CK- 21

631 106 71
                                    

"Hyung... Kau disuruh menikah...?"

Jaehwan mengangguk dengan wajah bimbangnya. "Aku ingin menolak, tapi aku tau orang tuaku pasti sudah ingin menimang cucu"

"Kau sendiri hyung, apa kau sudah memiliki keinginan untuk menikah?"

"Belum" sahut Jaehwan pelan. "Aku belum pernah memikirkan hal itu karena aku menikmati jalan hidupku yang sekarang"

"kalau kau memang belum memiliki niat untuk itu, katakan pada orang tuamu, hyung. Jangan sampai kau dan pasanganmu menderita hanya karena takut menolak" saran Woojin.

"Tapi aku tidak mau melihat orang tuaku kecewa. Kau tau, aku anak mereka satu-satunya. Hanya aku harapan mereka"

"Tapi mereka juga pasti akan mengerti jika kau berhak memikirkan kebahagiaanmu. Untuk apa mereka bahagia, sementara kau yang menjalaninya tidak bahagia sama sekali?"

Jaehwan terdiam. Ucapan Woojin benar namun Jaehwan ingin sekali membuat orang tuanya bahagia.

"Dengar hyung, membahagiakan orang tua tidak harus dengan mengikuti perjodohan yang mereka buat. Banyak cara lain yang bisa kau lakukan untuk membahagiakan keduanya. Contohnya dengan berprestasi di tempat kerja, atau tidak melupakan mereka" ucap Woojin lagi.

"Aku tau maksudmu itu baik hyung, tapi sepertinya kau melupakan sesuatu. Kau juga berhak untuk mengemukakan pilihanmu demi kebahagiaanmu hyung. Pernikahan itu bukan hal yang main-main, jika kau ingin menolak perjodohan karena tidak siap atau karena kau tidak menyukai pasanganmu kau bisa menjelaskannya pada orangtuamu baik-baik. Aku yakin mereka pasti mengerti karena orang tua yang baik pasti tidak akan mengenyampingkan kebahagiaan anak mereka juga" 

Jaehwan benar-benar tidak bisa mengeluarkan suara untuk membantah Woojin. Pria bergingsul itu sepenuhnya benar. Ia termenung, menatap lurus pada roti selai yang baru ia makan satu gigitan. Otaknya sibuk menyuruhnya untuk tetap menerima perjodohan sedangkan hatinya menolak untuk itu.

"Hyung?"

Jaehwan mendongak, menemukan Woojin yang sudah berdiri di sampingnya sambil menatapnya was-was. 

"Jangan terlalu di pikirkan. Lebih baik kau bersantai, anggap saja kau sedang berlibur saat ini dan menyegarkan pikiran sebelum kau kembali sibuk nantinya"

Jaehwan hanya mengangguk pelan.

"Aku pergi dulu. Kau ingin apa? Aku akan membelikannya untukmu nanti" tawar Woojin.

"Ngg..." Jaehwan berpikir sejenak. "Ingin mati saja, bagaimana?"

TAK!!

"SAKIT SIALAN!!"

Woojin menatap datar kearah sahabatnya itu. "Sepertinya kau sudah kembali waras, kalau begitu aku pergi dulu"

"Jangan lupakan pesananku!" seru Jaehwan saat Woojin menghilang dari balik pintu. Tidak ada jawaban selain suara pintu apartemen yang terkunci.

Jaehwan mengusap kepalanya yang tadi dipukuli Woojin menggunakan tas kerjanya. "Gingsul sialan... Lihat saja, aku akan menghancurkan apartemenmu" gerutunya lalu menyeringai licik.







~~~~~~~~~~~~~~~~






Cinta Kedua? {MinHwan}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang