juga mengalami depresi ya? Mungkin emang ini terlalu berat buat gue dan Kak Tasha. Kedua orang tua kami udah meninggal, dan kemudian Sinta. Pasti Kak Tasha takut banget kalau gue juga pergi meninggalkan dia. Tapi, sepertinya gue malah ga peduli sama Kak Tasha.

Sinta benar. Gue ini egois. Bukan egois ke Sinta kembaran gue doang, tapi juga ke keluarga gue. Gue bahkan ga ingat lagi kalau Kak Tasha pasti juga merasa kehilangan dan sedang sendirian. Huff..

"Sinta selamat sampai rumah kan?" tanya Kak Reta.

Sinta?

Oh! Yasinta!

Gue mengangguk pelan dan teringat dengan kejadian tadi. Sinta ditampar oleh orang tua 'angkat'nya. Sebenarnya apa masalah Sinta? Dia hanya pulang terlambat sepuluh menit kan? Lagipula, orang tua mana yang main tampar dan berteriak seperti itu?!

"Ram. Gue bukan kembaran lu, dan gue ga mau jadi kembaran lu. Jadi mending kalau ada masalah lu ngomong aja." Perintah Kak Rega yang tiba-tiba datang dan duduk di samping Kak Reta.

"Sebelum gue cerita, lu duluan yang cerita Kak! Lu ada apa sama Kak Flo? Maaf gue bukan adik yang perhatian." Kata gue bersungguh-sungguh.

Gue udah melewatkan banyak hal yang terjadi di rumah ini, tapi sekiranya gue mau mengubahnya sedikit demi sedikit. Kembali seperti Rama yang dulu, minus kehadiran Sinta kembaran gue. Ini awal yang baik kan?

Kak Rega hanya tersenyum dan mengangguk. Kak Rega akhirnya cerita. Ceritanya itu....

"Sulit dipercaya? Gue tau!" kata Kak Rega membaca pikiran gue.

Gue dan Kak Reta mengangguk.

"Tapi gue Cuma bisa berusaha buat bikin Flo balik lagi sama gue! Maaf Ta, lu bakal lama nunda pernikahan lu." kata Kak Rega.

"Gue sih ga masalah. Tapi itu masalah besar buat Tommy! Lu harus terima kasih sama Tommy karena mau jadi penengah antara lu sama Flo. Walau sekarang belum berhasil juga." Kata Kak Reta.

"Jadi, Kak Tommy turun tangan?" tanya gue.

"Ya. Tommy telepon tadi. Dia sampai ngejar Flo keliling Indonesia. Mungkin bentar lagi keliling dunia! Kembaran gue yang satu itu bener-bener serem banget! Kaburnya ga tanggung-tanggung. Untung dia ga amnesia kayak waktu dulu." Kata Kak Reta.

"Lebih baik kalau dia amnesia! Dengan begitu, dia ga akan sesakit hati itu." kata Kak Rega sedih.

"Masalah lu berat bro." kata gue prihatin.

"Gue tau." Kata Kak Rega.

"Tapi, lu berdua ga takut kalau akhirnya Kak Tommy jadi suka sama Kak Flo? Bukannya di saat-saat sedih, orang itu bisa jatuh cinta sama orang yang perhatian sama dia ya?" tanya gue spontan.

Loving You #4 : Rama & SintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang