Bab Sembilan

4.7K 288 1
                                    

Rama POV

Damn! Kenapa gue bisa sampai nangis lagi dan cerita hal kayak gini ke Yasinta?! Gue segera berbalik menghadap Yasinta yang terbaring di tempat tidur. Gue bener-bener lost control dan cerita hal yang harusnya ga gue ceritain!

"Yas gue ga-......"

ASTAGA.... Sejak kapan Yasinta tidur??!?

Gue menghembuskan nafas lega dan menyenderkan punggung gue ke sandaran bangku. Syukurlah, mungkin Yasinta ga denger cerita gue. Itu lebih baik buat gue.

"Maaf Yas, gue malah cerita yang engga-engga ke lu." kata gue pelan.

Gue tahu Yasinta ga akan bisa mendengar gue, dan itu lebih baik lagi. Tapi, ada perasaan lega di hati gue setelah bercerita. Walau cerita gue ga didengar, tapi gue merasa lega bisa membagi hal berat ini ke seseorang. Dan... Yasinta orang pertama yang mendengar semua ini. Bahkan tentang perasaan gue ke Sinta, walau dia dalam keadaan tidur.

Oh, gue sampai lupa. Gue belum telepon orang tua Yasinta. Pasti keluarganya panik karena Yasinta belum pulang.

Gue segera membongkar tas Yasinta yang ada di sofa. Mencari hp Yasinta dan membongkar isi kontaknya. Saat gue menemukan nomor telepon rumahnya, gue segera menelepon. Hingga dering kelima, telepon baru dijawab.

"Halo?" sapa gue.

"Ya, halo. Siapa ini?"

"Maaf saya menganggu malam-malam. Apa ini benar nomor telepon rumah Yasinta Wijaya?" tanya gue.

"Ya benar. Tapi sayang sekali, nona Sinta belum pulang. Ini siapa ya?"

Sepertinya gue menelepon ke nomor yang benar. Hm, sepertinya wanita yang mengangkat telepon ini adalah pelayan di rumah Yasinta. Gue pernah ke rumah Galih. Rumahnya itu besar sekali dan butuh banyak sekali pelayan untuk membersihkannya. Gue kenal beberapa.

"Saya temannya Yasinta. Nama saya Rama. Saya mau mengabarkan kalau Yasinta mengalami kecelakaan dan sekarang ada di rumah sakit. Tapi jangan khawatir, karena Yasinta baik-baik saja. Hanya mengalami luka lecet." Kata gue hati-hati.

"Oh astaga! Ini tuan Rama, temannya tuan muda Galih kan? Ya ampun, lalu bagaimana keadaan nona Sinta?!"

Gue tersenyum. Sepertinya gue tahu wanita ini siapa. Dia kepala pelayan di rumah Galih.

"Tidak apa. Tapi sebaiknya Anda memberitahukan kepada orang tuanya bahwa Sinta baik-baik saja." Kata gue.

Apa yang tadi gue bilang? Sinta???!

"Maaf tuan Rama, saya harus merepotkan Anda. Tapi bisakah Anda menemani nona Sinta? Tuan dan nyonya besar akan sangat marah kalau mendengar hal ini. Saya akan bilang ke tuan dan nyonya kalau Sinta menginap di rumah temannya. Saat pagi nanti, tolong tuan minta Sinta menelepon saya."

Marah? Bukannya harusnya khawatir ya??

"Boleh saja, tapi.. kenapa?" tanya gue penasaran.

"Eghh.. sebenarnya saya tidak boleh mengatakan ini. Tapi... sedang ada masalah di rumah. Saya harap Anda mau mengerti."

***

Saat gue membuka mata, gue kaget sekali karena Sinta udah ga ada di ranjangnya. Gue langsung bangun dan memanggil nama Sinta.

"SINTAAAA.... LU DIMANA?" teriak gue.

Masa dia kabur? Tapi tasnya masih ada di tempatnya. Sinta kemana? Dia pergi kemana? Apa dia pulang ke rumah? Naik apa? Memar yang ada di sekujur badan dia itu bukan memar yang dalam sehari hilang! Gue panik!

Loving You #4 : Rama & SintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang